DALAM diskusi publik yang diselenggarakan The Indonesia Democracy Initiative (TIDI), Direktur Eksekutif TIDI, Arya Sandhiyudha mengusulkan pentingnya perumusan dan peningkatan Indeks Integrasi Nasional (IIN) berbasis praktik Keadilan, Kebebasan, dan Kesejahteraan.
“Sebagai unsur pendukung Integrasi nasional delapan di antaranya adalah: Hubungan antar suku/daerah, Hubungan antar agama, Hubungan intra agama, Hubungan antar golongan sosial-ekonomi, persepsi warga asli – pendatang, peran lembaga adat, hubungan antar generasi (tua-muda), serta persepsi pusat-daerah,” ujar Arya.
BACA JUGA: Sikap Diam Internasional Dorong Israel Lakukan Kejahatan Perang
Menurut Arya yang merupakan peraih Doktor bidang Ilmu Politik Hubungan Internasional dari kampus Turki ini mengatakan, kedelapan komposit tersebut penting untuk pijakan membangun kualitas integrasi.
“Delapan komposit ini dapat menjadi ukuran Indonesia untuk membaca situasi tiap daerah ataupun agregat secara nasional. Kemudian menjadi pijakan membangun kualitas integrasi,” papar Arya.
Pandangan ini merupakan saripati gagasan pada Public Talks yang dilaksanakan TIDI kemarin (15/9) yang bertepatan dengan Hari Demokrasi Internasional. Arya menyebutkan, “pasca Pemilu residu benturan antar pendukung masih terasa, meski sudah sangat jauh berkurang dan tugas kita mengajak sebanyak mungkin warga negara untuk move on dan tidak terpancing lagi menjelang momen rutin rawan keretakan seperti Pilkada.”
TIDI bertekad menjadi melting pot ragam pihak yang biasanya tidak semeja dengan menghadirkan Ketua Persekutuan Gereja Indonesia (PGI) Pendeta Albertus Patty, Da’i Muda Habib Idrus Al Jufri, Tokoh Muda Papua Velix Wanggai, Pegiat Pemuda Katholik Lidya Natalia Sartono, Politisi beberapa Parpol, Profesor Bambang Shergi Laksono, dan Ekonom TIDI Handi Risza yang menggagas ide dalam satu meja, meramu komitmen dalam satu ruang diskusi.
“Semangat dan komitmen kami bersama untuk berpartisipasi meningkatkan kualitas demokrasi substansial, lebih dari sekedar menjalani demokrasi prosedural,” kata Arya peraih Master dalam Bidang Studi Strategis dari Nanyang Technological University (NTU), Singapura. []