KETEGUHAN hati seorang anak penghafal Qur’an ini menggambarkan seorang muslim yang begitu mencintai Al- Qur’an.
Ia bernama Ahmad Yasin. Di usianya yang baru sembilan tahun, ia sudah menyelesaikan 30 juz Al- Qur’an.
Ketika Yasin menyetorkan hafalan juz terakhirnya kepada sang musyrif. Banyak yang menitikan air mata karena terharu mendengar lantunan ayat yang keluar dari mulut Yasin. Begitu juga dengan kedua orang tuanya yang hadir saat itu tanpa sepengetahuan Yasin.
Setelah selesai melafalkan hafalannya, dan mengetahui keberadaan orangtuanya, Yasin sangat terharu dan menangis terisak-isak. Suasana di tempat itupun berubah menjadi haru.
Yasin merupakan bocah yang mandiri, saat baru duduk di semester kedua kelas satu SD ia sudah berniat untuk menjadi seorang hafidz.
Ia berani jauh dari keluarga dan orang tua untuk menimba ilmu di salah satu pansantren Qur’an yang ada di Bandung. Kesungguhannya dalam belajar cukup membuahkan hasil, dalam tiga bulan Yasin sudah bisa baca Al Qur’an dan hafal juz 30.
Kisah yang paling mengharukan adalah ketika pertengahan tahun 2013 lalu, ia mengikuti Mukhayam Al Qur’an yang digelar oleh Al Hikmah Bogor dan merupakan peserta termuda.
Saat itu diadakan sesi game perang-perangan. Yasin yang bertugas membawa bendera berusaha menjaga agar tidak direbut oleh ‘musuh’. Namun pada akhirnya bendera yang dipegang Yasin akhirnya terebut. Saat proses perebutan bendera, tanpa sadar lengannya terluka akibat terkena tiang bendera yang terbuat dari bambu.
Keadaanpun berubah menjadi panik, karena luka yang diderita Yasin cukup besar dan mengeluarkan banyak darah. Kemudian santri senior dan para ustadz segera menolong Yasin. Sang ustadz pun menggendong Yasin dan membawanya ke Posko.
“Ustadz, jangan bilang orang tua saya, nanti mereka sedih,” pinta Yasin tanpa menangis sedikit pun.
Yasin terlihat merintih, hal itu membuat para ustadzah yang ada di sana berkaca-kaca mendengar rintihannya. Dengan menahan sakit dan darah yang memenuhi sekujur lengan, Yasin berdoa, “Ya Allah, tolonglah aku. Aku masih ingin menghafal.”
“Ya Allah, tolonglah aku. Aku masih ingin menghafal,” doa tersebut terus keluar berulang-ulang dari mulut Yasin. Doanya membuat siapapun yang mendengar pasti terenyuh hatinya.
Dan akhirnya Yasin dirawat di Rumah Sakit Ciawi, dan dijahit dengan 14 jahitan. Terlihat bahwa Allah masih sangat sayang pada Yasin, sehingga dalam usianya yang masih belia ia sudah menjadi penghafal Al-Quran.
Kesungguhan Yasin menjadi bukti bahwa siapa yang bersungguh-sungguh berikhtiar dan meniatkan ikhtiarnya karena Allah, maka insyallah akan Allah mudahkan. []
Sumber: kota Islam