SUATU ketika, Rasulullah SAW mempersiapkan pasukan perang. Beliau membagi-bagikan bekal kepada setiap prajurit. Namun, ada satu prajurit yang tidak mendapat bagian bekal itu, yaitu Hudair. Rasulullah tak memperhatikan itu.
Hudair berusaha memaklumi. Ia tahu Rasulullah SAW lupa. Tapi ia tak mau mengingatkan beliau karena memang tidak mau mempermasalahkan bekal. Ia tidak mengeluh hanya karena bekal. Ia orang yang tulus.
BACA JUGA: Inilah Keunggulan Para Sahabat Nabi
Hudair mundur ke barisan belakang. Ia kemudian membaca la ila ha illa Allah, Allah akbar, alhmadulillah, subhanallah, la haula wala quwwata illa billah, lalu berdoa, “Ya Allah. Sebaik-baik bekal adalah kalimat ini.” Berulang-ulang Hudair membaca kalimat tersebut.
Jibril kemudian datang kepada Rasulullah untuk menyampaikan pesan Allah. “Aku membawa pesan dari Allah …,” kata Jibril kepada Rasulullah. “Kau melewatkan salah seorang prajuritmu. Namanya Hudair. Ia ada di barisan belakang dan banyak membaca la ilaha ilia Allah, Allah akbar, alhmadulillah, subhanallah, la haula wala quwwata illa billah.
Rasulullah kemudian berkata, “Pada Hari Kiamat kelak, kalimat yang dibaca Hudair akan menjadi cahaya yang membentang antara langit dan bumi.”
BACA JUGA: Ini 12 Ciri Sahabat Sejati Menurut Imam Ghazali
Beliau kemudian meminta seseorang mengantarkan perbekalan untuk Hudair, dan memberi pesan khusus agar Hudair mengulang terus-menerus apa yang ia baca. Rasulullah juga meminta kepada pengantar itu agar menyampaikan pesan bahwa beliau tidak sengaja melewatkan Hudair saat pembagian perbekalan sampai kemudian Jibril mengingatkan.
Hudair terharu, dan berkata, “Alhamdulillah, Allah memperhatikan aku.” Lalu berdoa, “Ya Allah! Sebagaimana Engkau tak melupakan aku, jadikan aku agar tak pernah melupakan-Mu.” []
Sumber: Ketika Rasul Bangun Kesiangan/ Penulis: Muchlis Taman/ Penerbit Zaman/ 2010