MENGINGAT mati tidak pernah lepas dari diri wanita ini. Dia mengetahui secara pasti bahwa dunia adalah masa yang terhitung saja. Ketika hilang satu hari maka hilanglah sebagian dari dunia. Oleh karena itu, dia senantiasa bersiap untuk mati setiap saat.
BACA JUGA: Kain Kafan dalam Tahap Rajutan, Masihkah Ingin Berselfi? (1)
Sedemikian rupa persiapannya sampai diceritakan bahwa dia selalu menyimpan kain kafan untuknya, yang berupa sebagian dari pakaiannya. Apabila dia menunaikan haji atau berihram maka dia selalu memakai pakaian yang dia siapkan untuk kain kafannya itu.
Ketika tiba sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan, dia memakainya lagi untuk beribadah. Wanita itu adalah Hafshah binti Sirin, seorang ahli hadits yang zuhud. Dia menghabiskan masa mudanya untuk beribadah dan bertakwa. Dia berkata, “Wahai sekalian pemuda, ambillah kebaikan untuk diri kalian ketika kalian masih muda. Sesungguhnya aku melihat amalan itu ada di waktu muda.” (Shifah ash-Shafwah, 1/404)
Dia mengkaji Al-Quran AI-Karim dan merenungkan maknanya ketika dia masih berusia 12 tahun. Saudaranya, Muhammad bin Sirin, apabila menemui kesulitan dalam mengkaji Al-Quran Al-Karim, dia berkata, “Pergilah kalian kepada Hafshah. Bertanyalah kepadanya, ‘Bagaimana dia mengkajinya?'” Hafshah terkenal dengan kezuhudan dan kesabarannya yang indah dalam taat kepada Allah. Dia banyak melakukan puasa sunah dan menghabiskan waktu yang lama untuk shalat malam. Dia masuk ke tempat shalatnya lantas dia mengerjakan shalat di sana. Dia beribadah dengan membaca Al-Quran, dan tidak keluar dari rumahnya kecuali untuk keperluan yang mendesak atau untuk menyambut tamu yang datang ke rumahnya untuk meminta fatwa kepadanya, dan belajar ilmu darinya.
BACA JUGA: Kain Kafan dalam Tahap Rajutan, Masihkah Ingin Berselfi? (2-Habis)
Dia adalah seorang wanita ahli hadits dan ia tumbuh di rumah ilmu. Dia memiliki enam orang saudara kandung, semuanya hafal Al-Quran, dan menghabiskan waktunya untuk memelajari hadits. Hafshah sangat mencintai ilmu, siap mengorbankan segala kemuliaan dan harta yang mahal untuk mendapatkannya. Mengapa? Karena dia mengetahui bahwa ulama adalah pewaris para nabi, Sebagaimana dia juga dikenal sebagai wanita yang berpegang teguh pada ajaran Islam yang benar, komitmen pada ketaatannya kepada Allah dan Rasul-Nya. []
Sumber: Keistimewaan 62 Muslimah Pilihan/ Penulis: Ali bin Nasyif asy-syuhud/ Penerbit: Ar-Rijal Publishing/ April, 2013