Oleh: Hanin Jayyid
Siswi Mahad Darul Bayan Jatinangor
islamimediajatinangor@gmail.com
MATA kita selalu disuguhkan dengan berbagai menu kerusakan generasi. Salah satunya perilaku seks yang selalu bikin resah. Setiap hari ada saja berita seputar pergaulan bebas remaja. Mulai dari video porno sampai penyimpangan seksual. Data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017 mengungkapkan sekitar 2% remaja perempuan usia 15-24 tahun dan 8% remaja laki-laki dengan usia sama telah melakukan hubungan sebelum menikah, 11% di antaranya mengaku kehamilan yang tidak diinginkan. Ngeri.
Miris sekali lihat berita di atas. Padahal, para remaja adalah tonggak estafet bangsa. Masa para calon pemimpin masa depan seperti itu? Kalau dipikir-pikir, pentingkah pendidikan seks bagi remaja?
BACA JUGA: Jilbab Masa Kini, Jangan Makin Seksi
Salah seorang pengamat remaja menyatakan, penyebab masalah pergaulan bebas mulai dari prostitusi, aborsi, sampai penyebaran virus HIV dan penyakit menular seksual adalah karena remaja kurang dalam pendidikan seks. Apalagi, budaya masyarakat Indonesia ini kalau bicara soal seks ke remaja itu masih dianggap hal yang tabu. Para orangtua takut salah ngomong yang menyebabkan anaknya salah paham.
Apa akibatnya? Bisa ditebak. Remaja bakal mencari informasi tentang seks. Kalau tidak mencari di mesin pencari google atau bertanya ke teman-teman se-ganknya. Padahal, jika mencari di google jawabannya belum tentu benar. Bisa saja konten yang sifatnya porno muncul dan remaja tergelitik untuk nge-klik. Jadilah hasil pencariannya nyasar ke konten dewasa. Belum lagi bila bertanya ke teman yang masih sama-sama minim ilmu. Bisa salah paham itu!
Lalu bagaimana sebaiknya?
Tahun 2013 lalu, pemerintah telah mengeluarkan buku rapor kesehatan untuk para remaja. Isinya mengenai pantauan kesehatan organ tubuh dan reproduksi remaja. Tujuannya untuk membantu anak-anak memperoleh pendidikan seks di rumah. Kemenkes juga ikut serta dengan memberikan buku kesehatan ibu dan anak, yang isinya pengenalan organ reproduksi pada anak hingga berusia 5 tahun. Buku ini diharapkan bisa membantu para orangtua untuk memberikan pendidikan seks.
Tahukah Anda, bicara pendidikan seks dalam Islam, ternyata tidak cuma membahas masalah reproduksi. Yang pasti lebih lengkap sebagai upaya pemenuhan naluri melestarikan jenis atau yang biasa disebut gharizah na’u. Islam memandang bahwa manusia telah dibekali Allah SWT dengan naluri-naluri unttuk bisa mempertahankan hidupnya. Salah satunya adalah gharizah nau (naluri berkasih sayang). Dengan adanya naluri ini, manusia berkasih sayang dengan sesama makhluknya. Itulah mengapa ada perasaan sayang kepada orangtua, saudara, kakak, adik, sahabat, bahkan kepada lawan jenis. Rasa sayang ini fitrah. Ia ada dalam diri setiap manusia dan tak bisa dihilangkan.
BACA JUGA: Homoseks dalam Timbangan Syariat Islam
Islam juga memandang bahwa rasa sayang ini haruslah diatur. Apalagi rasa sayang kepada lawan jenis. Karena Islam mengetahui ada celah berbuat keji di sana. Islam juga mengajak manusia untuk terikat dengan aturan Allah SWT dimanapun berada. Lalu, bagaimana agar remaja mengerti aturan dalam berkasih sayang ini? Ya pasti dengan cara mengaji! Karena dengan mengaji kita akan mendapatkan pendidikan seks dengan pondasi iman, dilengkapi dengan pembahasaan aurat, mahram, akhlak mulia, cara berpakaian, berhias, pergaulan dengan lawan jenis, dan lain-lain.
Maka dari itu kenali Islam lebih dalam, solusi tepat untuk remaja taat. Yuk ngaji! []
OPINI ini adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari OPINI di luar tanggung jawab redaksi Islampos.