SELEPAS perang Badar, kaum muslimin mendapat banyak ghanimah dan juga tawanan perang. Saat itulah Rasulullah meminta pendapat kedua sahabatnya, Abu Bakar dan Umar. Rasulullah menanyakan apa yang akan dilakukan kepada tawanan perang.
“Apa pendapat kalian mengenai tawanan perang ini?”
Abu Bakar menjawab, “Wahai Rasulullah, mereka adalah anak-anak paman dan juga kerabat (kita). Aku berpendapat sebaiknya kita meminta tebusan sehingga kita memiliki kekuatan di mata kaum musyrikin. Semoga Allah memberi mereka hidayah untuk memeluk Islam.”
BACA JUGA: Rasulullah Marah dalam Urusan Ini
Kemudian Rasulullah bertanya pada Umar, “Apa pendapatmu wahai Ibnu al-Khattab?”
Umar pun menjawab, “Demi Allah wahai Rasulullah, aku berbeda pendapat denganAbu Bakar. Aku berpendapat bahwa sebaiknya engkau memberikan tawanan kepada kami agar kami menebas leher mereka. Berikanlah ‘Aqil (kakak kandung Ali) kepada Ali agar Ali menebas lehernya, dan berikan padaku Fulan (kerabat Umar) agar aku menebas lehernya. Karena mereka berdua adalah pemimpin dan pembesar kaum kafir.
Setelah mendengar dua jawaban yang berbeda dari kedua sahabatnya, Rasulullah lebih condong kepada pendapat Abu Bakar. Keesokan harinya Umar mendapati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sedang menangis bersama Abu Bakar.
Umar berkata, “Wahai Rasulullah, beritahukan padaku apa yang membuatmu dan sahabatmu menangis. Jika aku dapat menangis, aku akan menangis. Dan jika aku tidak dapat menangis, maka aku akan berpura-pura menangis.”
Rasulullah pun bersabda, “Aku menangis karena para sahabatmu menyuruhku untuk mengambil tebusan (para tawanan), padahal (hakikatnya) mereka menawarkanku azab yang lebih dekat dari pohon ini (pohon tersebut berada dekat Rasulullah).
BACA JUGA: Dakwah Rasulullah Ubah Manusia Sesat Menjadi Umat Terbaik
Kemudian turunlah Surah Al-Anfaal Ayat 67:
مَا كَانَ لِنَبِيٍّ أَنْ يَكُونَ لَهُ أَسْرَىٰ حَتَّىٰ يُثْخِنَ فِي الْأَرْضِ ۚ تُرِيدُونَ عَرَضَ الدُّنْيَا وَاللَّهُ يُرِيدُ الْآخِرَةَ ۗ وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
”Tidak patut, bagi seorang Nabi mempunyai tawanan sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya di muka bumi. Kamu menghendaki harta benda duniawiyah sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat (untukmu). Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Sumber: Abu Jannah. Sya’ban 1438 H. Serial Khulafa Ar-Rasyidin, Abu Bakar ash-Shiddiq. Jakarta: Pustaka Al-Inabah.