Oleh: Widya Fauzi
Founder Komunitas Muslimah Menjahit dan Bandung Storytellingclub
wwidiaz08@gmail.com
Selama ini..
ku mencari-cari…
teman yang sejati..
buat menemani perjuangan suci..
Teman Sejati – Brothers
SAHABAT biasa dikenal sebagai seseorang yang memiliki hubungan sangat dekat dengan kita. Kata “sahabat” berasal dari akar kata “sahiba”, yang memiliki arti “menyertai”. Maka orang yang disebut sahabat adalah mereka yang selalu menyertai dan menemani dalam setiap keadaan. Baik dalam keadaan senang maupun susah, lapang ataupun sempit, sahabat akan selalu hadir untuk kita. Begitulah sejatinya seorang sahabat, meski mereka tidak bisa membuat semua masalah yang kita hadapi menghilang, tapi mereka tidak akan pernah menghilang di saat kita memiliki masalah.
Beberapa waktu belakangan ini tengah viral kasus bullying siswa SMP, Audrey (14) oleh beberapa siswi SMA di Pontianak. Dikutip dari laman CNN Indonesia (9/4/2019), dugaan sementara pemicu pengeroyokan adalah masalah asmara dan saling komentar di media sosial.
Fakta berkembang, rupanya bukan hanya masalah laki-laki yang melatarbelakangi pengeroyokan Audrey (14) oleh 12 siswi SMA di Pontianak tersebut. Usut punya usut, gara-gara utang Rp500 ribu yang dimiliki salah satu orangtua pelaku pada orangtua Audrey, lalu Audrey selalu mengungkitnya membuat pelaku tersebut tersinggung hingga akhirnya melakukan aksi pengeroyokan. (tribunstyle.com 10/4/2019)
BACA JUGA: Ketika Nabi dan Dua Sahabat Dijamu Seorang Lelaki Anhsar
Dari kasus diatas banyak yang bisa kita pelajari. Mari kita garis bawahi poin ” Gara-gara hutang 500.000 yang dimiliki oleh orangtua ‘salah satu pelaku’ kepada orang tua Audrey, yang ternyata sudah lunas, namun selalu diungkit Audrey, membuat ‘salah satu pelaku’ tersebut tersinggung dan melakukan bullying terhadap Audrey.
Lihat faktanya, yang bermasalah hanya salah satunya saja, tapi kenapa yang melakukan bully bisa sampai 12 orang? Di media lain disebutkan bahwa hanya 3 orang saja yang melakukan praktik penganiayaan, 9 sisanya hanya menonton.
Ini menunjukkan bahwa anak-anak saat ini mudah sekali disulut emosinya, diprovokatori untuk ikut membenci yang dianggap ‘musuh’ dari salah satu temannya lalu menghalalkan perilaku aniaya tersebut atas nama persahabatan.
Apakah bekerjasama untuk menyakiti orang lain atas nama pembelaan terhadap ‘teman’ yang merasa tersakiti hatinya layak disebut sebagai pemaknaan dari kata sahabat sejati?
Mari kita bandingkan dengan kisah persahabatan manusia terbaik sepanjang masa Rasulullah SAW dengan Abu Bakar As-Shidiq.
Perjuangan Rasulullah Muhammad SAW dalam menyebarkan Islam tidak bisa dilepaskan dari sosok Abu Bakar As Shiddiq. Sosok ini menjadi simbol persahabatan sejati, karena Abu Bakar adalah sahabat terdekat Rasulullah.
Nama aslinya adalah Abdullah ibn Abi Quhafa, sedangkan Abu Bakar adalah nama panggilannya. Terlahir dari keluarga kaya raya yang mendidiknya menjadi pedagang sukses, Abu Bakar dikenal sebagai sosok yang amanah dan jujur.
Sifat ini terjamin dalam ucapan Rasulullah yang menyebutnya sebagai orang yang pertama kali menerima Islam dan meyakini nubuat kenabian Muhammad. Sejumlah riwayat menyebut Abu Bakar berusia dua tahun lebih muda daripada Rasulullah.
Perbedaan usia yang tidak terlalu jauh membuat hubungan persahabatan antara Rasulullah dengan Abu Bakar sangat dekat. Meski keduanya saling mengenal setelah Muhammad menikah dengan Khadijah. Abu Bakar adalah tetangga Khadijah.
Aisyah, putri Abu Bakar, yang kemudian menjadi istri Rasulullah setelah kematian Khadijah, menggambarkan ayahnya sering sekali dikunjungi Nabi. Diantara keduanya terjalin hubungan persahabatan yang sangat kuat.
