ADA dua orang ahli hadits (rawi hadits), yang memiliki ‘gelar buruk’, tapi hakikat dirinya tidak seburuk gelarnya. Bahkan keduanya sangat dikenal dengan ‘gelar buruk’ itu. Hal itu terjadi, karena dua gelar itu memiliki kisah dan latar kejadian yang unik.
■Pertama : Mu’awiyah bin Abdul Karim Abu Abdirrahman Ats-Tsaqofi Al-Bashri. Beliau termasuk generasi thobaqot ke 6 (sezaman dengan generasi muda tabi’in) yang wafat tahun 180 H. Imam Al-Bukhari mengambil riwayat darinya hanya secara muallaq.
BACA JUGA: Perawi Hadis yang Masyhur: Imam Muslim
Beliau memiliki gelar (الضال)“seorang yang sesat”, bukan karena beliau seorang ahli hadits yang sesat agama dan pemahamannya, akan tetapi karena beliau pernah “tersesat” jalan ketika menuju Mekkah. Al-Imam Adz-Dzahabi –rahimahullah- (w. 748 H) berkata:
مُعَاوِيَةُ بْنُ عَبْدِ الْكَرِيمِ الضَّالُّ أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ الثَّقَفِيُّ الْبَصْرِيُّ، ضَلَّ فِي طَرِيقِ مَكَّةَ فَلُقِّبَ بِالضَّالِّ
“Mu’awiyah bin Abdul Karim Adh-Dhol (yang sesat) Abu Abdirrahman Ats-Tsaqofi Al-Bashri. Tersesat di suatu jalan di Mekkah, kemudian digelari dengan Adh-Dhol (yang sesat).” [ Tarikhul Islam wal Wafiyatul Masyahiri wal A’lam : 4/744 ].
Adapun dari sisi derajat riwayatnya, maka Al-Hafidz Ibnu Hajar dalam “At-Taqrib” menyatakan : shoduq (jujur). Artinya rawi seperti ini, jika meriwayatkan hadits maka derajatnya masuk katagori hadits hasan.
■Kedua : Abdullah bin Muhammad bin Yahya Abu Muhammad Ath-Thursusi. Generasi thobaqot ke 10 ( generasi senior yang mengambil riwayat dari tabi’ut tabi’in). Beliau termasuk seorang yang rawi yang diambil riwayatnya oleh Al-Imam Abu Dawud dan Al-Imam An-Nasa’i.
Beliau digelari dengan Adh-dhoif (الضعيف) (yang lemah), bukan karena lemah riwayatnya dalam meriwayatkan hadits. Akan tetapi karena sebab lain yang melatarbelakanginya. Al-Imam Al-Mizzi –rahimahullah- (w.742 H) berkata :
وقال النسائي شيخ صالح ثقة والضعيف لقب لكثرة عبادته وذكره بن حبان في الثقات وقال إنما قيل له الضعيف لإمعانه في ضبطه وقال عبد الغني بن سعيد إنما كان ضعيفا في جسمه لا في حديثه
An-Nasa’i berkata : (Abdullah bin Muhammad Ath-Thursusi) : shalih tsiqoh (sholih dan kepercayaan). Adapun “Adh-Dhoif” (yang lemah), merupakan gelar karena banyaknya ibadah yang beliau lakukan.. Ibnu Hibban menyebutkan beliau dalam “Ats-Tsiqot” lalu berkata : dikatakan si “adh-dhoif”, karena kelancarannya dalam mendhobt hadis. Abdul Ghani bin Sa’id berkata : “Dia lemah dari sisi fisiknya, bukan dari sisi haditsnya”. [ Tahdzibul Kamal fi Asmair Rijal : 16/96 ].
BACA JUGA: 9 Perempuan Ini Berkontribusi dalam Meriwayatkan Hadis
Adapun dari sisi riwayatnya, beliau termasuk rawi yang tsiqoh (kepercayaan) sebagaimana dinyatakan oleh Al-Hafidz Ibnu Hajar dan Al-Imam Adz-Dzahabi. Sehingga ketika merwiayatkan hadits, kedudukan haditsnya masuk derajat shohih.
Al-Imam Abu Muhammad Abdul Ghoni bin Sa’id Al-Hafidz –rohimahullah- berkata :
رجلان جليلان لزمهما لقبان قبيحان: معاوية بن عبد الكريم الضال، وإنما ضل في طريق مكة، وعبد الله بن محمدالضعيف، إنما كان ضعيفا في جسمه لا في حديثه.
Ada dua orang laki-laki mulia tapi diharuskan dua gelar buruk. Mu’awiyyah bin Abdul Karim Adh-Dhol ( yang sesat ). Karena dia pernah tersesat di suatu jalan di Mekkah. Dan Abdullah bin Muhammad Adh-Dhoif ( yang lemah ). Dia lemah hanyalah karena fisiknya bukan ( riwayat ) haditsnya”. [ Dikeluarkan oleh Al-Humaidi –rohimahullah- dalam kitab “At-Tadzkirah” : 380 ].
BACA JUGA: Berkenal dengan Imam Bukhari, Sang Perawi Hadis
Manfaat :
Dengan mengetahui hal ini, maka seorang ahli hadits tidak akan terburu-buru menghukumi sebuah hadits sebagai hadits yang lemah, saat melihat di dalam sanadnya ada rawi yang disebut dengan dua gelar di atas. Karena keduanya hanya sebuah gelar yang memiliki cerita unik di dalamnya, yang tidak memiliki kaitan sama sekali dari sisi derajat riwayat orang tersebut. []
Facebook: Abdullah Al-Jirani