PADA saat Perang Badar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat bergegas menuju medan Badar dan mereka pun berhasil mendahului kaum Musyrik di tempat itu. Rasulullah mengatur barisan mereka seraya bersabda, “Janganlah salah seorang dari kalian maju sedikit pun sampai aku berada di sana. Mereka pun menjawab, “Baik, ya Rasulullah.”
Kemudian kaum musyrikin pun bersiap-siap melawan kaum muslimin. Ketika pasukan kaum muslimin telah berada di medan pertempuran, Rasulullah memerintahkan agar mereka menyerang kaum musyrikin dengan anak panah. Ketika mendekati musuh, mereka pun memanahnya. Kemudian, kedua pasukan antara kebenaran dan kebatilan itu saling menyerang hingga mulailah saling menikam dan memukul dengan pedang.
BACA JUGA: Strategi Pembangunan Waduk di Perang Badar
Saat itu terdengar seruan Rasulullah, “Berangkatlah kalian menuju surga yang luasnya seluas langit dan bumi.”
Seorang sahabat bernama ‘Umair bin al-Hammam al-Anshari bertanya, “Ya Rasulullah, surga seluas langit dan bumi?”
Rasulullah menjawab, “Ya.”
‘Umair menimpali, “Aduhai, aduhai.”
Rasulullah bertanya, “Apa yang membuatmu berkata aduhai, aduhai?”
Sahabat itu menjawab, “Tidak apa-apa, Ya Rasulullah, kecuali berharap agar aku menjadi penghuni surga itu.”
BACA JUGA: Nabi Tahu Tempat Terbunuhnya Kaum Musyrikin di Perang Badar
Rasulullah bersabda, “Maka sesungguhnya kamu termasuk penghuninya.”
‘Umair pun segera mengeluarkan beberapa butir kurma dari tutup kepalanya, lalu memakannya, seraya berkata, “Jika aku masih hidup hingga makan semua kurmaku ini, sungguh itu hidup yang panjang dan aku tidak menginginkannya. Aku merindukan hidup yang abadi sementara kurma ini mencegahku darinya.” Iapun melemparkan kurmanya, lalu dengan penuh keyakinan maju memerangi kaum musyrikin, hingga akhirnya ia terbunuh (sebagai syuhada). []
Sumber: Dr. Utsman Qadri Mukanisi. 2017. Cerita-Cerita Memikat dari Sahabat. Jakarta: Qalam.