Oleh: Dian Salindri
Ibu Rumah Tangga, Meruyung, Depok
TERLAHIR dengan nama Hindun binti Hudzaifah, beliau adalah cucu dari seorang pemuka Quraisy yang disegani dan terkenal dengan kedermawanannya. Ibunya bernama Atikah binti Amir yang berasal dari Bani Farras yang terhormat. Namun beliau lebih dikenal sebagai Ummu Salamah.
Di samping nasabnya yang terhormat, Ummu Salamah merupakan seorang wanita yang berparas cantik, jujur, dermawan, cerdas dan bijaksana. Beliau menikah dengan Abdullah bin Abdul Asad, putra dari bibi Rasulullah yang bernama Birrah binti abdul Muthalib. Keluarga beliau termasuk golongan orang yang memeluk Islam di awal kenabian.
BACA JUGA: Belajar Sedekah dari Sayyidatina Aisyah Ra
Ummu Salamah dan suaminya pun tak lepas dari kekerasan dan penganiayaan dari kaum kafir Quraisy. Sehingga mereka memutuskan untuk hijrah ke Habasyah bersama rombongan kaum Muslim. Dengan meninggalkan kampung halaman, rumah dan harta benda, mereka pun berangkat ke Habasyah untuk menghindari penganiayaan dari kafir Quraisy. Di Habasyah inilah putra pertama mereka lahir dan diberi nama Salamah.
Setelah sekian lama tinggal di Habasyah, keluarga Salamah kembali ke Makkah dengan harapan kaum Muslimin sudah tidak lagi diperlakukan dengan buruk. Ternyata sesampainya di Makkah, Abu Salamah melihat keadaan kaum Muslimin tetap saja teraniaya dan semakin buruk. Kemudian Abu Salamah mendengar tentang kaum Muslimin yang hijrah ke Madinah, maka ia pun berencana hijrah bersama keluarganya.
Namun sesaat setelah mereka meninggalkan Makkah, keluarga kecil ini dihadang oleh sekelompok laki-laki dari keluarga Bani Mughira (keluarga Ummu Salamah) yang hendak memaksa Ummu Salamah untuk kembali ke Makkah. Mereka berkata. “Tentang dirimu, kami sudah menyerah. Lalu bagaimana dengan istrimu ini? Apakah kau pikir kami akan membiarkannya pergi bersamamu ke daerah lain?” Akhirnya, Ummu Salamah dan putranya ditahan oleh keluarganya.
Ummu Salamah terpisah dari suami dan putranya. Hampir setahun lamanya, setiap pagi ia pergi ke ujung Kota Makkah dengan deraian air mata. Melihat keadaan Ummu Salamah, keluaraganya merasa iba dan akhirnya membebaskan Ummu Salamah untuk menyusul suaminya ke Madinah. Saat yang sama keluarga Bani Saad (keluarga Abu Salamah) mengembalikan putranya.
Kemudian berangkatlah Ummu Salamah bersama putranya menuju Madinah. Saat itu, tak ada seorang pun yang menemani. Sampai mereka bertemu dengan Utsman bin Thalhah, keluarga dari Bani Abdud Dar. Ia berkata pada Ummu Salamah, “Mau kemana hai putri Abu Umayyah?” beliau pun menjawab, “Aku hendak ke Madinah berjumpa dengan suamiku.” “Apakah ada orang yang menemanimu?” tanya Utsman. “Demi Allah, tidak ada. Hanyalah Allah dan putraku ini.”
Utsman bin Thalhah berkata, “Demi Allah, kau tak pantas dibiarkan sendiri.” Ia pun mengambil tali kekang unta Ummu Salamah, kemudian menuntunnya dan mengantar mereka sampai ke Madinah. Akhirnya Ummu Salamah bisa bersatu lagi dengan suaminya, mereka hidup bahagia di Madinah dan dikaruniai lagi tiga orang anak yaitu Umar, Durrah dan Zainab.
Allah SWT berfirman, “Dan orang yang berhijrah karena Allah setelah mereka dizalimi, pasti Kami akan memberikan tempat yang baik kepada mereka di dunia. Dan pahala di akhirat pasti lebih besar, sekiranya mereka mengetahui. (yaitu) orang yang sabar dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal.” (QS. An-Nahl 16: Ayat 41 – 42 )
Saat perang Badar suami Ummu Salamah, Abu Salamah terluka parah, meskipun sempat membaik namun luka yang dideritanya kambuh lagi dan akhirnya Abu Salamah pun wafat. Ummu Salamah berduka namun ia tetap ikhlas menerima keputusan Allah dan ia berdoa, “Ya Allah berilah pahala atas musibahku ini. Dan gantikanlah dengan yang lebih baik darinya.” meskipun Ummu Salamah bertanya dalam hati “Adakah untukku yang lebih baik dari Abu Salamah?”
Allah pun menjawab doa Ummu Salamah. Ketika Rasulullah datang kepadanya dengan maksud melamar Ummu Salamah. Ummu Salamah pun berkata, “Wahai Rasulullah, siapa aku ini untuk tidak menerimamu. Tapi aku adalah seorang wanita yang sangat pencemburu. Aku khawatir Anda melihat pada diriku sesuatu yang menyebabkan aku diazab oleh Allah. Dan aku adalah wanita yang sudah berusia dan memiliki anak-anak.”
