SEBAGAIMANA kita tahu, sekitar beberapa tahun terakhir, menjelang dan saat Idul Adha banyak sekali bertebaran meme-meme lucu tentang Idul Adha. Objeknya kalau tidak kambing, ya sapi.
Anda pasti pernah melihat meme semacam itu. Atau bahkan Anda ikut membuat atau menyebarkan?
Meme-meme tersebut membuat kita tertawa, merasa terhibur, sehingga Idul Adha terasa sangat membahagiakan.
Dua tahun lalu, saya juga melakukannya. Ikut membuat meme kambing dan menyebarkannya di Facebook dan WA. Dan teman-teman saya ikut tertawa. Saat itu saya merasa meme saya berhasil!
Kemudian saya bertemu dengan kenyataan lain yang membuat saya merasa amat bersalah. Bersalah sebagai seorang manusia, sekaligus merasa amat berdosa sebagai seorang yang mengaku beragama Islam.
Begini ceritanya….
Saya mengikuti pengajian. Dan penceramahnya menjelaskan….
Idul Adha adalah tentang Nabi Ibrahim. Seorang nabi yang selama bertahun-tahun tidak diberi keturunan.
Silahkan bertanya kepada pasangan suami istri yang tak kunjung punya momongan. Bagaimana rasanya, bagaimana sedihnya. Saya yakin, rasa sakitnya tak terperikan.
Lantas, saat akhirnya diberi keturunan, tiba-tiba Allah meminta sang anak untuk disembelih.
Bapak… ibu…, apa yang Anda rasakan jika Anda diminta menyembelih anak kesayangan Anda? Apakah akan Anda lakukan, atau Anda akan menentangnya?
Jujur sajalah. Jangankan menyembelih anak. Jangankan menyerahkan anak kesayangan kepada Allah. Kita ini disuruh zakat saja berat. Disuruh sedekah saja kebanyakan alasan. Disuruh meninggalkan riba yang jelas-jelas diperangi Allah saja bisa melawan.
Kita bahkan berani kok bilang kalau enggak KPR mana bisa punya rumah. Kalau enggak leasing mana bisa beli mobil. Kalau enggak ngutang bank mana bisa bikin usaha.
Seolah-olah bank memiliki kekuasan yang lebih besar daripada Allah SWT yang menciptakan dan memiliki seluruh alam semesta ini.
Berbeda dengan Ibrahim. Secinta apa pun dia kepada anaknya, tapi ketaatannya kepada Allah tak tergantikan. Maka saat Allah memintanya menyembelih Ismail, Ibrahim melakukannya.
Apakah peristiwa dan pengorbanan seorang ayah yang rela menyembelih anaknya karena ketaatannya kepada Allah seperti yang dilakukan Ibrahim adalah sebuah kisah komedi?
Tunjukkan, dimana letak kelucuan Ibrahim, sehingga perlu Anda buatkan meme kocak?
Idul Adha, adalah tentang Siti Hajar. Seorang istri yang diajak berjalan jauh di hamparan pasir gersang yang panasnya enggak ketulungan.
Setelah sampai di satu lembah mereka berhenti. Lalu suaminya berkata, kurang lebihnya begini :
“Aku tinggalkan engkau di sini wahai istriku. Apa pun yang terjadi janganlah engkau meninggalkan lembah ini.”
Kemudian suaminya pergi. Tidak meninggalkan apa-apa. Tidak meninggalkan uang, atm, kartu kredit, mobil utangan, apalagi rumah kpr.
Siti Hajar bertanya kepada suaminya: “Engkau mau kemana?” Pertanyaan itu dia ulang hingga tiga kali, tapi ia hanya mendapatkan sepi. Suaminya diam seribu bahasa.
Baru saat sang istri bertanya: “Apakah ini perintah dari Allah?” Ibrahim menjawab : “Ya. Sesungguhnya Allah yang memerintahku.”
Tahukah engkau apa jawaban Bunda Hajar?
“Baiklah, jika ini perintah dari Allah. Pergilah suamiku. Jangan risaukan kami. Allah pasti akan mencukupi kebutuhan kami. Allah tidak akan menelantarkan hambaNya.”
Kata-kata semacam itu tidak akan muncul dari mulut wanita yang tidak taat pada suami dan tak memiliki iman kepada Tuhan.
Sepeninggal Ibrahim banyak cobaan menimpa Bunda Hajar. Terutama saat Ismail menangis kehausan.
Hajar mencari-cari sumber mata air, tapi tak ada. Ia berlari-lari, berputar-putar mengelilingi lembah dengan napas yang tersengal.
Tapi dia tidak menemukan mata air.
Ia ingin pergi keluar lembah, akan tetapi Ibrahim sudah berpesan: apa pun yang terjadi jangan pernah meninggalkan lembah ini.
Dalam keadaan lelah, namun tetap memegang ketaatan pada perintah suami dan keyakinan bahwa Allah akan memelihara mereka, Bunda Hajar kembali menemui Ismail yang ia tinggal di gurun.
Sampai di sana dia terkejut. Di depan Ismail menyembur air dari balik pepasir. Air yang selalu memancar deras dan tak pernah kering bahkan setelah berabad-abad kemudian.
Mata air inilah yang sampai sekarang kita sebut air zamzam.
