UMAR bin Khattab lahir 13 tahun setelah pristiwa serangan terntara bergajah. Ia adalah orang yang kekar tubuhnya dan tinggi badannya melebihi rata-rata, yang seakan sedang menaiki tunggangan.
Umar tumbuh sebagaimana anak-anak Quraisy pada umumnya, namun Umar unggul dalam ilmu membaca karena ia adalah salah satu anak yang mempelajari ilmu membaca. Ia dididik oleh sang ayah al-Khattab, dengan hidup yang keras. Ia dibiasakan dengan mengembalakkan unta sang ayah di lembah-lembah dan gunung di sekitar Madinah.
BACA JUGA: Ketika Abu Bakar Putuskan Umar bin Khattab Sebagai Khalifah Berikutnya
Umar sangat ingat akan masa kecil yang dipenuhi dengan banyak pembelajaran yang keras itu, Abdurrahman bin Hathib pernah bercerita, “Aku berjalan bersama Umar di gunung Dhajnan. Umar berkata padaku, “Aku pernah mengembala ternak al-Khattab di daerah ini. Ayahku adalah orang yang sangat keras dan kasar. Kadang aku di suruh menggembala dan kadang aku mengumpulkan kayu bakar.”
Dalam riwayat lain, Sa’id bin al-Musayyib menuturkan, “Umar pernah menunaikan ibadah haji. Ketika melewati Dhajnan, ia berkata, “Tiada ilah yang berhak disembah kecuali Allah, Maha Tinggi dan Maha Agung. Dia memberi apa saja (dari karunia-Nya) kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Aku ingat, dulu aku menggembalakan unta al-Khattab di lembah ini. Saat itu aku memakai baju wol. Al-Khattab adalah orang yang sangat keras, ia terus mengikutiku saat aku bekerja dan memukulku jika aku malas. Sekarang, aku telah menjadi seperti ini, tidak ada seorangpun yang menghalangi antara aku dan Allah.” []
Sumber: Abu Jannah. Sya’ban 1438 H. Serial Khulafa Ar-Rasyidin, Umar bin al-Khattab. Jakarta: Pustaka Al-Inabah.