Seseorang yang melakukan amal tanpa ilmu, amalnya akan sia-sia belaka dan pasti ditolak. Rasulullah sudah menemukan buktinya.
HARI itu sangat cerah. Dalam jangka waktu yang lama, sering kota tdak pernah ditimpa hujan. Hanya pada tempat-tempat tertentu saja seisi kota dinaungi oleh sesuatu yang bisa memberikan keteduhan. Bahkan pohon-pohon pun sering kali tidak cukup untuk tubuh bersembunyi dari sengatan sinar matahari. Dalam cuaca dan kondisi seperti itu, sepertinya banyak orang yang memilih untuk berdiam diri saja di dalam ruangan, ketimbang berkeliaran di luar.
Bagi Rasulullah, tidak ada lagi tempat yang membuatnya nyaman selain di masjid. Masjid, baginya, sudah layaknya rumahnya sendiri. Bagaimana tidak, untuk banyak keperluan hidup, ia melakukan dan memulainya dari Masjid. Bahkan Nabi pun membina dan merancang semua agenda-agendanya di dalam masjid bersama sahabat-sahabatnya.
Tapi, entah kenapa, siang itu masjid terasa sepi. Belum ada siapa-siapa. Mungkin para sahabat tengah mencari penghidupan untuk anak dan istrinya. Maka Rasulullah pun bergegas melangkahkan kaki ke dalam masjid.
Tepat ketika Rasulullah akan memasukki pintu masjid, alangkah terkejutnya ia. Bukan apa-apa, tepat di samping pintu masjid, beliau melihat sesosok tubuh. Membayang. Dan akhirnya semakin jelas. Ternyata ia adalah Iblis yang terkutuk. Hmm, ada apakah gerangan kiranya, ia berada di tempat sesuci ini? Ketika Rasululllah melongokkan kepalanya ke dalam masjid, ada dua orang di sana. Hanya, yang seorang tengah melaksanakan shalat. Dan seorang lagi tampak tengah tertidur pulas dekat pintu.
Rasulullah bergegas menghampiri Iblis. Beliau bertanya dengan penuh keheranan, “Hai Iblis, apa yang sedang kaulakukan di sini?”
Ditanya sedemikian rupa, apalagi oleh Rasulullah, Iblis mendelik. Ia tidak kaget sama sekali kalau manusia yang satu ini bisa mengetahui kehadirannya. Dengan ketakutan, ia pun menjawab, “Sejujurnya aku hendak masuk ke dalam masjid untuk menggoda dan merusak ibadah orang yang sedang shalat itu.”
Rasulullah mengernyitkan keningnya tanda semakin keheranan. Kalau itu saja yang ingin dilakukan mahluk terkutuk itu, apa sulit baginya? Rasulullah menduga-duga, pasti ada sesuatu yang lain. “Mengapa kauurungkan? Apa yang menghalangimu?”
Iblis tidak menjawab segera. Ia kembali menatap wajah Rasulullah. Tetapi segera tertunduk kembali. “Ada orang itu yang tengah tertidur di dekat pintu….”
Rasulullah semakin keheranan, “Ia yang sedang tertidur? Ada ada dengannya?”
“Aku takut kepadanya…..” jawabnya gemetar.
Nabi sekarang benar-benar tidak bisa menyembunyikan keheranannya yang luar biasa. Bagaimana seorang Iblis bisa takut kepada manusia yang tengah tertidur pulas dan bahkan seperti tidak berada di dunia—saking pulasnya? “ Hai Iblis, aneh benar engkau. Sungguh-sungguh aneh! Aku tidak habis pikir, engkau justru takut kepada orang yang sedang tidur, padahal ia lalai dan lupa. Mengapa engkau tidak takut kepada orang yang sedang shalat itu, sedangkan ia berada dalam keadaan ibadah dan munajah kepada Allah?”
Iblis merunduk. Ia masih gemetaran. Melihat Iblis seperti itu, Rasulullah membiarkannya saja.
“Engkau ingin tahu, Rasulullah…?” tanya Iblis.
Rasulullah mengangguk kepalanya segera. Hal ini tentu menjadi sesuatu yang sangat menarik, karena sungguh-sungguh langka luar biasa Iblis bisa tak berdaya pada manusia yang tengah tertidur.
Akhirnya dengan masih ketakutan, Iblis berkata terpatah-patah, “Ketahuilah olehmu, hai Rasulullah. Aku tidak takut pada orang yang tengah shalat itu karena orang itu bodoh. Ia tidak pernah mencari ilmu sehingga ita tidak tahu bagaimana melaksanakan shalat dengan baik dan benar. Bagiku, mengganggu dan merusak ibadahnya semudah membalikkan telapak tangan. Aku tidak akan banyak bekerja terlalu sulit untuk membuatnya seperti itu…”
Rasulullah masih heran mendengar penuturan Iblis, “lantas, kenapa kautakut kepada orang yang tengah tertidur itu?”
“Hmmm,” Iblis menukas, “sebab, orang yang sedang tertidur lelap itu adalah orang alim. Ia mempunyai banyak ilmu. Bahkan ketika ia tidurpun ia memakai ilmu—tidak asal tidur saja, hingga perlindungan Allah begitu kuat terhadapnya. Itu yang menyebabkan aku menjadi takut masuk ke dalam masjid. Karena jika aku sudah berhasil mengganggu orang yang tengah shalat itu, pasti orang alim tersebut akan mampu mengusir aku dengan doa yang dibacanya sebelum tidur!”
Rasulullah mengangguk-anggukkan kepalanya mendengar keterangan Iblis yang jujur itu. Beliau makin sadar bahwa ilmu adalah satu-satunya senjata dan modal bagi umatnya untuk mencapai kesejahteraan dan keselamatan dunia akhirat.
Rasululah teringat ia pernah diberitahu oleh Allah swt, bahwa ketika Nabi Sulaiman disuruh memilih karunia yang disukainya, apakah harta, tahta, ataukah ilmu, Nabi Sulaiman justru mengambil ilmu.
Kalau ia memilih harta, belum tentu tahta dan ilmu didapatnya. Jika ia mengambil tahta maka harta dan ilmu juga belum tentu bisa diraihnya. Tetapi dengan memilih ilmu, akhirnya harta dan tahta dimilikinya. []