Oleh : Lilik Yani
RASULULLAH SAW teladan dalam menjalankan ibadah. Termasuk juga pada bulan Ramadhan. Khusus pada sepuluh hari terakhir, Beliau SAW biasa mengajak seluruh keluarganya untuk menjalankan i’tikaf di masjid.
I’tikaf Ramadhan adalah kesempatan terbaik bagi muslim yang ingin mendapatkan kebahagiaan sejati. Karena di dalamnya terdapat banyak kebaikan yang disiapkan Allah SWT untuk kaum muslimin yang mengupayakannya.
I’tikaf sebuah ibadah yang memfokuskan diri kita kepada Allah
secara total, dan meninggalkan berbagai kesenangan dunia yang dapat menghalangi kejernihan ruhani dalam interaksi insan muslim dengan Allah SWT.
BACA JUGA:Â Sebelum I’ikaf, yuk Kita Ketahui Adab-adabnya!
Syariat Islam tujuan utamanya untuk mewujudkan hubungan ruhani yang berkelanjutan antara hamba dengan Rabb-nya. Melalui ibadah baik ibadah ritual maupun segala aktivitas baik yang diniatkan mencari Ridlo Allah dan dilakukan dengan mengikuti syariat yang benar.
Hubungan ruhani itu terputus jika ada penyimpangan dari manusia, yang menjalankan ibadah tidak untuk mencari Ridlo Allah SWT dan tidak sesuai syariat Islam. Hubungan itu akan terjalin kembali ketika manusia menyadari kesalahannya dan mau kembali ke jalan Allah SWT melalui pertaubatan.
Dengan i’tikaf maka kesempatan besar untuk memulihkan hubungan yang retak, dan memperbaiki hubungan agar bisa terjalin mesra. Dengan mengembalikan tujuan ibadah untuk mencari keridhoan Allah dan mengikuti teladan Rasulullah SAW.
Apa itu I’tikaf?
I’tikaf adalah berdiam diri di masjid sambil melakukan evaluasi dan perenungan diri.
Sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah SAW sebenarnya i’tikaf tidak hanya dilaksanakan saat bulan Ramadhan saja, tetapi juga di luar bulan Ramadhan. Dengan tujuan untuk dialog kepada Allah atas segala yang sudah dilakukan dan memohon ampunan atas semua dosa.
Beberapa aktivitas yang menyertai saat kita i’tikaf di masjid adalah membaca al-Qur’an dan terjemahnya, tadabbur al-Qur’an, sholat sunnah, berdzikir untuk mengingat kebesaran Allah, merenung dan evaluasi diri, dan amalan lain yang membuat kita ‘nyambung’ sama kekasih hati (Allah SWT).
I’tikaf Ramadhan
I’tikaf sangat penting untuk dilakukan, apalagi saat bulan Ramadhan. Banyak orang yang menjalankan i’tikaf di masjid. Terutama di sepuluh akhir bulan Ramadhan, orang-orang berbondong-bondong ke masjid pada malam hari untuk i’tikaf sekaligus menunggu lailatul qadr.
Rasulullah SAW juga mencontohkan i’tikaf di sepuluh akhir bulan Ramadhan dengan membangunkan keluarganya agar melakukan i’tikaf. Maka dari itu, sebagai umat Rasulullah SAW hendaknya kita meneladaninya.
Manfaat I’tikaf Bagi Mukmin
Tentunya kita melakukan bukan sekadar berdiam diri di masjid tanpa tujuan. Tetapi ada sesuatu yang bisa kita dapatkan dari i’tikaf yang kita lakukan yaitu :
1. Muhasabah Diri
Dalam keheningan, kita bisa mengevaluasi diri tentang apa saja yang sudah kita lakukan. Apakah program Ramadhan yang kita rencanakan sudah dilaksanakan atau banyak yang terbengkalai karena dikalahkan dengan kesibukan dunia.
Agenda yang sudah kita lakukan, apakah sudah sesuai syariat Islam dan teladan Rasulullah? Apa sudah ditujukan untuk mencari Ridho Allah atau hanya sekedar gugur kewajiban saja?
Kita harus jujur menilainya. Karena tidak ada yang bisa kita sembunyikan di hadapan Allah SWT. Hasil penilaian juga buat kita sendiri. Karena muhasabah ini dalam rangka memperbaiki diri.
Kita lengkapi amal ibadah yang kurang. Dan kita perbaiki amal ibadah yang belum sesuai hukum syara. Kita mohon petunjuk Allah agar ditunjukkan jalan yang benar, agar selamat dunia akhirat.
2. Renungan Hidup
Ketika sedang i’tikaf kita bisa melakukan perenungan tentang apa yang kita alami dalam hidup. Bahwa Allah SWT menciptakan manusia hanya untuk beribadah atau mengabdi kepadaNya saja.