Rasulullah menanggapi,” Yang engkau sebut berupa kecemburuan, Allah akan menghilangkan hal itu darimu. Tentang umurmu, aku pun telah berumur sebagaimana engkau. Dan tentang anak-anakmu, anak-anakmu juga anak-anakku.”
Ummu Salamah menjawab, “Aku terima lamaran Anda, Rasulullah.” Kemudian ia mengatakan, “Sungguh Allah telah menggantikan untuk diriku seseorang yang lebih baik dari Abu Salamah, yakni Rasulullah.”
Ummu Salamah memiliki sesuatu yang berbeda dengan istri-istri nabi yang lain. Ia memiliki keistimewaan bahwa rasa cemburunya telah Allah hilangkan. Ia adalah salah seorang istri nabi yang tercantik, sebagaimana pujian Aisyah terhadapnya. Saat Rasulullah hendak menemui istri-istrinya, beliau memulainya dari Ummu Salamah. Dari Aisyah, ia berkata, “Merupakan kebiasaan Rasulullah apabila usai shalat ashar beliau menemui istri-istrinya. Satu per satu. Ia mulai dari Ummu Salamah, karena ialah yang paling senior. Dan beliau tutup dengan mengunjungiku.”
Di antara keutamaan Ummu Salamah radhiallahu ‘anha, beliau menjadi sebab langsung turunnya beberapa ayat Al-Qur’an. Dari Mujahid, Ummu Salamah berkata,”Wahai Rasulullah, laki-laki turut serta dalam perang (jihad) sementara kami tidak. Kami disifati sebagai warisan.
Kemudian Allah menurunkan firman-Nya, “Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian daripada apa yang mereka usahakan dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan…” (QS.An-Nisa: 32).
Adapun peranan Ummu Salamah dalam memberi masukan kepada Rasulullah setelah Perjanjian Hudaibiyah. Saat Rasulullah SAW telah menandatangani perjanjian Hudaibiyah, beliau berkata kepada para sahabatnya,” Berdirilah dan semebelihlah hewan kurban kalian. Setelah itu gundulilah kepala kalian.”
Tak ada seorang pun dari mereka yang melaksanakan perintah nabi, karena para sahabat merasa kecewa dengan Perjanjian Hudaibiyah yang dinilai merugikan umat Muslim. Hingga beliau merasa perlu mengulangi perintahnya sampai tiga kali. Walaupun demikian, masih belum ada yang melakukannya. Melihat keadaan itu, Nabi pun masuk ke tenda menemui istrinya, Ummu Salamah yang saat itu mendampingi beliau. Beliau ceritakan keadaan para sahabatnya, Ummu Salamah merespon curahan hati beliau dengan mengatakan, “Wahai Nabi Allah kalau Anda mau, keluarlah tanpa berbicara dengan seorang pun dari mereka. Kemudian sembelihlah hewan Anda. Panggil tukang cukur Anda dan cukurlah rambut Anda.”
Nabi keluar tanpa berbicara sepatah kata pun kepada mereka hingga beliau melakukan apa yang dianjurkan Ummu Salamah. Beliau sembelih hewannya. memanggil tukang cukurnya dan mencukur rambutnya. Saat melihat beliau melakukan itu, para sahabat pun berdiri dan menyembelih hewan mereka. Sebagian mereka mencukur sebagian yang lain. Mereka sibuk melakukan yang demikian (Ibnu Katsir: as-Sirah an-Nabawiyah, 3/334).
Para sahabat sadar bahwa keputusan beliau tak lagi berubah dan tidak turun wahyu tentang hal ini. Ibnu Hajar mengatakan tentang Ummu Salamah “Anjurannya kepada nabi pada hari Hudaibiyah ini menunjukkan kecerdasan akalnya dan benarnya pandangannya.”
BACA JUGA: Aisyah Menahan Laju Rasulullah dan Rombongan
Begitulah kecerdasan akal dan kebijaksanaan Ummu Salamah. Seorang ummul mukminin yang telah Allah hilangkan rasa cemburu di dadanya, yang menjaga kehormatan saat ditinggal wafat oleh Abu Salamah, yang tabah dan sabar dengan ketetapan Allah sehingga Allah menggantinya dengan yang lebih baik.
Ummul Mukminin Ummu Salamah radhiallahu ‘anha wafat pada masa pemerintahan Yazid bin Muawiyah. Tepatnya di tahun 61 H sebagaimana disebutkan Ibnu Hibban. Saat itu usianya 84 tahun. Ada pula yang menyebutkan bahwa usia beliau mencapai 90 tahun. Semoga Allah meridhai beliau. Dan semoga kita sebagai wanita muslim dapat mengambil teladan dari beliau.[]
Kirim RENUNGAN Anda lewat imel ke: redaksi@islampos.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari RENUNGAN di luar tanggung jawab redaksi Islampos.