“DEMIKIAN, Kami jadikan untuk setiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan dari jenis manusia dan jin. Sebagian mereka membisikkan perkataan indah kepada sebagian lain sebagai tipuan. Kalau Tuhanmu menghendaki, pasti mereka tidak akan melakukannya. Maka, biarkanlah mereka bersama kebohongan yang mereka ada-adakan,” (QS. Al-An’am [6]: 112).
DARI ayat di atas, kita dapat mengetahui bahwa setan bisa berasal dari golongan manusia dan jin. Mungkin setan dari golongan jin tidak akan terlihat oleh mata kita karena bersifat gaib, namun setan berupa manusia bisa saja sekarang berada di dekat kita.
Setan dari jenis manusia ini lebih sulit untuk diketahui dan dihindari, mungkin mereka tidak akan berpenampilan layaknya setan yang menakutkan seperti yang ada pada bayangan kita, namun mungkin saja mereka berpenampilan alim, dan dalamnya ternyata seperti setan. Untuk lebih mengetahuinya. Berikut ini penjelasannya:
BACA JUGA: Kata ‘Seandainya’ Bisa Membuka Pintu Setan
1. Bagi orang yang kurang wawasan keislaman, mudah tertipu dengan setan jenis manusia. Menghindari setan manusia tidak cukup hanya dengan memohon perlindungan dari Allah SWT, tetapi juga diperlukan memahami dan mengenal langkah-langkah setan tersebut.
Hal ini bisa kita lakukan jika kita menambah wawasan keislaman dan memperdalam ilmu tentang Al-Quran dan sunnah serta mengkaji sirah nabawiyah. Lalu membandingkannya antara perilaku dia dengan akhlak Rasulullah SAW dan para sahabat.
2. Setan dari jenis manusia merupakan musuh para nabi. Dari level nabi saja telah dimusuhi setan-setan manusia, apalagi dari level umatnya yang keimanannya masih belum stabil, wawasan yang kurang luas, dan tidak dapat jaminan keselamatan akidah karena tidak mendapat bimbingan langsung dari wahyu ilahi.
3. Kata-kata dari setan manusia ini sangat menarik dan menakjubkan. Sebenarnya, semua perkataan mereka sangat membahayakan, menyesatkan yang terlihat kotor, namun mereka mengemasnya dengan kata suci, maka orang sehat sekalipun dapat tertipu daya dan menerimanya.
Setan manusia ini tidak hanya harus dijauhi perkataannya, namun juga kita diperintahkan untuk meninggalkan dirinya dan menjauhinya.
BACA JUGA: Ketika Kita Menguap, Setan Tertawa?
Sejajar dengan kandungan ayat di atas, Rasulullah SAW juga mengingatkan pada sahabatnya untuk mewaspadai gangguan dan bahaya setan manusia dan jin, berikut haditsnya:
Dari Abu Dzar berkata, “Aku mendatangi Rasulullah SAW pada saat beliau berada di masjid. Aku duduk (di dekatnya). Maka beliau bersabda, ‘Hai Abu Dzar, apakah kamu sudah melakukan shalat?’ Aku berkata, ‘belum’, Beliau bersabda, ‘Berdirilah, lalu shalatlah!’ Maka, aku pun berdiri dan melakukan shalat. Kemudian, aku duduk, maka beliau bersabda, ‘Hai Abu Dzar, berlindunglah kepada Allah dari kejahatan setan manusia dan jin,’ Aku berkata ‘Wahai Rasulullah apakah dari golongan manusia ada setan?’ Beliau bersabda, ‘Ya’,” (HR. Ahmad)
Dapat diambil kesimpulan, bahwa setan dari golongan manusia ternyata lebih berbahaya daripada setan dari golongan jin. Setan dari golongan jin membisikkan godaannya melalui dada manusia, namun setan dari golongan manusia menggoda manusia melalui komunikasi secara langsung menyampaikan kalimat yang menarik dengan tampilan memesona, mungkin saja menamakan dirinya sebagai orang pintar, dukun, paranormal, dan sebagainya.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk lebih waspada menghadapi bahayanya dan yang lebih bahaya lagi jika tanpa disadari ternyata kita sendiri terlibat di dalamnya atau termasuk golongan setan manusia. []
Referensi: Setan pun hafal Al-Quran & pandai meruqyah/Karyaa: Dr. Saiful Islam Mubarak/Penerbit: Khazanah Intelektual. 2013.