NAMA lengkapnya adalah Abu Hafs Umar Ibn Abdul Aziz bin Marwan bin Hakam bin As bin Umayah bin Abd. Syams. Ayahnya, Abdul Aziz pernah menjadi Gubernur di Mesir selama beberapa tahun. Umar Ibn Abdul Aziz adalah keturunan Umar ibn al-Khattab melalui ibunya, Laila Ummu Asim binti Asim bin Umar ibn al-Khattab.
Sejak kecil Umar telah cinta terhadap ilmu dan istiqomah dalam mempelajari serta mengkaji ilmu agama di majlis-majlis ulama, sebagaimana ia senantiasa menjaga dan bermajlis ilmu di Madinah, dan kota Madinah pada waktu itu menjadi kota yang bergemerlap kebaiakan dari ilmu para ulama, fuqaha serta orang-orang yang sholeh, Umar semangat dalam ilmu sejak usia dini, dan pelajaran pertama yang beliau pelajari dari para ulama adalah adab.
BACA JUGA: Khalifah Umar bin Abdul Aziz hanya Tunjuk Ahli Quran sebagai Pegawai dan Gubernur
Umar Bin Abdul Azis menjadi khalifah setelah wafatnya Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik, Ketika itu Umar tidak menyukai amanah yang jatuh kepadanya. Oleh karena itu Umar mengumpulkan orang-orang di masjid untuk salat berjamaah lalu berpidato.
Setelah menyampaikan pujian kepada Allah dan bersalawat kepada Nabi, dalam pidatonya Umar mengatakan, “Wahai manusia! Saya telah diuji untuk mengemban tugas ini tanpa dimintai pendapat, permintaan dari saya, atau musyawarah kaum Muslimin. Dengan argumen yang diungkapkan Umar kala itu, masyarakat tetap percaya atas kepemimpinan Umar dan mereka serempak mengatakan “Kami telah memilih engkau wahai Amirul Mukminin. Perintahlah kami dengan kebahagiaan dan keberkatan!”
Di awal kepemimpinan, Umar bin Abdul Azis mengumpulkan seluruh rakyatnya lalu mengumumkan dan menyerahkan seluruh kekayaan pribadi dan keluarganya yang diperoleh secara tidak adil kepada Baitul Maal. Ia membersihkah pemerintahan dari hal yang dibenci oleh Allah Swt.
Hal tersebut sangat bertolak belakang dengan khalifah sebelumnya yang selalu memerintah dengan harta yang sangat melimpah. Kemudian Umar bin Abdul Azis mengajak keluargaanya untuk tidak menikmati kekayaan negara karena itu hak rakyatnya. Hingga pada suatu hari, listrik di rumahnya padam.
Anaknya kemudian menyalakan listrik dari negara. Akan tetapi Umar berseru untuk mematikan listrik dan menyuruh menyalakan lilin, dan seraya berkata “jangan nyalakan wahai anakku, ini urusan pribadi keluarga, janganlah kau menggunakan fasilitas negara untuk keluarga pribadi”
BACA JUGA: Pertanyaan untuk Umar bin Abdul Azis
Sampai di akhir kepemimpinannya, dijelaskan bahwa yang disebut masyarakat miskin di zaman Umar bin Abdul Azis ialah memiliki rumah, budak / pembantu, kuda, dan memiliki hutang. Kita bisa membayangkan betapa sejahteranya kondisi masyarakat di zaman itu. Tentu sangat terbalik dengan masayarakat saat ini.
Walaupun Umar bin Abdul Azis hanya memerintah selama 27 bulan atau 2 tahun 3 bulan akan tetapi bisa mengubah kehidupan masyarakatnya menjadi adil dan sejahtera.
Begitulah sosok pemimpin Muslim yang benar-benar menerapkan prinsip syariah. Dimana semua golongan merasa diuntungkan, keadilan yang merata melingkupi setiap rakyatnya. Kebahagiaan serta kesejahteraan yang selalu di impikan akan dapat tercapai jika pemimpin kita pun yang selanjutnya menerapkan prinsip-prinsip Islam sebagaimana mestinya.
Wallahu’alam bissawab. []
Kirim ide/gagasan Anda sebagai mahasiswa lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri.