BARU-baru ini, seorang ibu menemukan sebuah grup yang terindikasi jaringan pedofilia. Grup tersebut berisi foto porno anak-anak. Hal itu tentu saja menggemparkan jagat media sosial. Terutama para ibu yang ketakutan buah hatinya menjadi sasaran para predator anak ini.
Bagi sebagian orang istilah pedofil atau pedofilia sudah tak asing di telinga. Para pedofil ini biasanya akan melakukan segala cara untuk mendapatkan mangsa mereka. Lalu apa sebenarnya pedofil ini?
Menurut pegiat Parenting Widianingsih, M.Ag, pedofil termasuk pada kategori psikososial. Istilah tersebut digunakan untuk menggambarkan hubungan antara kondisi sosial seseorang dengan kesehatan mental atau emosionalnya.
“Dari asal katanya, istilah psikososial melibatkan aspek psikologis dan sosial. Contohnya, hubungan antara ketakutan yang dimiliki seseorang (psikologis) terhadap bagaimana cara ia berinteraksi dengan orang lain di lingkungan sosialnya,” ujar penulis kolom Islampos ini.
Penulis buku parenting itu mengatakan, seseorang yang sehat mentalnya akan bereaksi dengan cara yang positif dalam banyak situasi.
“Berbeda dengan orang yang tidak stabil mentalnya, ia akan bereaksi negatif terhadap segala sesuatu yang terjadi dalam hidup,” terang Widianingsih.
Lebih lanjut Ibu dari tiga anak ini menjelaskan, cara agar seseorang terhindar dari gangguan psikososial adalah dengan memberikan pendidikan bermutu sejak dini.
“Pendidikan tersebut diberikan oleh orangtua, guru di sekolah dan lingkungan. Akan tetapi jika menurut Eric Erikson ada 8 tahapan,” jelas Widia.
Semua itu, lanjut Widia harus dibangun oleh orang dewasa kepada anak sejak bayi. Jika ada yang terlewatkan maka akan menyebabkan delay atau disorder.
“Contoh saja ya, tahap psikososial pertama trust vs mistrust. Percaya vs tidak percaya. Ini tahapan pada bayi sejak bayi lahir, jika bayi menangis, lalu ibunya datang kepadanya, merespon tangisan bayi seakurat mungkin, dengan cepat, maka bayi akan percaya dunia ini aman untuknya,” jelas Widia.
Kelak, kata Widia, saat dia dewasa dia siap berkarya. Namun, jika sebaliknya, saat dia menangis tak ada satu orang pun yang menghampiri, atau kalau pun ada lambat dan responnya tidak akurat, maka dia akan tidak percaya kepada dirinya, orangtuanya maupun lingkungannya.
“Disinilah pentingnya orang tua memiliki ilmu tentang anak. Jika ibu punya ilmu dia akan dapat membedakan tangisan bayinya, tangisan lapar berbeda dengan tangisan mengantuk,” tutupnya.
Seperti diketahui, menurut Depkes, 2011, contoh masalah psikososial lainnya adalah psikotik gelandangan dan pemasungan, penderita gangguan jiwa. Masalah anak: anak jalanan dan penganiayaan anak, masalah anak remaja: tawuran dan kenakalan, penyalahgunaan narkotika dan psikotropika. Masalah seksual: penyimpangan seksual, pelecehan seksual dan eksploitasi seksual, tindak kekerasan sosial, stress pasca trauma, pengungsi/ migrasi, masalah usia lanjut yang terisolir. Masalah kesehatan kerja: kesehatan jiwa di tempat kerja, penurunan produktifitas dan stres di tempat kerja. Dan lain-lain: HIV/AIDS. []