AMERIKA–IBTIHAJ Muhammad (31), seorang atlet Anggar perempuan Amerika yang berlaga dalam Olimpiade 2016 dan meraih medali perunggu.
Ibtihaj dikenal karena dia merupakan perempuan Muslim Amerika pertama yang mengenakan hijab saat berlaga di Olimpiade.
Meski ikut mengharumkan nama Amerika Serikat di kancah internasional, Ibtihaj nampaknya khawatir dengan pemerintahan Donald Trump saat ini.
Dia khawatir berbagai kebijakan Donald Trump justru bertentangan dengan idealisme yang dibangun Amerika Serikat.
Kemudian ia menumpahkan kekhawatirannya itu melalui surat terbuka yang dimuat TIME, Senin (20/3/2017). Berikut isi surat terbuka Ibtihaj Muhammad:
“Yang terhormat Presiden Trump,
Mewakili Amerika Serikat dalam Olimpiade merupakan kehormatan terbesar sepanjang hdup saya. Saya tak akan pernah melupakan berjalan di belakang bendera Amerika saat upacara pembukaan dikelilingi teman satu tim saya.
Mereka semua berasal dari cabang olahraga yang berbeda, memiliki kepercayaan yang berbeda, dan etnis yang beragam. Meski demikian, perbedaan itu justru menggambarkan Amerika itu sendiri: dipersatukan oleh cinta kepada negara kita.
Kisah saya adalah sebuah kisah klasik sebuah kota kecil di Amerika. Di kampung halaman saya, Maplewood, New Jersey, pertanyaan yang muncul adalah olahraga apa yang akan saya geluti, bukan saya akan menggeluti sebuah olahraga.
Inti kisah saya bukanlah soal olahraga, ini adalah soal kesempatan, kesempatan untuk memperjuangkan sesuatu dan memercayai takdir diri sendiri. Inilah yang membuat kisah tentang Amerika begitu unik dari semua kisah sebelumnya, juga tentang kisah saya dan kisah-kisah orang Amerika lainnya.
Saya mencintai Amerika karena ide berkelanjutan bahwa kami, sebagai individual dan bangsa, sangat luar biasa dan sempurna. Sehingga merupakan sebuah kewajiban kolektif bagi semua orang untuk menghormati potensi setiap orang.
Inilah sebabnya saya menulis surat untuk Anda. Saya adalah gambaran mimpi Amerika, murid sekolah negeri, dengan orang tua yang sangat mencintai yang mengajarkan bahwa dengan kerja keras dan ketekunan, saya bisa menjadi apapun yang saya mau.
Dengan memercayai kemampuan diri sendiri dan menolak untuk menyerah, saya berhasil menanggulangi banyak kendala dan stereotipe yang mengganggu. Saya adalah perempuan Muslim pertama dan mengenakan hijab pertama yang mewakili Amerika Serikat dalam Olimpiade.
Saya begitu diberkati karena bisa meraih satu medali dalam Olimpiade Rio bersama rekan-rekan satu tim saya. Saya ada perempuan Muslim berkulit hitam yang menggeluti olahraga yang tidak populer.
Dan di panggung terbesar dunia, saya menyingkirkan semua label yang melekat dan menunjukkan kepada dunia bahwa saya bisa menjadi Muslim sekaligus menjadi bangsa Amerika. Ketika saya mendengarkan Anda, saya merasa kisah yang Anda sampaikan menciptakan gambaran yang sungguh berbeda.
Anda menganggap para pengungsi yang melarikan diri dari teror adalah akar terorisme ketimbang korban dari terorisme. Anda melihat kontribusi negara ini untuk menampung pengungsi sebagai sebuah “kesepakatan buruk”, ketimbang sebuah contoh tentang bagaimana Amerika memperjuangkan sesuatu.
Anda melihat hijab yang saya kenakan sebagai tanda ancaman dan penebar ketakutan.
