BURUNG Hud-hud sudah tersohor sejak kenabian Sulaiman AS, raja sekaligus utusan Allah Ta’ala yang diberikan kemampuan untuk memahami bahasa burung dan menaklukannya untuk memperkuat bala tentara dan kekuatan dakwahnya.
Kisah burung ini unik dan heroik, patut menjadi ibroh bagi manusia sepanjang zaman. Cerita tersebut diabadikan-Nya dalam Al-Qur’an, Surah An-Naml ayat 22 sampai 23.
Dan dia memeriksa burung-burung lalu berkata, “Mengapa aku tidak melihat Hud-hud, apakah dia termasuk yang tidak hadir. Sungguh aku akan benar-benar mengazabnya dengan azab yang keras, atau benar-benar menyembelihnya kecuali jika dia benar-benar datang kepadaku dengan alasan yang terang.”
BACA JUGA: Kisah Tabayyun Burung Hud-Hud
Maka tidak lama kemudian (datanglah Hud-hud), lalu ia berkata, “Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya, dan kubawa kepadamu dari negeri Sab, suatu berita yang penting dan diyakini. Sesungguhnya aku menjumpai seorang perempuan yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar.”
Nama Hud-hud berasal dari bahasa arab. Orang arab telah mengenalnya dan menamai burung tersebut sejak zaman dahulu kala. Di Indonesia dikenal dengan nama hupo tunggal, dapat dijumpai di hutan-hutan Kalimantan dan Sumatra.
Sebagaimana Allah Ta’ala menciptakan setiap makhluk dengan perbedaan bentuk, tabiat, potensi, tugas, tujuan dan lainnya. Burung yang dalam bahasa inggris disebut hoopoe ini, merupakan burung diurnal, yakni aktif di siang hari, mencari makan serangga-serangga kecil, seperti ulat, belalang, dan kumbang. Hal ini memperlihatkan sosok burung yang suka berkelana, aktif, dan dinamis.
Sayyid quthb menyebutkan bahwa Hud Hud yang menakjubkan ini bukan sembarang burung yang bertebaran dimana-mana. Namun, salah satu kepala pasukan jenis burung di zaman Nabi Sulaiman ini khusus, sebagai bentuk mukjizat luar biasa. Karena memiliki nalar, kecerdasan, iman, dan kepiawaian dalam menyampaikan berita, memiliki kesadaran watak posisinya dan membuat isyarat yang cerdas.
BACA JUGA: Ini Nama Lain Burung Hud-hud di Indonesia
Dibalik kemampuan yang Allah Ta’ala anugerahkan, berupa kemampuan terbang sangat jauh dari Palestina menuju Yaman kemudia kembali ke negeri asalnya. Ilmuan yang pernah meneliti menyebutkan bahwa mereka mampu terbang sampai melewati puluhan negara sekalipun. Terlihat memiliki loyalitas tinggi dan disiplin, semangat memberi dan berkorban.
Dengan kemampuannya, Hud-hud menyadari tanggung jawab akan tugas dan misi yang di embannya dengan baik, yakni memberi dukungan dan loyalitas terhadap Allah Ta’ala dengan membantu tugas dakwah Nabi Sulaiman dijalan-Nya, “Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah…” (Qs an-Naml: 26).
Menyadari posisi dan peluang dakwah yang bisa dilakukan sebagai salah satu tentara dan tugas sebagai makhluk Allah Ta’ala, Hud-hud memperlihatkan kreativitas dakwah dan mampu berinisatif, tatkala melihat ratu Bilqis dan rakyatnya menyembah matahari, bukan mengabdi kepada Allah Ta’ala semata.
Pengorbanan seekor burung yang absen tatkala apel siaga di pagi itu, menjadi bukti sejarah ketatan makhluk terhadap Sang Pencipta dan Nabi-Nya. Menjadi prestasi dibalik lelah dan letihnya dan mengukir prestasi dihadapan-Nya. []
Sumber: khazanah Republika