IKHTIAR memang tak mengenal batas umur, sama seperti kakek ini. Di usianya yang tak lagi muda, sang kakek harus berjalan jauh untuk menjajakan jualanya kesana kemari demi masa depan aaknya.
Jarum jam menunjukkan pukul 8.00 malam. Dari jalur menuju  Ampenan, terlihat penjual Tikar Pandan berjalan perlahan-lahan menelusuri jalan Langko tanpa mengenakan alas kaki, sambil membawa tikar pandan dan tas dipundaknya.
Ia bernama Ibrahim, 67 tahun.  Ia biasa tidur untuk beristirahat di masjid Raya At-Taqwa Mataram. Jika pintu gerbang masjid ditutup, maka sang kakek harus tidur di trotoar jalan.
Di usia setengah jompo ini sang kakek tidak pernah merasa patah semangat dan merasa malas untuk berusaha, ia terus berjuang menjual tikar pandan buatannya.
Berjalan kaki menggelilingi Kota Mataram adalah suatu hal biasa baginya. Beliau berjualan keliling sejak tahun 2003, sampai saat ini.
Boleh terbilang berat dan melelahkan menurut orang sebagian orang pekerjaan ini, apalagi untuk pria yang tidak muda lagi. Tapi ia berharap tikar pandan yang ia jual bisa mengantarkan anaknya menjadi wisudawan.
“Pekerjaan ini halal, dan saya selalu berharap semoga tikar pandan ini bisa mengantar anak saya yang sedang kuliah semester akhir di Semarang menjadi seorang yang sukses. Saya selalu yakin pada Allah “Manja dawa jada”, kata beliau, dengan semangat membara. []
Sumber: Melbao