PADA tahun kesembilan hijriyah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menugaskan Abu Bakar menjadi pemimpin kaum muslimin untuk menunaikan haji. Walau sebenarnya pada tahun kedelapan, yakni pada peristiwa penaklukan Mekah, ‘Attab bin Usaid memimpin kaum muslimin menunaikan haji. Akan tetapi, pada saat itu kaum muslimin menunaikan haji bersama kaum musyrikin yang tawaf dengan bertelanjang. Inilah sebab Rasulullah tidak ingin menunaikan haji pada tahun kesembilan hijriyah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Kaum musyrikin datang ke Ka’bah dan tawaf dengan bertelanjang. Aku tidak ingin menunaikan haji sampai tidak ada lagi yang melakukannya.”
BACA JUGA: Ketika Nabi Mendapat Perintah Shalat Menghadap Kabah
Setelah Abu Bakar berangkat bersama para jemaah haji, turun surah At-Taubah kepada Rasulullah.
Beliau mengutus Ali bin Abi Thalib untuk menyusul Abu Bakar. Ali kemudian bertemu Abu Bakar di Dzul Halifah.
Abu Bakar bertanya padanya, “Apakah engkau diutus sebagai pemimpin atau membawa perintah?”
Ali pun menjawab, “Aku membawa perintah.”
Lalu Abu Bakar menunaikan haji dan mengerjakan manasik sesuai dengan yang diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
BACA JUGA: Lelaki yang Menggendong Ibunya Keliling Kabah
Setiap kali Abu Bakar berkhutbah, Ali mengiringinya dengan membaca awal surah At-Taubah dan menegaskan empat hal: tidak akan masuk Surga kecuali mukmin, tak ada lagi yang boleh tawaf bertelanjang di Ka’bah, siapa yang masih perjanjian dengan Rasulullah, maka perjanjiannya berlaku sampai jangka waktunya selesai dan tidak boleh ada orang musyrik yang menunaikan haji setelah tahun ini. []
Sumber: Abu Jannah. Sya’ban 1438 H. Serial Khulafa Ar-Rasyidin, Abu Bakar Ash-Shiddiq. Jakarta: Pustaka Al-Inabah.