Oleh: Humaida Aulia, S.Pd.I
Guru SD di Bekasi, pemerhati perempuan
“Balance for better” menjadi tema yang diangkat dalam peringatan hari perempuan internasional pada Jum’at, 8 Maret 2019 kemarin. Peringatan ini diadakan serentak di beberapa tempat seperti Rusia, Madrid, Spanyol, termasuk di Indonesia.
Isu kesetaraan gender masih menjadi tema utama. Dalam situs resminya, International Women’s Day mengungkapkan alasan kenapa ‘balance for better’ menjadi tema pada 2019 ini. “Pada 2019 ini ditujukan untuk kesetaraan gender, kesadaran yang lebih besar tentang adanya diskriminasi dan merayakan pencapaian perempuan.
BACA JUGA: Sifat Pendiam, Ini Manfaatnya bagi Muslimah
Hal ini termasuk mengurangi adanya gap pendapatan atau gaji pria dan wanita. Memastikan semuanya adil dan seimbang dalam semua aspek, pemerintahaan, liputan media, dunia kerja, kekayaan dan dunia olahraga,” demikian penjelasan di situs resmi Hari Perempuan Internasional.
New York adalah negara pertama yang memperingati hari perempuan internasional pada tahun 1908. Kalau kita berkaca pada sejarah, bermulanya hari perempuan ini tak luput dari kekerasan dan kesenjangan yang menimpa mereka di barat.
Perempuan-perempuan di barat mendapat banyak diskriminasi dan tindak kekerasan dari laki-laki. Belum lagi banyak hak yang tidak mereka terima seperti tidak boleh mengenyam pendidikan dan berada di ranah umum, gap gaji yang begitu tinggi, kekerasan seksual, dan masih banyak lagi.
Hal ini sangat berbanding terbalik dengan Islam. Perempuan dalam Islam mulia dan dihormati. Islam memandang derajat yang sama antara laki-laki dan perempuan baik dalam bidang pendidikan, kesehatan, maupun berada di ranah umum.
Tengoklah Khadijah ra, istri tercinta Baginda Nabi saw. Beliaulah salah satu sumber kekuatan Rasulullah dalam mengemban risalah Islam dan pendukung setia Rasulullah berdakwah dalam suka maupun duka. Beliau juga pengatur rumah tangga, pebisnis yang sukses, wanita yang cerdas dan berpendidikan.
Di masa para shahabat, ada sosok shahabiyah tegas dalam mengadili. Dialah Al Syifa’, seorang qadhi hisbah di masa Khalifah Umar bin Khattab. Dalam bidang pendidikan, kita bisa lihat Fatimah Al Fihri, pendiri universitas tertua di dunia, Al Qawariyyin. Atau Maryam Al Asturlabi, penemu astrolube, yang disejajarkan dengan ponsel pintar kuno, bentuk awal Global Positioning System (GPS).
Tak kalah hebat, ibunda Imam Syafi’i, seorang perempuan cerdas yang mampu mendidik generasi shalih sekelas Imam Syafi’i, mujtahid mutlak. Dan masih banyak lagi kisah shahabiyah memiliki peran besar dalam peradaban Islam.
Namun sejarah ini coba ditutup-tutupi. Barat berusaha menutupi sejarah sistem Islam yang benar dalam mengurus perempuan dan menggantinya dengan informasi dan berita bohong yang menjelekkan ajaran dan sistem Islam. Mereka membuat opini dan tuduhan bahwa Islam mendiskriminasi perempuan, mengekang perempuan dengan menutup aurat, menghalangi perempuan menjadi pemimpin, dan masih banyak lagi.
BACA JUGA: Hati-hati! Shoppilimia, Penyakit Berbahaya untuk Muslimah
Opini ini sengaja digaungkan agar para perempuan khususnya muslimah berkiblat pada mereka (baca; barat), terjebak pada fatamorgana dunia yang menyilaukan, menggiurkan, dan menyejukkan. Mereka hidup seperti arahan barat. Perlahan tapi pasti meninggalkan ajaran agama mereka.
Padahal Islam adalah agama yang mulia. Perempuan dalam Islam memiliki derajat yang tinggi sebagai tonggak peradaban dan tiang negara. Dalam Islam perempuan mendapatkan hak-haknya baik di ranah domestik maupun publik, tanpa mencabut hak-haknya. Berbanding terbalik dengan barat yang mencabut fitrah perempuan dan menjadikannya rusak hingga akar-akarnya.
Peran perempuan yang amat penting dalam terwujudnya peradaban dunia yang baik mengharuskan para perempuan untuk kembali pada Islam, agar hanya Islam saja yang menjadi kiblat mereka, bukan barat yang hanya memberi angan-angan palsu yang merusak dan menyiksa. []
OPINI ini adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim OPINI Anda lewat imel ke: redaksi@islampos.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari OPINI di luar tanggung jawab redaksi Islampos.