SEORANG sahabat Rasulullah SAW, Umar bin Khattab ra. dikenal kasar dan lembut. Selain itu, Umar juga dikenal kidal di kalangan kaum kafir Quraisy.
Suatu hari, usai perhelatan akbar dan pameran di pasar Ukaz, seorang tua renta berjalan tertatih-tatih menuju Darun Nadwah. Di tengah jalan, ia dihentikan seorang anak muda yang tengah menggembalakan kambing milik salah seorang pembesar Quraisy. Anak muda itu bertanya, “Apakah engkau belum mendengar kabar menggemparkan?”
BACA JUGA: Keinginan Umar yang Diwujudkan Allah
Orang tua itu menjawab, “Berita apakah itu, Anak-ku?”
“Tentang si kidal!” jawab pemuda itu.
“Pemuda yang sering bergulat di pasar Ukaz ini bukan?” tanya si kakek itu dengan sedikit terkejut.
“Ya, dia.”
“Ada apa dengannya?”
“Ia telah memeluk Islam dan menjadi pengikut Muhammad!”
Sang kakek sangat takjub mendengar hal itu, lalu berkata, “Demi kebenaran, ia akan melapangkan jalan kebaikan bagi mereka atau malah melapangkan jalan keburukan.”
BACA JUGA: Umar Tidak Sependapat dengan Khalifah Abu Bakar
Sejak saat itu, Umar tidak pernah lagi bergulat melawan orang-orang kuat di pasar Ukaz, namun ia akan bergulat melawan kebatilan di seluruh Jazirah Arab di awal siangnya, dan seluruh dunia di akhirnya. Ia telah menjadi al-faruq atau pembeda antara kebenaran dan kebatilan. []
Sumber: The Great of Two Umars/ Penulis: Fuad Abdurrahman/ Penerbit: Zaman/ Jakarta/ 2013