Oleh: Bukhori Ahmad Muslim
bukhoriahmadmuslim@gmail.com
ALHAMDULILLAHÂ pada tahun ini di Indonesia tidak ada perbedaan hari baik awal Ramadan maupun Idul Fitri. Mayoritas umat Islam di Indonesia memulai puasa Ramadan 1440 Hijriyah pada Senin, 6 Mei 2019 dan merayakan Idul Fitri 1440 H pada Rabu, 5 Juni 2019. Tidak ada perbedaan hasil dari Pemerintah Indonesia maupun Muhammadiyah walaupun cara mereka menentukan awal bulan berbeda. Pemerintah menentukan awal bulan menggunakan ru’yah (pengamatan hilal secara langsung) adapun Muhammadiyah menggunakan hisab (perhitungan astronomis).
Ada hal yang berbeda yang terjadi pada daerah bumi yang lebih barat dibanding kita. Sebagai contoh Arab Saudi menetapkan bahwa di daerah mereka 1 Syawal 1440 H jatuh pada Selasa, 4 Juni 2019. Namun, kita yang di daerah yang lebih timur ternyata hari ini masih berada di tanggal 30 Ramadan 1440 H. Mengapa ini dapat terjadi? Padahal secara zona waktu, kita (Waktu Indonesia Barat/GMT+7) lebih cepat empat jam dibanding waktu Makkah (GMT+3).
Pertama, harus kita pahami bahwa bulan hijriyah adalah perhitungan bulan menggunakan bulan. Baru masuk bulan hijriyah yang baru setelah muncul hilal. Hilal adalah bulan sabit muda pertama yang dapat dilihat setelah terjadinya konjungsi (ijtimak, bulan baru) pada arah dekat matahari terbenam yang menjadi acuan permulaan bulan dalam kalender Islam.
Sebagian umat Islam berpendapat bahwa untuk menentukan awal bulan, adalah harus dengan benar-benar melakukan pengamatan hilal secara langsung. Sebagian yang lain berpendapat bahwa penentuan awal bulan cukup dengan melakukan hisab (perhitungan matematis/astronomis), tanpa harus benar-benar mengamati hilal. Keduanya memiliki dasar yang kuat.
Konsepnya seperti ini, bulan hijriyah itu jika tidak 29 hari berarti 30 hari. Setiap sore di tanggal 29 akan dilakukan pengamatan (atau perhitungan astronomis bisa dilakukan jauh-jauh hari memperkirakan posisi bulan pada sore hari itu) apakah sudah muncul hilal atau belum. Jika sudah muncul hilal berarti setelah maghrib sudah masuk bulan baru alias bulan itu hanya 29 hari. Namun, jika hilal belum muncul maka bulan itu digenapkan 30 hari.
Nah, yang membuat masyarakat di Arab Saudi maju satu hari (dan umat Islam lainnya yang berada lebih barat daripada kita) dibanding kita yang di Indonesia adalah perbedaan tempat terbitnya hilal atau bulan baru. Saat dilakukan pengamatan atau perhitungan hilal untuk akhir petang 29 Ramadan 1440 H alias senin sore, 3 Juni 2019 di Indonesia, hilal belum wujud (tingginya masih minus) akhirnya bulan Ramadan digenapkan menjadi 30 hari dan malam 1 Syawal 1440 H mulai dari malam rabu, 4 Juni 2019 (hari 1 Syawal 1440 H = Rabu, 5 Juni 2019)
Arab Saudi yang lebih barat dan lebih mundur 4 jam zona waktu daripada Indonesia sudah dapat melihat hilal pada Senin sore (3 Juni 2019) waktu mereka sendiri. Hal ini yang membuat mereka sudah masuk Syawal sejak malam Selasa, 3 Juni 2019.
Mengapa di sana bisa melihat hilal tapi di sini tidak bisa? Alasannya adalah saat waktunya perhitungan bulan baru yaitu akhir sore hari tanggal 29 bulan Ramadan di Indonesia hilal belum muncul (sebagai contoh di Yogyakarta perhitungan ini dilakukan untuk 11 Agustus 2018 17:00:24 WIB alias GMT+7 dan hasilnya tinggi bulan masih di bawah minus).
Beda ceritanya saat pengamatan dan perhitungan hilal dilakukan pada tempat dan waktu Arab Saudi. Di sana lebih barat dan waktu lebih mundur ditambah juga di sana sedang musim panas sehingga siang panjang (matahari baru terbenam sekitar jam 7 sore waktu di sana). Saat di sana matahari terbenam yang itu terjadi kira-kira 4 jam lebih setelah terbenamnya matahari di Indonesia, hilal sudah muncul di atas ufuk. Otomatis di sana sudah masuk bulan hijriyah baru. Hal ini tidak hanya berlaku di Arab Saudi saja, melainkan juga di daerah-daerah yang lebih barat. Selengkapnya dapat melihat peta hilal yang ada di gambar di bawah ini.
Selamat menunaikan puasa terakhir di Ramadan tahun ini bagi yang masih Ramadan.
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1440 H bagi yang sudah masuk Syawal. []
Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi di luar tanggung jawab redaksi.