Oleh: Eriga Agustiningsasi, S.KM
Kota Pasuruan, Jawa Timur
erigamumtazah@gmail.com
GUNDALA, film yang tengah ramai diperbincangkan dalam jagat perfilman Indonesia. Film berdurasi sekian jam tersebut berhasil menarik perhatian warga Indonesia khususnya kaum millenial. Pasalnya film garapan sutradara Joko Anwar yang dibintangi oleh Abimana ini tidak biasanya seperti film Indonesia pada umumnya.
Film ini menceritakan sosok patriot atau pahlawan yang membela kebenaran. Meskipun cerita fiksi, namun penonton begitu tersihir dengan alur cerita beserta teknologi pembuatan filmnya. Terbukti, di hari pertama tayang, Gundala raih 174 ribu penonton (CNNIndonesia.com).
Namun tentu saja, dalam tulisan ini saya tidak akan membahas film yang tengah digandrungi kawula muda tersebut.
BACA JUGA: Kisah Abimana Aryasatya, Mulai dari ‘Dikira Mualaf’ sampai ‘Ganti Nama’
Dunia Islam mampu mencetak banyak generasi unggul. Bukan hanya unggul dalam ilmu pengaturan dunia saja, melainkan unggul dalam ilmu agama. Ketakwaannya pun tak diragukan lagi. Dalam Islam, semakin pintar seseorang maka dia semakin bertakwa, tunduk, patuh dan takut kepada Allah.
Sebut saja Zaid bin Tsabit. Di usianya yang masih belia, dia berkeinginan untuk berangkat berperang bersama Rosulullah. Namun baginda Rosulullah SAW menolaknya dikarenakan dia masih tergolong anak-anak. Bahkan pedangnya pun jauh lebih besar daripada tubuhnya. Ibundanya selalu memberi semangat kepada Zaid bin Tsabit. Untuk kedua kalinya Zaid binTsabit meminta izin kepada Rosulullah untuk pergi berperang bersama beliau. Namun keputusan Rosulullah tetap, tidak berubah.
Penolakan Rosul tersebut tidak menjadikan Zaid bin Tsabit kecewa kemudian meratapi alias gagal move on . Justru beliau semakin semangat dalam belajar dengan dukungan ibunya. Hasilnya, dalam usia masih belia, remaja, ABG, Zaid mampu menguasai banyak bahasa. Hingga kemudian Rosulullah mengangkat beliau menjadi sekretarisnya untuk menuliskan surat kepada raja-raja di sekitar.
Bahkan beliau diminta untuk menghafal, mencari, mengumpulkan, dan menuliskan kembali wahyu yang diturunkan Allah melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad. Oleh karenanya Zaid bin Tsabit dijuluki sebagai Pena Rosulullah. Tentu kehebatan Zaid tidak terlepas dari didikan ibundanya, yang mampu menjadikannya tumbuh menjadi salah satu generasi unggul di era kejayaan Islam.
Begitu pula sosok yang lahir jauh dari masa Rosulullah, namun namanya masyur dikenang sepanjang masa sebagai penakluk Kostantinopel. Ya, siapa yang tidak mengenal Muhammad Al Fatih? Di usia 21 tahun, beliau mampu menaklukkan konstantinopel dengan strategi perang yang tidak biasa. Tentu kemampuan tersebut tidak didapatkan dengan cuma-cuma, berleha leha, selonjoran di atas kasur sambil pegang remot televisi ya guys..
Muhammad Al Fatih justru mempelajari geografi, bagaimana caranya mendapatkan akses untuk masuk ke benteng Konstantinopel yang konon tak akan ada yang bisa menembus dan merobohkannya.
Namun janji Allah dan Rosul lah nyatanya mampu membuat Muhammad Al Fatih merobohkan benteng terkuat di zamannya. Dan janji Rosulullah 835 tahun yang lalu berhasil ia wujudkan! Rosulullah bersabda, “Kalian pasti akan membebaskan Konstantinopel, sebaik-baiknya pemimpin (panglima perang) yang akan menguasai Konstantinopel adalah penakluknya dan sebaik-baik pasukan yang mengalahkan Konstantinopel adalah pasukamya.” (HR. Ahmad.ad Darimi, al Hakim)
BACA JUGA: Muhammad Al Fatih Meninggal Digigit Vampir?
Kesuksesan Muhammad Al Fatih dalam menaklukkan Konstantinopel juga tidak terlepas dari peran kedua orangtuanya, terutama ibu. Ibu sebagai madrasatul ula, pendidik pertama dan utama mampu diwujudkan dalam sistem Islam. Ibu sudah seharusnya mempunyai banyak waktu untuk mendampingi anak-anaknya. Tugasnya menjadikan mereka generasi unggul, tangguh dalam membela agamanya.
Sudah saatnya kita beralih menjadi generasi unggul. Bukan juga generasi yang suka berkhayal, yang maunya hanya tertawa terpingkal-pingkal, tidak pernah merasakan bagaimana nikmatnya pengorbanan untuk bekal kelak. Itulah Gundala, atau Generasi Unggul dalam Ilmu dan Agama. []
OPINI ini adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari OPINI di luar tanggung jawab redaksi Islampos.