Bapak ibu…. Alangkah mulianya ahlak Siti Hajar. Aklaknya sebagai istri, juga akhaknya sebagai hamba Allah.
Hajar tidak protes begitu tahu suaminya melakukan sesuatu yang tampaknya keji itu karena ia diperintah Allah. Hajar justru meyakinkan suaminya, bahwa Allah pasti akan melindungi dia dan Ismail.
Meski mereka mau mati karena kehausan, Bunda Hajar tidak meninggalkan lembah. Sebab dia patuh pada suaminya yang berpesan: apapun yang terjadi jangan meninggalkan lembah.
Bandingkan dengan istri-istri jaman sekarang. Atau coba tanya pada diri Anda sendiri. Jika Anda yang menjadi Hajar, mungkinkah Anda tetap di lembah melihat anak Anda kehausan?
Mungkin Anda akan keluar dari lembah untuk mencari pertolongan. Atau sekalian ajak Ismail untuk pergi dari lembah. Ngapain di situ wong gersang. Bisa item kulit Anda.
Tapi Bunda Hajar taat pada suaminya dan taqwa pada Tuhannya. Makanya dia patuh dan percaya.
Kemudian Allah abadikan ketaatan Hajar. Lari berkeliling 7 kali dalam syai bagi jamaah haji adalah monumen larinya Siti Hajar saat berlari-lari mencari air minum untuk Ismail.
Siti Hajar adalah wanita hebat, istri yang taat, dan ibu berahlak mulia. Apa yang dia lakukan diabadikan oleh Allah, sehingga semua jamaah haji wajib berlari berputar 7 kali dengan rute yang sama yang pernah dilalui Siti Hajar.
Apakah ada bagian yang lucu dalam episode Siti Hajar? Adakah bagian membuat Anda tertawa dari apa yang dilakukan Siti Hajar dalam kisah tersebut, sehingga kita merasa perlu membuatkan meme lucu?
Idul Adha adalah kisah tentang Ismail. Seorang anak yang ditinggal pergi bapaknya di tengah gurun selama bertahun-tahun.
Dan saat bertemu kembali, saat sedang asyik-asyiknya melepas rindu, tiba-tiba sang bapak bertanya: “Apakah aku boleh menyembelihmu?”
Bapak bapak…. Silahkan tanyakan itu pada anak-anak Anda. Katakan pada anak Anda, bahwa Allah meminta Anda menyembelihnya.
Niscaya Anda akan dianggap gila. Atau bisa jadi malah Anda yang disembelih anak Anda.
Tapi apa jawab Ismail?
“Baiklah Ayahnda. Kalau memang itu perintah dari Allah, maka lakukanlah. Niscya Allah akan mendapati kita sebagai orang-orang bertaqwa.”
Dan jawaban semacam itu, terlahir dari seorang anak belia. Anak yang diasuh oleh seorang ibu yang taat pada Tuhannya dan patuh kepada suaminya.
Lantas bagaimana dengan anak-anak yang ditinggal ibunya meninggalkan lembah. Yang ditinggal ibunya bekerja seharian. Yang ditinggal ibunya memburu karir. Yang ditinggal ibunya merantau ke luar negeri. Yang ditinggal ibunya lalu dititipkan kepada seorang pembantu.
Ahlak semacam apa yang akan dimiliki anak-anak dengan ibu yang pergi meninggalkan lembah dan melampaui batasnya?
Dan sekali lagi saya harus bertanya, apakah jawaban Ismail saat ayahnya bertanya apakah dia mau disembelih adalah jawaban yang lucu?
Tidak sama sekali!
Dan hari itu, sepasang suami istri beserta anaknya yang taat pada Allah sedang diuji. Patuhkah mereka kepada Tuhannya?
Ternyata mereka patuh. Ibrahim taat, Siti Hajar pasrah, dan Ismail rela. Ketiganya tidak melakukan pembelaan apa pun atas perintah dari Tuhannya.
Allah kemudian mengabadikan kisah heroik ini dalam Idul Adha.
Bapak ibu, Idul Adha adalah sebuah kisah yang sangat sakral. Sebuah moment iman keluarga Ibrahim kepada Tuhannya.
Tentang Ibrahim yang rela menyembelih anaknya demi imannya pada Allah.
Tentang Hajar yang taat pada perintah suami untuk tidak meningalkan lembah. 7 kali ia berlari mengelilingi lembah kemudian Allah jadikan salah satu rukun dalam ibadah haji.
Tentang Ismail yang rela disembelih ayahnya karena yakin bahwa perintah Allah pasti yang terbaik.
Sungguh tidak ada sedikitpun bagian dari kisah pengurbanan keluarga Ibrahim ini yang bersifat lucu. Seluruhnya justru tentang air mata.
Jadi pastaskah kisah heroik semacam itu kita jadikan bahan tertawaan?
Mari bertanya, meme meme lucu tentang pengurbanan keluarga Ibrahim itu kamu tujukan untuk siapa? Dan kamu niatkan untuk apa?
Apa kamu kira meme meme lucu itu akan membuat Ibrahim dan keluarganya terhibur?
Atau jangan-jangan, kamu tidak sadar bahwa kamu sedang mengolok-olok dan menghina monumen sakral kepatuhan sebuah keluarga kepada Allah! []
Artikel ini beredar viral di berbagai platform media sosial seperti Facebook dan WhatsApp. Kami kesulitan menyertakan sumber pertama