ABDURRAHMAN bin Auf merupakan seorang sahabat yang termasuk dalam kelompok as-Sabiqunal Awwalun atau orang-orang yang pertama masuk Islam.
Abdurrahman bin Auf juga salah satu sahabat yang selalu berhasil dalam perniagaannya, sehingga hartanya selalu berlimpah. Apapun bidang usaha yang ditekuninya selalu memberikan keuntungan. Namun kekayaannya yang melimpah tidak menjadikannya takabur. Orang yang belum pernah mengenalnya, bila bertemu untuk pertama kali, mereka tidak akan bisa membedakan antara dirinya sebagai tuan dan pelayan/pegawainya, karena kesederhanaan penampilannya.
Hari-harinya terkadang senantiasa gelisah mengingat hartanya yang begitu berlimpah. Terkadang ia tidak bisa tidur karena hartanya itu. Ia gelisah bukan karena takut hartanya dirampok atau sebagainya tapi ia takut hartanya menjadikannya berat untuk masuk surga karena hisab dari seluruh hartanya itu.
BACA JUGA:Â Abdurrahman bin Auf Menangisi Kekayaanya
Istrinya yang bijak dan penuh keimanan memberikan saran yang bisa menentramkan hatinya. Sang istri berkata, “Hendaknya hartamu engkau bagi tiga, dengan sepertiganya, engkau carilah saudaramu seiman yang berhutang dan lunasilah hutang mereka. Sepertiganya lagi, carilah saudaramu seiman yang memerlukan uang dan berilah mereka pinjaman. Dan sepertiganya lagi, engkau pakai sebagai modal perniagaanmu…”
Ketika Nabi SAW menyeru agar umat Islam bersedekah untuk mendanai Perang Tabuk, Abdurrahman bin Auf tidak berpikir panjang lagi, ia langsung menyedekahkan seluruh hartanya untuk mendanai perang Tabuk tersebut.
Umar bin Khaththab yang mengetahui bahwa Abdurrahman telah menyedekahkan seluruh hartanya untuk perang langsung mengadukan sikap Abdurrahman kepada Nabi SAW karena tidak menyisakan apapun untuk keluarganya.
Karena pengaduan Umar ini, Rasulullah SAW memanggilnya, kemudian bertanya, “Wahai Abdurrahman, apakah engkau meninggalkan sesuatu untuk keluarga yang engkau tinggalkan?”
BACA JUGA:Â Sumbang Dua Ratus Uqiyah Emas, Ini yang Ditinggalkan Abdurrahman bin Auf untuk Keluarganya
“Benar, ya Rasulullah!” Kata Abdurrahman, “Aku telah meninggalkan untuk keluargaku sesuatu yang lebih baik dan lebih banyak daripada apa yang kusedekahkan!”
“Berapa itu?” Nabi SAW bertanya.
“Kebaikan dan rezeqi yang dijanjikan oleh Allah dan RasulNya!”
Rasulullah SAW membenarkan sikapnya dan menerima alasan Abdurrahman tersebut.
Pada detik-detik terakhir nyawanya akan dicabut, ia sempat menangis dan berkata, “Aku khawatir dipisahkan dari sahabat-sahabatku karena kekayaanku yang melimpah ini…” []