Oleh: Ust. Dedy Mustajab, MA.
Khutbah Pertama:
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا، وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ.
وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا.
أَمَّا بَعْدُ:
Tiada kata yang pantas terucap dari lisan kita semua, selain ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat, hidayah, nikmat iman dan nikmat Islam pada kita semuanya. Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan pengikutnya yang setia kepada sunah-sunahnya. Aamiin…..
Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah,
Yang pertama dan utama, di awal khutbah ini khotib mengingatkan kepada para jama’ah pada umumnya, dan untuk diri khotib sendiri pada khususnya, marilah kita senantiasa meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT, karena bekal taqwa tersebut yang akan kita bawa hingga menghadap Allah SWT.
Jama’ah Rahimakumullah…
Seperti kita ketahui bersama bahwa Allah SWT menciptakan diri kita semua tiada lain dan tiada bukan adalah untuk dapat senantiasa beribadah kepada Allah SWT. Seluruh rangkaian aktifitas hidup kita sehari-hari tidak terlepas dari niatan ibadah kepada-Nya, baik ibadah mahdhoh maupun ghoiru mahdhoh, yaitu ibadah yang telah secara rinci diatur sedemikian rupa maupun ibadah yang tidak diatur secara rinci dalam kitabullah dan sunah Rasulullah SAW.
Kesempatan hidup dan waktu yang masih dianugerahkan Allah SWT kepada kita hendaknya dapat dimaksimalkan dengan sebaik-baiknya. Kita tidak mengetahui kapan dan dimana ajal akan menjemput. Allah telah berfirman,
كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ مَتَاعُ الْغُرُورِ
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukakn kedalamsurga maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (Q.S. Ali Imran : 185)
Dalam menghadapi kematian ini, RasulullahShallallahu‘alaihi wasallam telah memberikan penjelasan dan nasihat.Oleh karena itu, hendaklah kita manfaatkan hidup ini sebaik-baiknya sebelum datang kematian.
Dalam hadits shahih, diriwayatkan Imam Al-Hakim dalam al-Mustadrak, Abu Nu’aim al-Asfahani dalam Hilyah al-Auliya’, dan al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman, Rasulullah Shallallahu‘alaihi wasallammenasihati seorang Arab badui yang datang kepadanya. Rasulullah SAW bersabda,
اغْتَنِمْخَمْسًاقَبْلَخَمْسٍ
Hendaklah engkau manfaatkan lima keadaan sebelum datangnya lima keadaan yang lain.
حَيَاتَكَقَبْلَمَوْتِكَ
Pertama: kehidupanmu sebelum kematianmu.
Karena hidup ini merupakan modal kita, waktu kita, tempat menanam amal-amal kebaikan.Kehidupan adalah lading yang harus kita olah dan kita tanami dengan amal shaleh, untuk kita petik hasilnya nanti di akhirat.
Kemudian Rasulullah menyatakan,
وَشَبَابَكَقَبْلَهَرَمِكَ
Kedua: masa mudamu sebelum datang masa tuamu.
Karena pada masa muda, seseorang memiliki semua potensinya untuk berbuat kebaikan.Tubuh yang sehat dan kuat, semangat yang membara, akal yang cerdas dan potensi lainnya. Ia mampu melangkah lebih jauh untuk mewujudkan apa yang diinginkannya dibandingkan dengan orang yang sudah tua.
Selanjutnya Rasulullah menyatakan,
وَصِحَّتَكَقَبْلَسَقَمِكَ
Ketiga: sehatmu sebelum sakitmu.
Sehat merupakan nikmat yang besar, kekayaan yang melimpah dan tidak ada yang bisa mengetahui nilainya, kecuali orang–orang yang menderita sakit. Hanya dalam kondisi sehat, seseorang mampu memaksimalkan semua kelebihan yang Allah berikan kepadanya untuk berbuat yang terbaik untuk dunia dan akhiratnya. Kelebihan harta, kedudukan yang tinggi, jabatan yang strategis, otak yang cerdas dan semua kelebihan manusia menjadi tidak berarti ketika ia berada dalam kondisi sakit.
Dalam lanjutan hadis di atas, kemudian Rasulullah menambahkan,
وَفَرَاغَكَقَبْلَشُغْلِكَ
Keempat, masa luangmu sebelum masa sempitmu.
Kebanyakan orang menggunakan masa luangnya dengan kegiatan yang sia-sia. Maka iapun menjadi rugi dan tertipu. Padahal, Rasulullah SAW bersabda, diriwayatkan Imam Bukhari dalam kitab Ar-Riqaq,
نِعْمَتَانِمَغْبُونٌفِيهِمَاكَثِيرٌمِنْالنَّاسِالصِّحَّةُوَالْفَرَاغُ
Dua kenikmatan, yang kebanyakan manusia mengalami kerugian dan tertipu (dengan) kedua kenikmatan tersebut. Yaitu kesehatan dan waktu luang.
Kemudian Rasulullah melanjutkan nasihatnya,
وَغِنَاكَقَبْلَفَقْرِكَ
Kelima; masa kayamu sebelum masa fakirmu.
