KEDOKTERAN dan kesehatan merupakan bidang keilmuan yang penting sepanjang sejarah manusia. Ilmuwan muslim juga turut andil dalam perkembangan ilmu kedokteran dan kesehatan. Sebut saja Ibnu Sina. ilmuwan muslim tersebut telah diakui sebagai salah satu tokoh dunia yang berjasa besar di bidang kesehatan dan kedokteran.
Jauh sebelum masa Ibnu Sina, dokter muslim juga telah ada. Bukan hanya dari kalangan pria, muslimah pun turut berkontribusi dalam bidang ini, bahkan pada masa Nabi Muhammad SAW.
BACA JUGA: Bolehkah Seorang Muslimah Berobat pada Dokter Pria?
Muslimah hadir sebagai dokter dan melayani pasien di berbagai kondisi. Dokter Muslimah dulu memiliki kekhasan, yaitu sering menangani persoalan kewanitaan. Persoalan satu ini kerap dianggap tabu oleh dokter laki-laki.
Siapa saja dokter muslimah yang tercatat dalam sejarah peradaban Islam? Inilah beberapa diantaranya:
1 Rufayda binti Sa’ad
Dia dikenal juga dengan nama Rufayda al- Aslamiyyah. Sejarah mencatatnya sebagai perawat pertama dalam sejarah Islam yang hidup pada masa Nabi Muhammad. Dia merawat masyarakat yang terluka dan sekarat dalam perang bersama Nabi Muhammad, seperti pertempuran Badar pada 13 Maret 624 H. Rufayda belajar kedokteran dan perawatan dari ayahnya Saad Al Aslamy yang sering menyembuhkan penyakit. Rufayda mengabdikan dirinya untuk merawat orang-orang sakit yang kemudian dikenal sebagai ahli pengobatan.
2 Syifa binti Abdullah
Dia merupakan wanita yang tercatat dalam sejarah Islam karena sikapnya yang bijak. Muslimah bernama lengkap Syifa binti Abdullah al Qurashiyah al Adawiyah ini pandai membaca buku. Karena, kepandaiannya dia dilibatkan dalam kegiatan administrasi publik dan dunia kedokteran. Nama aslinya adalah Laila, Syifa adalah kata bahasa Arab yang bermakna penyembuhan karena profesiya sebagai perawat. Dia juga melatih sejumlah Muslimah untuk bisa menjadi perawat.
BACA JUGA: Pangeran Williams Berikan Penghargaan kepada Seorang Dokter Muslim di Inggris
3 Nusayba binti Haris al-Ansari
Masyarakat mengenalnya sebagai Umm Atia. Dialah wanita yang merawat korban perang yang penuh luka. Ketika korban datang, Nusayba langsung memberinya air minum untuk menenangkan diri. Pasien juga diberi makan agar lebih bertenaga. Wanita ini juga menjadi rujukan untuk melakukan khitan. []
SUMBER: KHASANAH REPUBLIKA