Gelar As Shiddiq didapatkan Abu Bakar setelah menyatakan keyakinannya akan kebenaran peristiwa Isra’ Miraj yang dijalankan Rasulullah dari Mekah menuju Yerusalem. Di saat banyak orang mengejek Nabi dengan mengatakan peristiwa itu hanyalah kebohongan, Abu Bakar teguh membela Rasulullah.
Diriwayatkan orang-orang banyak mendatangi Abu Bakar dan mengatakan, “Temanmu mengatakan hal yang tidak bisa dipercaya. Dia pergi ke Yerusalem dalam semalam dan naik ke langit.” Abu Bakar kembali bertanya, “Apakah dia mengatakannya?” Saat jawabannya adalah “Ya”, Abu Bakar langsung berkata, “Jika dia mengatakan itu, maka itu benar.”
Kesetiaan Abu Bakar mungkin belum ada yang bisa menandingi. Abu Bakar adalah orang yang menemani Nabi di saat-saat sulit menjalankan dakwah.
Karena pertimbangan keamanan, Rasulullah meminta umat Islam untuk berhijrah keluar dari Mekah. Awalnya, dataran Abyssinia yang didiami umat Nasrani menjadi tujuan utama. Tetapi tatkala hijrah skala besar dibutuhkan, umat langsung mengalihkan perhatian ke Madinah.
Banyak sahabat Nabi memulai perjalanan ke Madinah dengan harapan bisa membangun pusat peribadatan Islam. Abu Bakar yang juga ingin berhijrah, sempat hendak mengutarakan niatnya kepada Rasulullah. Tetapi, dia memilih menahan diri. “Tunggulah sebentar. Mungkin Allah akan memberimu sahabat,” ucap Abu Bakar menghibur diri.
Benar saja. Abu Bakar akhirnya berhijrah bersama Rasulullah. Bahkan tatkala Rasulullah diincar untuk dibunuh, Abu Bakar ada di samping Rasulullah, melewati masa-masa sulit. Keduanya bersembunyi di sebuah gua. Hingga kaki Abu Bakar pun digigit ular dan terluka namun ia menahan rasa sakitnya agar tidur Rasul tidak terganggu. Tetesan air matanya pada pipi Rasul yang akhirnya membangunkan Rasul. Lalu atas izin Allah, Rasul menyembuhkan kaki Abu Bakar yang terkena gigitan ular dengan sekali usapan.
Bahkan, Abu Bakar mendapat amanah dari Rasulullah untuk memimpin sholat ketika Rasulullah sakit keras. Begitulah persahabatan sejati Rasulullah dengan Abu Bakar. Tidak hanya di dunia bahkan persahabatan mereka sampai ke jannah-Nya.
Dalam islam, hubungan persahabatan sangatlah indah. Bukan hanya selalu menyertai, namun seorang sahabat juga selalu membantu kita dalam kebaikan serta menasehati kita saat melakukan keburukan. Kehadiran mereka membawa kita semakin dekat kepada Sang Pencipta, Allah SWT. Bukan justru sebaliknya membuat kita tenggelam dalam bermaksiat kepada Allah dan semakin jauh dari-Nya.
Oleh karena itu, penting bagi siapa saja untuk bijak dalam memilih sahabat. Jangan sampai orang yang kita anggap sebagai sahabat ternyata tidak mampu membawa kita semakin dekat dengan Allah, bahkan justru membawa pengaruh buruk dalam kehidupan kita. Ibnu Athoilah pernah menyampaikan sebuah nasehat indah tentang persahabatan, “Janganlah kamu berteman dengan orang yang keadaannya tidak bisa membangkitkan semangatmu dan pembicaraannya tidak mampu membimbingmu ke jalan Allah”.
BACA JUGA: Anak-anak ‘Brutal’, Salah Siapa?
Temanmu akan menggambarkan siapa kamu dan derajat keimananmu. Maka pilihlah teman secara bijak.
Allah SWT berfirman, “Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang bertakwa.” (Q.S Az-Zukhruf: 67)
Maka, jika urusan memilih dan memilah teman saja begitu diatur dengan indahnya oleh Islam. Apalagi urusan-urusan yang lainnya. Sahabat, hanya dengan memeluk Islam secara keseluruhannya, mencontoh sikap dan perilaku Rusulullah, menerapkan aturan syariat dalam kehidupan, insyaallah kita akan mudah menemukan jati diri yang hakiki serta memiliki prinsip hidup benar di hadapan Allah yang kokoh sehingga sebagai generasi muda kita tidak akan mudah terombang-ambing oleh derasnya arus negatif yang di lingkungan sekitar kita.
Wallahu’alam bish shawab. []
Sumber Pustaka
Sirah Nabawiyah – Perjalanan Hidup Rasul Yang Agung Muhammad
Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi di luar tanggung jawab redaksi.