Anda mengatakan,”Saya pikir Islam membenci kita”. Hal itu bukan hanya salah tetapi memprovokasi ketakutan dan kebencian.
Pernyataan Anda juga mendorong kekerasan terhadap Muslim dan tempat ibadah kami.
Saya yakin itu bukan niat Anda, saya tak ingin memercayai hal tersebut.
Namun, saya pikir Anda dan pemerintahan yang Anda pimpun melihat saya dan orang-orang seperti saya bukanlah bangsa Amerika tetapi sebagai “orang lain”.
BACA JUGA:
AS Larang Penumpang Pesawat dari Timur Tengah dan Afrika Utara Bawa Alat Elektronik ke Amerika
Dituduh Serang Masjid, Amerika Berdalih Targetkan Al-Qaeda
Hamze, Muslimah Pertama di Akademi Militer Amerika Serikat
Larangan bagi pelancong dari negara berpenduduk Muslim dan pengungsi Suriah masuk ke Amerika menciptakan implikasi ke negara-negara lain yang tidak masuk ke dalam daftar larangan.
Implikasinya bukan hanya sekadar ada di ruang-ruang pengadilan, tetapi juga saat dalam antrean Starbucks.
Tak hanya dalam berita-berita di malam hari tetapi hal ini menjadi teror bagi anak-anak yang mempertanyakan keselamatan orangtua dan tempat tinggalnya.
Inikah yang Anda inginkan saat Anda membacakan sumpah untuk menegakkan konstitusi Amerika Serikat?
Iklim ketakutan dan kebencian yang dibakar oleh kampanye-kampanye Anda mendapatkan momentum lewat kebijakan Anda.
Sejak Anda terpilih, saya berulang kali diperiksa di bandara, wajah saya dianggap mencurigakan dan, di jalanan New York, saya diminta pulang ke negara asal saya.
Ini bukan Amerika yang saya kenal dan ini bukan Amerika yang menjadi contoh bagi dunia dalam hal inspirasi dan kepemimpian.
Ada 3 juta Muslim di Amerika. Mereka mengajar anak-anak kita, merawat kerabat kita yang sakit, ikut terlibat dalam perang, dan meski kerap Anda serang, mereka tetap bangga menjalankan tugas di garis depan untuk menjaga keselamatan bangsa Amerika.
Iman saya memerintahkan saya agar menolong mereka yang kurang beruntung dan berbicara menentang ketidakadilan.
Presiden Trump, lihatlah kenyataan ini: kita tak memiliki masalah pengungsi. Masalah itu sama sekali tidak ada.
Namun, saya khawatir sebuah kampanye teror sedang dikobarkan terhadap idealisme bangsa Amerika dalam hal keadilan dan kesetaraan.
Gerakan Olimpiade memilih lambang cincin beraneka warna yang saling mengikat untuk menggambarkan
persatuan umat manusia.
Olahraga selalu menjadi penyeimbang dan simbol perdamaian, bahkan di zaman dahulu, olahraga bisa menghentikan peperangan.
Selain menjadi Muslim perempuan pertama yang mewakili Amerika, hal yang paling saya cintai dari Olimpiade adalah pengalaman bahwa kesuksesan saya merupakan hasil dari kesempatan, kebebasan, dan kemerdekaan diri saya sebagai bangsa Amerika.
Mengatasi kendala adalah tantangan saya sebagai seorang atlet. Kini, saya menghadapi tantangan sebagai warga negara.
Saya pernah mewakili Anda. Kini Anda mewakili saya. Saya mendesak agar melakukannya dengan kerendahan hati, penuh perhatian, dan murah hati untuk menjalankan janji suci Anda.
Sebagai seorang warga Muslim Afrika-Amerika yang mencintai negaranya, agama saya menganjurkan agar saya tetap penuh harapan, yakin dengan kemampuan melawan kefanatikan dengan cinta, dan menjadikan perbedaan sebuah kekuatan. Inilah yang membuat Amerika menjadi hebat.
Hormat saya,
Ibtihaj Muhammad.” []