Oleh: Nurhayati
Koordinator Komunitas Muslimah Menulis
Ibu Rumah Tangga Tinggal di Depok
emakpeduligenerasi@gmail.com
SAAT ini menjadi wanita karier, mapan dengan jabatan mumpuni adalah predikat yang dipandang paling baik oleh masyarakat karena wanita karier seakan-akan memiliki prestise tersendiri, mandiri dan sudah tentu memiliki penghasilan sendiri.
Namun seiring dengan itu, apa yang terjadi apabila seorang wanita sudah memiliki jabatan karier dan penghasilan yang bagus? Otomatis akan ada kesenjangan, keakuan, keegoisan dalam diri wanita tersebut. Dia merasa sudah bisa sejajar dengan laki-laki bahkan bisa berada di atas laki-laki.
Inilah program dari kapitalis sekuler dengan dalih kesetaraaan atau emansipasi. Wanita diberikan kebebasan dalam berekspresi dan beraktivitas walau pun itu harus meninggalkan kewajiban utama seorang wanita.
BACA JUGA:Â Wanita Bekerja di Luar Rumah, Bolehkah?
Padahal, di dalam Islam predikat tertinggi dari seorang wanita adalah menjadi perhiasan terindah bagi seorang suami serta menjadi ummu warobbatul bait yakni madrasah pertama bagi anak-anaknya sehingga dapat menghantarkan mereka menuju kesuksesan dunia dan akhirat.
Namun apabila terpaksa seorang wanita bekerja itu mubah-mubah saja, karena Islam memang membolehkan dengan catatan tidak keluar dari jalur dari kodrat yaitu sebagai seorang istri dan ibu. Ini artinya boleh saja seorang wanita bekerja namun tidak meninggalkan tugas utamanya sebagai seorang istri dan ibu.
Sulit? Amat sangat sulit karena pertama harus bisa memprioritaskan kewajiban sebagai istri dan ibu baru pekerjaan. Jangan terbalik seperti yang terjadi pada wanita pekerja zaman now, mereka lebih mementingkan dan mendahulukan pekerjaan dari pada keluarga. Maka jadilah anak-anak zaman now yang kurang perhatian dan kurang kasih sayang sehingga mereka sering terjerumus dalam kenakalan remaja, geng motor, seks bebas dan lainnya. Mereka melakukan itu semua semata untuk mencari perhatian dan kasih sayang di luar rumah pada orang dan lingkungan yang salah.
BACA JUGA:Â Kalau Wanita Kurang Tidur, Ini Akibatnya
Sebenarnya, dalam Islam kewajiban mencari nafkah ada pada suami sedangkan tugas istri hanya mendidik, mengurus rumah tangga, bagaimana seorang suami merasa nyaman berada di rumah, bagaimana seorang anak bisa menjadi anak saleh dan salihah. Itu semua merupakan pekerjaan mulia yang memerlukan ilmu tingkat tinggi. Oleh karena itu, jangan pernah bilang jadi ibu rumah tangga adalah pengangguran ya ibu-ibu, karena pekerjaan seorang ibu tidak pernah ada habisnya dan tidak pernah habis.
Sejatinya wanita dalam Islam akan selalu menjadi tulang rusuk tidak akan pernah menjadi tulang punggung. Maka apabila wanita berkarier, otomatis dia harus menjadi istri, ibu yang salihah dulu baru dia akan bekerja hanya sesuai akad saja tidak untuk mencari prestise.
Sesungguhnya seorang Kartini sejati pastilah tetap ingin meraih surga.[]
Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi di luar tanggung jawab redaksi.