TURKI–Kantor berita Turki Anadolu bakal menggelar pelatihan jurnalis di wilayah perang. Pelatihan ini ditujukan agar para jurnalis dapat bertahan hidup ketika mereka diharuskan untuk terjun ke dalam krisis atau wilayah perang, kata wakil direktur jenderal Anadolu Agency, Kamis (16/7/2019).
“Program ini telah berisi dimensi lokal dan internasional. Pelatihan komprehensif dan sangat berkualitas ditawarkan [kepada para peserta], ” kata Metin Mutanoglu, yang juga pemimpin redaksi Anadolu Agency, dalam sebuah wawancara jelang program pelatihan yang ke-15 dan akan dimulai pada Senin (22/7/2019) mendatang.
BACA JUGA: Jurnalis Yahudi Sebut Israel Sembunyikan 300 Ribu Dokumen soal Pembantaian Warga Palestina
Diluncurkan pada 2012, pelatihan jurnalis tahun ini akan diadakan antara 22 Juli dan 2 Agustus di ibu kota Turki Ankara.
Pelatihan – yang diselenggarakan oleh Anadolu Agency – akan diikuti personel dari Akademi Kepolisian Turki, Badan Penanggulangan Bencana (AFAD), Angkatan Bersenjata Turki, dan Badan Kerjasama dan Koordinasi Turki (TIKA).
Program yang berlangsung selama 12 hari ini akan diikuti peserta dari 12 negara yang berbeda.
Konten dari pelatihan termasuk latihan jurnalisme di bawah tekanan, bagaimana menjaga diri, hukum perang, pertolongan pertama, teknik mengemudi, teknik bertahan hidup air, bertahan dari serangan kimia dan biologi dan manajemen media di lingkungan penuh bahaya.
Bahasa Arab sebagai bahasa pelatihan pertama kali
Mutanoglu menekankan bahwa Arab Spring, merujuk pada gelombang pemberontakan populer yang mengguncang dunia Arab pada 2011, sehingga menyebabkan krisis di wilayah di mana Turki juga berada.
“Ada konflik, krisis serius dan kekacauan terutama di Suriah, Palestina, Irak dan banyak negara di sekitar, serta Krimea. Penting bagi kita bahwa tidak hanya jurnalis kita sendiri, tetapi juga jurnalis yang bekerja di wilayah ini dapat selamat dari bahaya. Karena itu, kami menawarkan kesempatan pelatihan ini kepada mereka,” kata Mutanoglu.
Mutanoglu mengatakan program itu juga akan diikuti koresponden dari Arab.
“Mereka juga bekerja di wilayah ini dan mereka akan mengikuti program [training]. Bahasa pelatihan akan menjadi bahasa Arab untuk pertama kalinya,” ujarnya.
‘Program jurnalisme perang adalah manajemen krisis’
“Kami sebenarnya menyebut program pelatihan jurnalisme perang sebagai pelatihan manajemen krisis. Karena ada perang di beberapa daerah dan krisis besar di beberapa tempat, serta protes dan demonstrasi jalanan,” kata Mutanoglu.
“Kami sangat memperhatikan kelangsungan hidup para koresponden, yang memasuki daerah-daerah ini tanpa senjata, hanya dengan kamera mereka, dan bahwa tidak ada yang akan terjadi pada mereka,” tambahnya.
Anadolu Agency menyediakan pelatihan di tempat yang paling inklusif dan intensif. “Kami ingin program pelatihan jurnalisme perang tersebar luas di seluruh dunia. Turki adalah wilayah penting karena ada banyak krisis serius di sekitarnya,” ujar Mutanoglu.
BACA JUGA: 10 Hari Ditahan, Jurnalis Iran Dibebaskan AS
Menjaga keamanan, melakukan tugas
Cihangir Isbilir, kepala Akademi Anadolu Agency, mengatakan pelatihan diberikan baik secara teori maupun praktik.
“Kami membuat skenario untuk semua peristiwa yang mungkin dialami seorang jurnalis di wilayah tersebut dan melatihnya. Kami berusaha memastikan bahwa jurnalis menjalankan tugasnya dengan efisiensi tertinggi dengan mengikuti pelatihan ini dalam kondisi yang hampir sama dengan yang sebenarnya,” kata Isbilir.
Isbilir mengatakan sebagian besar konflik terjadi di Timur Tengah. ”
Jurnalis di sini perlu dididik dengan baik agar berita dari daerah ini didistribusikan dengan benar dan pengambilan gambar yang tepat untuk koresponden foto dan gambar,” tambahnya. []
SUMBER: ANADOLU