Apakah kita sudah menjalankan tugas sebagai abdi, yang harus tunduk patuh pada semua aturan Allah. Sebagai abdi yang baik, tiada jawaban selain “Kami dengar, dan kami taat yaa Allah.” ketika Allah memberikan perintah kepada kita.
Kita harus meyakini, bahwa semua aturan Allah itu baik buat hambaNya. Allah yang Maha Kuasa, pasti tahu apa yang terbaik buat hambaNya. Jadi semua aturan Allah itu pasti sudah terukur sesuai kebutuhan hambaNya. Dan Allah tidak akan pernah menganiaya hambaNya sedikitpun.
Jadi seharusnya kita bersegera saat Allah menyuruh kita melakukan ibadah. Karena Allah sudah menyiapkan hadiah terindah buat hambaNya yang taat dan merespon perintah dengan cepat. Tanpa banyak alasan, tanpa mengeluh, tanpa menunda-nunda suatu kebaikan.
Apalagi ibadah Ramadhan, Allah sudah siapkan pahala berlipat ganda. Dan ampunan atas semua dosa yang kita perbuat. Masihkah menunda taat?
3. Khusyuk Dalam Beribadah
Di sepuluh hari terakhir Ramadhan, semua umat berbondong-bondong ke masjid untuk i’tikaf. Semua ingin beribadah dengan khusyuk. Maka kita harus menjaga suasana itu, jangan sampai mengganggu saudara yang lain.
Semua orang akan fokus dengan ibadahnya masing-masing. Ada yang berdzikir, merenung, tilawah atau tadabbur al-Qur’an, semua dilakukan dengan penuh kekhusyukan dan tuma’ninah.
Suasana khusyuk, membuat kita lebih nyambung saat komunikasi dengan Allah. Kesempatan yang indah untuk mengadukan segala masalah yang kita hadapi. Agar ditunjukkan solusi terbaik menurut Allah.
4. Saat Indah untuk Bertaubat
Dalam keheningan malam, saat semua hamba khusyuk beribadah. Adalah saat kita bisa bermesraan dengan Allah. Mengutarakan isi hati
tentang segala yang kita alami dalam hidup. Suka duka perjalanan hidup kita, bisa diadukan dengan leluasa.
Kesempatan untuk menyampaikan semua kesalahan yang pernah kita perbuat. Apa yang kita malu diketahui orang lain. Bisa kita ceritakan kepada Allah yang akan menjaga rahasia kita.
Saat Allah membuka pintu maafnya lebar-lebar, maka kita memohon ampunan dengan sepenuh hati. Agar saat keluar dari Ramadhan, bersih dari noda dan dosa.
5. Tinggalkan Sejenak Hiruk Pikuk Dunia
Sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Saat ramai-ramainya mall dan supermarket menjajakan dagangannya. Semua berlomba menawarkan diskon besar-besaran. Tapi hati kita dijaga Allah untuk memilih i’tikaf di masjid.
Kita bisa terhindar dari belanja yang terkadang bukan karena kebutuhan. Tapi karena tertarik diskon besar, sehingga barang yang tidak diperlukan ikut dibeli. Padahal di rumah sudah ada.
Seharusnya, jika ada kelebihan harta kita bisa infakkan kepada saudara kita yang membutuhkan, atau disumbangkan ke panti asuhan. Agar adik -adik panti yang kebanyakan anak yatim, bisa ikut gembira saat Idul Fitri.
Kita tinggalkan sejenak hiruk pikuk dunia. Kita alihkan ke masjid untuk ibadah Ramadhan, mumpung masih diberi kesempatan bertemu.
Titik Awal Perubahan
Saudaraku, mari kita maksimalkan hari-hari akhir Ramadhan ini dengan meningkatkan keimanan dan perbanyak memohon ampunan. Semoga i’tikaf Ramadhan ini menjadi titik awal perubahan kita.
BACA JUGA:Â Itikaf di Mushola Bolehkah?
Setelah sebulan terlatih dengan ibadah Ramadhan. Jika nanti Ramadhan berlalu, semoga kita bisa menjalankan ibadah di sebelas bulan lainnya dengan penuh semangat.
Tilawah al-Qur’annya, sholatnya, infak dan sedekah, juga puasanya kita masih tetap istiqomah menjalankannya. Walau tanpa iming-iming obral pahala. Karena kita sudah paham, bahwa hakikat ibadah adalah mencari Ridho Allah. Bukan sekadar karena tertarik mendapat pahala. Wallahu a’lam bisshawab. []
RENUNGAN adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim tulisan Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari RENUNGAN di luar tanggung jawab redaksi Islampos.