LELAKI tua itu terlihat letih, matahari sedang panas-panasnya. Tepat dipinggiran Ampenan, Ia melewati jalan hotmix yang panas sambil memikul dua buah keranjang bambu berisi bakul jualannya. Ia selalu menyusuri setiap sudut jalan hingga petang.
Namanya Sak Salman, asal Lembar-Lombok Barat. Pak Salman setiap hari menjajakan bakul bambu jualannya dengan berjalan kaki.
Di usianya yang entah keberapa tahun,ia mengaku lupa. Ia hanya menceritakan pengalamannya berjualan dari masih adanya Jepang di Indonesia, ia berkata “pokoknya waktu ada jepang di Lembar,”katanya coba mengingat.
“Keranjang bambu yang dibuat sendiri ini, dijual berkisar 10 hingga 20.000, terkadang bisa terjual habis tiga hari,” jelasnya sambil menyeka keringat dikeningnya.
Dari lembar Pak Salman biasanya naik angkot ke Jerowaru, dari pasar Jerowaru Pak Salman menjajakan jualannya dengan berjalan kaki hingga sampai ke Ampenan. Kalau di hitung-hitung, Pak Salman sehari berjalan kaki lebih dari 10 kilometer.
Sebuah perjuangan hidup yang tak mudah, apalagi dengan memikul beban jualannya yang rata-rata beratnya bisa mencapai 20 kilogram.
“Ah ini sudah biasa pak, dulu lebih berat lagi, saya mikul lemari dari Cakra ke Ampenan, kalau ada meteran di kaki saya, mungkin ada 1000 kilometer saya jalan,” ucapnya.
Panas masih keras menerpa, Pak Salman kembali menyusuri jalan. Mengharap jualannya ada yang membeli agar letihnya setimpal.
Sedikitpun tidak ada keluh kesah yang terucap darinya. Ia percaya dan yakin bahwa rezekinya sudah diatur oleh Allah, tugasnya hanyalah berikhtiar dan meluruskan niat. Semoga cerita ini menjadi pemicu semangat untuk kita. []