JAKARTA — Tim Peneliti Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) Debbie Affianty, M.Si menemukan temuan dari hasil penelitiannya dimana mahasiswa menolak kekerasan atas nama agama yang sangat tinggi (85%).
Sedangkan terorisme atas nama agama, sebagai syahid atau jihad ditolak (81%). Namun, bagaimana dengan pengetahuan agama yang didapat mahasiswa? Menurut Debbie, hasil penelitian menyatakan bahwa sebagian besar responden masih mengandalkan Ustadz dalam pencarian pengetahuan agama.
BACA JUGA: Peneliti UMJ: Dukungan Terhadap NKRI dan Pancasila Kuat Dikalangan Kampus
“Sebanyak 90,58% mengikuti pengajian dengan berbagai bentuk dan sebanyak 58,12% responden belajar agama melalui ustadz di masjid,” ungkapnya.
Ia menjelaskan, sebagian besar Perguruan Tinggi yang termasuk dalam locus penelitian, memiliki program kegiatan keagamaan (88,22%).
BACA JUGA: Di UMY, Zakir Naik Angkat Tema ‘Religion as an Agent of Mercy and Peace’
“Bentuk-bentuk program kegiatan keagamaan tersebut didominasi oleh Mata Kuliah Agama sebesar 48,17%, diikuti oleh kegiatan pengajian sebesar 30,10%, dan 6,81% berupa Konseling Agama. Kegiatan lainnya sebesar 1,83% dan 0,79% Al Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK),” pungkasnya.
Selain itu, sebanyak 86,65% responden kata dia menjawab tidak ada dosen yang dalam pengajarannya memiliki unsur ujaran kebencian terhadap agama lain. Sebanyak 90,58% mengikuti pengajian dengan berbagai bentuk dan sebanyak 58,12% responden belajar agama melalui ustadz di mesjid. []
REPORTER: RHIO