JAKARTA–Didin Wahyudin (45), orang tua Muhammad Harun Al Rasyid (15), siswa SMP AA Tanjung Duren, Jakarta Barat, yang diduga menjadi korban penembakan aparat dalam kerusuhan di kawasan Slipi, pada 22 Mei 2019, menceritakan awal kehilangan anaknya.
Harun mengisahkan, ia awalnya menerima informasi kematian anaknya dari anggota grup percakapan lingkungan rumahnya yang juga mendapat kabar dari tim medis yang menyelamatkan korban-korban kerusuhan.
BACA JUGA: Pemprov DKI Jakarta Tanggung Biaya Perawatan Korban Luka Aksi 22 Mei
“Saya mendapat kabar bahwa ada anak umur belasan tahun terkena tembak polisi,” ujar Didin, di rumahnya di kawasan Duri Kepa, Jakarta Barat, Sabtu (25/5/2019).
Didin mengatakan, anaknya tersebut pergi dari rumah tanpa meminta izin kepadanya pada 22 Mei sore, sebelum waktu berbuka puasa. Orangtuanya mengira Harun hanya sekadar bermain, bukan datang ke lokasi kerusuhan.
“Dia itu keluar tanpa izin, tidak tahu mau ke mana. Saya anggap itu main saja sih,” ujar Didin.
Didin kembali menceritakan, karena tak kunjung pulang keesokan harinya, ia menyebar informasi Harun hilang ke banyak grup percakapan. Salah satu anggota di grup percakapan tersebut akhirnya mengirim foto jenazah remaja yang dicurigai Harun di RS Kanker Dharmais.
“Dibilangnya, ‘coba dicek, sepertinya ada anak korban tembak polisi, umur belasan tahun’,” ujar Didin.
BACA JUGA: Seratus Lebih Korban Bentrok Dirawat di RSUD Tarakan, Dua Tewas
Didin mengungkapkan, dari Dharmais, jenazah putranya dibawa ke RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur. Didin lantas menerima jenazah Harun dalam kondisi sudah terkafani, sudah dimandikan, dan harus segera dimakamkan karena telah lama meninggal.
“Harun pulang ke rumah itu sudah rapi, sudah dikafani, dan saya hanya bisa lihat wajahnya saja. Tadinya saya mau buka semua, saya mau lihat (luka-luka). Tapi saya kasihan, harus cepat-cepat dimakamkan,” ujar Didin. []
SUMBER: VIVA