Ketika seseorang kaya, maka dia bisa memanfaatkan harta yang diberikan oleh Allah untuk kebaikan sebelum didatangi ajal, atau sebelum datang hari kiamat. Sehingga menyesali apa yang telah dilalaikannya. Allah menyatakan di dalam firman-Nya,
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا أَنفِقُوا مِمَّا رَزَقْنَاكُم مِّن قَبْلِ أَن يَأْتِيَ يَوْمٌ لاَّ بَيْعٌ فِيهِ وَلاَخُلَّةٌ وَلاَ شَفَاعَةٌ وَالْكَافِرُونَ هُمُ الظَّالِمُونَ
“Hai, orang-orang yang beriman. Belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari; yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi persahabatan yang akrab, dan tidak ada lagi syafa’at.Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim.” (Q.S. Al Baqarah: 254).
Dalam ayat yang lain, Allah berfirman,
وَأَنفِقُوا مِن مَّارَزَقْنَاكُم مِّن قَبْلِ أَن يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلآ أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُن مِّنَ الصَّالِحِين
Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang diantara kamu; lalu dia berkata, “Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang shalih”. (Q.s. Al Munafiqun: 10).
Pada saat itu, penyesalan yang telah lewat masanya tidak lagi berguna. Mudah-mudahan peringatan Allah tentang kematian dan penyesalan orang yang kedatangan kematian karena tidak memanfaatkan hidup dengan sebaik-baiknya ini, dapat mendorong dan selalu memacu kita untuk menambah ketaatan kepada Allah, serta menghentikan diri dari berbagai kemaksiatan.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْم،أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْم.
Khutbah Kedua:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِوَكَفَى، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى النَّبِيِّ الْـــمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الصِّدْقِ وَالْوَفَى، أَمَّا بَعْدُ :
فَيَا عِبَادَ الله، اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ، وَلاَ تَـمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُون:
Jama’ah Jum’at rahimakumullah,
Telah kita ketahui, bagaimana kematian pasti akan mendatangi manusia. Haruslah waspada. Hendaklah setiap orang menggunakan umur dan hidupnya dengan sebaik-baiknya.Jadikanlah biografi para shahabat dan ulama salaf sebagai teladan dalam memanfaatkan waktu dan kehidupan yang Allah berikan. Sungguh, kita akan takjub dan terkagum dengan kisah-kisah mereka.
Imam Adz-Dzahabi menyebutkan kisah dari seorang alim, yaitu Ibrahim bin Mihran. Disebutkan, pekerjaan Ibrahim bin Mihran ialah sebagai tukang kayu. Apabila mendengar adzan berkumandang, dan ia tengah menggunakan palunya, maka ia segera meletakkan palunya, segera memenuhi panggilan Ilahi. Begitu cepatnya diamenyambut perintah Allah.
Bandingkan dengan keadaan kita saat ini.
Ketika kita mendengar adzan dikumandangkan menyeru shalat berjamaah, menuju kebahagian dan kesuksesan, kita tetap bersantai-santai.Atau terus disibukkan dengan pekerjaan.Atau bahkan melakukan sesuatu yang tidak berfaidah dan melalaikan waktu shalat, sehingga tidak mendapatkan keutamaan shalat berjamaah. Padahal, kalau jika mengetahui keutamaan shalat berjamaah, niscaya kita akan mendatanginya meskipun dengan merangkak.
Sebagimana sabda Rasulullah dalam hadis shahih tentang itu, “Seandainya manusia mengetahui apa yang mereka dapati di dalam shalat Isya dan Shubuh tentang kebaikannya, tentulah mereka akan mendatangi shalat tersebut, walaupun merangkak”.
Rasulullah sendiri menyatakan, shalat berjamaah di masjid kebaikan dan derajatnya duapuluh tujuh kali lipat dibandingkan dengan shalat sendirian.
Jama’ah Jum’at rahimakumullah,
Sungguh kehidupan manusia akan ditanya oleh Allah di akhirat kelak. Dalam hadits shahih diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dalam Sunan-nya, Rasulullah menyatakan: “Tidak akan bergeser kaki seorang hamba, sampai dia ditanya tentang empat perkara. Tentang hidupnya, apa yang dia gunakan dengan hidupnya tersebut. Tentang masa mudanya, apa yang digunakan dengan masa mudanya tersebut. Dan tentang hartanya, dari mana ia peroleh dan kemana diinfaqkan. Dan tentang ilmunya, apa yang diamalkan dengan ilmunya tersebut”.
Demikianlah, mudah-mudahan sedikit yang kami sampaikan ini, bisa menggugah kesadaran kita. Sehingga akan selalu mengisi hidup ini dengan sebaik-baiknya sebelum datangnya kematian.
Mari kita akhiri khutbah ini dengan berdoa kepada Allah Swt agar kita senantiasa mendapatkan kemudahan-kemudahan dalam melaksanakan ketatan-ketaatan kepada-Nya.Aamiin.
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللهم بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللهم اغْـفِـرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ،
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْـفِـرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
اللهم إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى.
اللهم إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيْعِ سَخَطِكَ.
وَآخِرُ دَعْوَانَاأَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
وَصَلى الله عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ
SUMBER: IKADI