SUATU ketika, sahabat Urwah berkata kepada Aisyah, “Wahai bibiku, saya tidak terlalu takjub dengan kepandaianmu di bidang fiqih karena engkau istri Nabi saw. dan putri Abu Bakar ash-Shiddiq. Saya juga tidak takjub dengan pengetahuanmu tentang syair dan sejarah karna engkau putri Abu Bakar dan ia termasuk orang terpandai di antara kaumnya. Tapi saya takjub dengan pengetahuanmu tentang ilmu kedokteran, dari mana engkau dapatkan ilmu itu? Atau bagaimana bisa?”
BACA JUGA: Aisyah Ceritakan Kebiasaan Rasulullah di dalam Rumah
Kemudian Aisyah berdiri sambil menepuk bahu Urwah.
Urwah bin Zubair adalah keponakan Aisyah. Aisyah berkata, “Wahai Urwah, Rasulullah saw. menderita sakit pada akhir hayat beliau. Ketika itu banyak berdatangan utusan dari segala penjuru Arab untuk mengobati beliau. Merekalah yang mendiagnosa beliau dan sayalah yang mengobatinya. Karena itu, saya tahu tentang ilmu kedokteran.”
Keluasan ilmu Aisyah tidak diragukan lagi. Az-Zuhri perah membandingkan keilmuannya, “Seandainya ilmu Aisyah dibandingkan dengan ilmu seluruh wanita, maka ilmu Aisyahlah yang lebih utama.”
Imam adz-Dzahabi dengan sanadnya dari al-Ahnaf, pernah mengatakan, “Aku pernah mendengar khutbah Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, dan para khalifah setelahnya, namun aku tidak mendengarkan ucapan lisan seseorang pun yang lebih utama, indah, dan baik daripada lisan Aisyah.”
BACA JUGA: Belajar Sedekah dari Sayyidatina Aisyah Ra
Kesaksian lain datang dari Musa bin Thalhah yang berkata, “Aku tidak pernah melihat orang yang lebih fasih daripada Aisyah.” []
Sumber: Perempuan-perempuan di SekitarRasulullah/ Muhammad Ibrahim Saliiim/ Gema Insani/ Jakarta/ 2002