MASJID Kubah Emas adalah sebuah mahakarya yang jadi ikon kota Depok. Masjid ini kemudian tak hanya dikenal di Indonesia tapi juga dikenal oleh seluruh dunia, menjadi kebanggaan bangsa. Masjid ini menjadi salah satu dari 7 masjid berkubah emas yang ada di dunia.
Di balik kemegahan Masjid Kubah Emas, ada figur yang begitu gigih dan ikhlas dalam berjihad di jalan Allah SWT. Dialah Hj Dian Djuriah Maimun Al Rasyid atau yang dikenal dengan nama Hj Dian Al Mahri.
Semangat, kegigihan, dan keikhlasan Hj Dian dalam berdakwah membesarkan nama Allah SWT mampu melahirkan mahakarya hebat di negeri ini. Namanya pun dilekatkan pada nama masjid tersebut, yakni Masjid Kubah Emas Dian Al-Mahri.
BACA JUGA: Innalillahi, Pendiri Masjid Kubah Emas Wafat
Hj Dian mewakafkan harta yang dikumpulkannya dengan jerih payah menjadi sebuah bangunan masjid demi mengagungkan tuhannya.
Bagi umat Islam, kekayaan hanyalah titipan Allah SWT, dan kelak akan ditanyakan dari mana sumbernya serta peruntukkannya untuk apa. Selain itu, Islam menganut konsep, dalam harta setiap muslim itu ada hak orang miskin, dan itu harus ditunaikan berbentuk zakat agar mensucikan harta yang dimiliki.
Hj Dian memahami betul konsep tersebut. Dari awal beliau dikenal sebagai penggiat kegiatan Islam di lingkungan tempat tinggalnya, kawasan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Dia memulai dakwahnya sekitar tahun 1985 dengan mendirikan majelis taklim yang jumlah anggotanya sekitar 25 orang. Majelis taklim ini merupakan embrio dakwah beliau.
Kendati dirinya mengaku bukan seorang ustadzah, Hj Dian tetap berusaha untuk mendorong syiar Islam. Baginya, sebaik-baik manusia adalah yang bisa bermanfaat bagi orang lain. Apa yang dilakukan itulah yang akan dipetik. Hidup mencari doa, mati mencari doa. Begitulah prinsip beliau.
Berangkat dari prinsip tersebut, Hj Dian kemudian tak segan-segan menafkahkan hartanya di jalan Allah SWT dengan mendirikan Masjid Kubah Emas, demi menggemakan syiar Islam. Baginya, masjid adalah investasi akhirat. Selain hasilnya bisa dipetik di dunia, di akhirat nanti akan dibalas oleh Allah dengan pahala yang berlipat dan dihindarkan dari api neraka.
Masjid Kubah Emas pun menjadi pengejawantahan dari sebuah keyakinan seorang Hj Dian akan janji Allah SWT.
“Saya mempunyai impian membangun masjid yang megah dan indah dengan gaya arsitektur yang diilhami ciri keislaman yang kuat,” ujar Hj Dian beberapa waktu lalu.
Untuk mewujudkan impian besar itu, pada tahun 1996 perencanaan pembangunan Masjid Kubah Emas pun dilakukan. Diawali dengan pencarian referensi masjid ke beberapa negara di Timur Tengah seperti Masjid Al Hamra di Spanyol, Masjid Kesultanan Oman di Oman, Masjid di Karbala Irak, dan beberapa masjid di Turkey. Gaya arsitektur dari masjid-masjid itulah yang menjadi inspirasi dalam rencana pembangunan kawasan masjid Kubah Emas.
Sepanjang tahun 1997 perencanaan konsep besar pun disiapkan. Konsepnya tidak hanya membangun masjid, tapi juga mencangkup rumah tinggal Hj Dian, gedung serba guna, dapur umum, cluster villa, ruko, kawasan pendidikan, dan sarana umum. Untuk memetakan seluruh bangunan tersebut, setidaknya dibutuhkan areal seluas 60 hektar.
Masih di tahun 1997, proses pencarian lahan mulai dilakukan. Lokasi yang diincar tidak terlalu jauh dari Jakarta, mempunyai udara yang relatif sejuk, dan tidak dilalui jaringan listrik tegangan tinggi. Beberapa lokasi sempat jadi pertimbangan diantaranya daerah Sentul Bogor, Cikarang Karawang, Sawangan Depok, dan Parung Bogor. Dari semua alternatif tersebut akhirnya Ibu Hajjah Dian memilih daerah Meruyung, Limo, Depok.
Daerah Limo, Depok, merupakan jalur alternatif perlintasan warga sekitar Sawangan yang akan menuju ke Jakarta melewati Cinere. Kelebihan daerah ini tidak terlalu jauh dari tempat tinggal Ibu Hajjah Diah di Jakarta dan udaranya relatif masih bagus.
Pada pertengahan 1998 pembebasan lahan seluas 3 hektar mulai dilaksanakan.
Seperti diketahui, pada 1998, Indonesia sedang dilanda krisis. Mulai dari krisis keuangan, ekonomi, dan kepercayaan yang ditandai dengan lengsernya mantan Presiden Soeharto dari kursi Presiden.
Di tengah krisis tersebut, pelaksanaan pembangunan kawasan Kubah Emas tetap dimulai. Ditandai dengan pemancangan tiang pancang pertama di lokasi bangunan masjid oleh Komisaris Yayasan Dian Al Mahri, Hj Dian Juriah Maimun Al Rasyid pada tanggal 27 Oktober 1998.
Di saat semua pembangunan kontruksi berhenti, ketika PHK terjadi di mana-mana, pembangunan kawasan Masjid Kubah Emas justru menciptakan lapangan kerja. Tak kurang dari 1000 tenaga kerja diserap di awal masa pembangunannya. Sebagian besar berasal dari sekitar kawasan pembangunan.
Pencanangan pembangunan masjid dilakukan pada tanggal 27 Oktober 1998. Setelah itu secara simultan semua pembangunan yang telah direncanakan mulai dibangun.
Pemancangan tiang pancang areal rumah tinggal Hj Dian dilakukan pada tanggal 23 Maret 1999.
Gedung serba guna di bulan April 2001.
Dapur umum di bulan Februari 2002. Akhirnya, semua pembangunan tahap pertama selesai dibangun pada akhir 2005.
Selama proses pembangunan, Hj Dian juga terjun langsung melakukan pengawasan secara intens. Mulai dari material kontruksi yang digunakan, material finishing, material granit, marmer, hingga pasir pun beliau ikut mengurusnya.
Untuk granit, Hj Dian bahkan melanglang buana dari galeri ke galeri di mancanegara seperti Brazil, Turki, dan Cina. Bahkan dia sampai mengunjungi lokasi penambangan.
“Saya ingin menggunakan yang terbaik untuk keagungan sebuah baitullah,” ujar Hj Dian.
Lampu gantung pun tak luput dari perhatiannya. Sebuah lampu sangat besar memiliki tinggi 14 meter dengan bentang 6 meter serta estimasi berat 2,5 ton dipesan dan didesain langsung dari pabriknya di Austria. Disain lampu tersebut didapat Hj Dian saat berkunjung ke sebuah masjid di Oman. Pihak pabrik yang membuatnya sempat terkejut karena lampu yang nantinya terbuat dari material solid berlapiskan emas, dan tentunya memerlukan biaya sangat besar, ternyata akan digunakan untuk tempat ibadah.
Untuk pembangunan bangunan lain, Ibu Hajjah Dian tidak terlalu campur tangan, beliau serahkan pada ahlinya. Hanya pembangunan masjid yang berada langsung di bawah pengawasannya.
BACA JUGA: Ini 3 Masjid yang Dikunjungi Nabi saat Isra Miraj
Masjid Kubah Emas Dian Al Mahri diresmikan pada tanggal 31 Desember 2006, bertepatan dengan pelaksanaan salat Idul Adha 1427H. Peresmian dilakukan oleh pendiri masjid Dian Al-Mahri, Hj Dian DJuriah Maimun Al-Rasyid dan Drs. H. Maimun Al-Rasyid.
Sejak itu, nama Masjid Kubah Emas tersohor. Begitu pula dengan Hj Dian Al-Mahri sebagai pendirinya.
Sebutan masjid megah berkapasitas 20 ribu jamaah ini berbeda-beda. Ada yang menyebutnya Masjid Dian Al-Mahri, ada juga yang menyebut Masjid Bu Dian, dan Masjid Kubah Emas. Tetapi orang lebih cenderung menyebut Masjid Kubah Emas sesuai ciri khas pada bagian kubahnya yang dilapisi emas berwarna kuning, begitupun pernak pernik di bagian dalamnya.
Selain kubah utama dan menara (minaret) yang dilapisi emas 24 karat, bagian lain yakni mahkota pilar/tiang, capital, lampu gantung, railing tangga mezanin, pagar mezanin, ornament kaligrafi di pucuk langit-langit kubah dan ornament dekoratif di atas mimbar mihrab, juga dilapisi emas. []
SUMBER: TRAVELERIEN