Oleh: Wisnu Tanggap Prabowo
wisnu.tp@gmail.com
ISLAM adalah agama ilmu. Ayat perdana yang Diturunkan Allâh adalah perintah untuk berilmu melalui aktifitas membaca. Salah satu rahasia kejayaan peradaban Islam telah Allah paparkan melalui ayat, “Bacalah, dengan Nama Rabb-mu Yang Menciptakan,” (QS. 96: 2).
Sedangkan ilmu mendahului ucapan dan amal, termasuk amalan agung yakni tauhid. Allah berfirman, “Ilmuilah! Sesungguhnya tidak ada sesembahan yang haq kecuali Allah.” [QS. 47: 19]. Ayat ini mendorong Imam Bukhâri untuk menyusun bab khusus berjudul Al-’Ilmu Qoblal Qouli Wal ‘Amali (ilmu sebelum berkata dan beramal).
Tidak sembarang membaca. Dalam Islam, membaca adalah sarana mendekatkan diri kepada Allah. Bacaan yang dapat mendekatkan diri kepada Allah banyak sekali. Namun apabila diurutkan, maka yang pertama dan utama adalah Al-Qur’an dan hadis-hadis Nabi yang shahih dan hasan. Setelah itu Sirah Nabi, kemudian pembahasan akidah, kitab-kitab fikih dan tazkiyatun nafs. Membaca adalah salah satu pintu ilmu.
Dr Yasir Qadhi mengembangkan aktifitas “iqro” ini dengan tafakkur, tadabbur, dan meneliti. Meski demikian, beliau menegaskan pentingnya mengetahui kapan, dimana, dan apa saja hal yang boleh dipikirkan dengan akal dan mana yang tidak. Dalam Islam, adakalanya seseorang hanya dituntut untuk dengar dan taat dengan keyakinan penuh. Apabila akal dipaksakan untuk menelaah hal ghaib, maka dipastikan salah bahkan sesat.
Melazimkan membaca selalu berujung pada hasrat untuk menulis. Sedangkan baca tulis merupakan pondasi sebuah peradaban. Nabi berkata kepada Abdullah bin Amr, “Uktub (tulislah!). Demi jiwaku yang berada di TanganNya, tidaklah keluar dari lisanku ini kecuali kebenaran.”
Dengan Perintah Allah untuk Iqra serta sunnah Nabi untuk Uktub, sulit terbantahkan bahwasanya Islam adalah agama para ilmuwan, cendekia, dan mereka yang mencintai ilmu. Islam menyadarkan dunia akan pentingnya tradisi baca tulis.
Keduanya adalah aktivitas intelektual yang tak terpisahkan dari para ulama salaf. Aktivitas ilmiyah mereka lekat dengan bacaan, tulisan, dan hafalan, Mereka telah mengamalkan dengan purna sebuah hadis Nabi yang berbunyi, “Ikatlah ilmu dengan tulisan.” (Silsilah Ash-Shahiihah no. 2026).
Sebelum Islam, Bangsa Arab tidak terlalu dekat dengan tradisi baca-tulis. Setelah Al Quran dikaji di tengah-tengah mereka, Islam mencerahkan keilmuan dunia melalui karya-karya fenomenal. Tidak hanya dalam bidang agama saja, melainkan nyaris di seluruh cabang ilmu.
Tatkala perpustakaan Dinasti Abbasiyah bernama Baitul Hikmah menjadi pusat intelektual dunia, setiap karya tulis ditimbang untuk kemudian dihargai emas sesuai beratnya. Sedangkan perpustakaan Bani Umayyah di Andalusia (Spanyol) memiliki katalog yang memuat nama-nama karya tulis sebanyak 44 buah. Setiap katalog terdiri dari 50 lembar dimana di dalamnya hanya tertulis nama-nama buku saja (al-Hilatu as-Sira, Ibnu al-Abar). Artinya, 10 abad silam, jumlah kitab di perpustakaan Andalusia berkisar di angka 100.000 buah.
Sehingga sulit diterima apabila Islam dianggap sebagai agama terbelakang dan tertutup. Peradaban Islam tetap berjalan ke depan meski saat ini mengekor di belakang peradaban lain yang, ironisnya, dahulu duduk bersimpuh berguru kepada khazanah ilmu peradaban Islam. Dengan melazimkan membaca, kita telah berbuat langkah nyata untuk membawa Islam kembali menduduki podium teratas peradaban dunia. Wallahu A’lam. []