SURABAYA–Ahmad Muhibbin Zuhri, Ketua Tanfidziyah Nahdlatul Ulama Kota Surabaya mengungkapkan bahwa 67 persen situs yang menggunakan nama Aswaja di dunia maya adalah palsu. Meski situs-situs itu membawa embel-embel Aswaja, kata Muhibbin, namun mereka jauh dari nilai-nilai Ahlussunah wal Jamaah.
Pendapat Muhibbin didasarkan pada penelitian mahasiswanya di Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya, tempat dia mengajar sebagai dosen.
BACA JUGA: Menag Optimis UIII Dapat Memajukan Pendidikan Tinggi Islam Dunia
“Saya pernah meminta mahasiswa saya meneliti situs-situs berlabel Aswaja,” katanya di Masjid Abu Adenan, Perumahan Gunung Sari Indah, Karang Pilang, Surabaya, Jawa Timur pada Sabtu (15/6/2019).
Dari hasil penelitian yang dilakukan Muhibbin, diketahui sekira 67 persen situs berlabel Aswaja di internet ternyata palsu. Dia menilai, situs tersebut tidak memberikan pemahaman terang-benderang tentang Aswaja, justru malah keluar dari nilai-nilai Aswaja.
Sisanya, 33 persen, papar Muhibbin, konten situs berlabel Aswaja betul-betul menyuguhkan asupan pemahaman Aswaja. Dari 33 persen itu, tidak semuanya berselaras dengan Ahlussunah wal Jamaah Annahdliyah sebagaimana dikembangkan oleh NU.
Banyaknya situs Aswaja palsu di dunia maya itu menurut Muhibbin jadi alarm agar meningkatkan kewaspadaan, bukan hanya pada rentannya pembengkokan paham keagamaan, namun juga dalam konteks kebangsaan.
“Inilah bahayanya kalau belajar dari Mbah Google, karena nyatanya banyak situs palsu yang mendompleng nama Aswaja. Karena itu belajar itu harus ada tempatnya dan ada gurunya agar tidak tersesat,” ujar Muhibbin.
BACA JUGA: Lantik Rektor, Menag Harap UIII Jadi Rumah Moderasi Islam
Itu sebabnya peran masjid dibutuhkan, terutama masjid yang dikelola warga NU, dalam hal menangkal upaya pihak tertentu yang ingin memudarkan nilai-nilai Aswaja dari Indonesia melalui situs-situs samaran.
Apalagi, lanjut dia, banyak terjadi belakangan ini masjid yang awalnya beramaliah Aswaja berubah dengan ajaran paham radikal yang gemar mengkafirkan sesama Muslim yang beda pemahaman. []
SUMBER: VIVA