BERHUBUNGAN adalah suatu kebutuhan bagi pasangan suami istri. Mengapa? Dengan melakukan itu, hasrat suami dan istri akan terpenuhi. Karena manusia diberikan nafsu birahi oleh Allah SWT dan akan tepat jika itu dilampiaskan kepada orang yang sah baginya.
Dalam melakukan hubungan, ada yang mengatakan bahwa suami lebih aktif, sedangkan istri bersifat pasif. Benarkah demikian?
Allah SWT membuat manusia mempunyai dorongan nafsu seksual (gharizh) sebagai salah satu rahasia dan kebijaksanaan-Nya. Allah SWT menjadikan kecenderungan hubungan sebagai salah satu yang memengaruhi akal, nafsu, dan jiwanya dan merupakan kebutuhan pikiran, jiwa dan perasaannya.
Hubungan adalah suatu kenikmatan, kesenangan dan kelezatan. Allah SWT menjadikannya untuk kelanjutan kehidupan manusia sampai akhir zaman.
Ketika terjadi hubungan antara suami dna istri, suami berperan aktif sebagai persiapan untuk pembenihannya. Karena itu, suami akan mengerahkan tenaga yang maksimal sebagai upaya untuk memberikan bibit yang hidup.
Sedangkan istri berada dalam posisi pasif atau kurang aktif, sebab benihnya yaitu ovum, tidak mengandung unsur kehidupan. Istri berfungsi sebagai perangsang suami. Benih bertemu dengan sel telur lalu terjadilah kehamilan.
Tidak semua hubungan bisa menurunkan sel telur dari wanita. Indung sel telur yang subur akan turun pada waktu-waktu tertentu, berkisar sekali setiap bulannya. Itulah sebabnya, suami menjadi aktif dan istri pasif atau dapat dikatakan berbeda kadar aktifnya.
Mungkin ada orang yang bertanya, “Apabila suami bersikap aktif sedang istri kurang aktif, lalu apakah mungkin kesuburan sperma tanpa memerlukan benih wanita? Bukankah pasif dapat diartikan ‘tidak diperlukan’?” Tentu saja jawabnya, “Tidak! Unsur pasif sangat diperlukan dan tidak mungkin ditinggalkan. Ia sebagai pokok dan penyempurna, dan sebagai bagian yang tidak terpisahkan.”
Contoh, untuk menyalakan lampu, apakah mungkin hanya satu aliran saja? Positif saja misalnya? Ada kabel positif harus ada kabel negatif. Keduanya bertemu, menimbulkan percikan api, melahirkan stroom dan lampu pun menyala.
Suami melakukan hubungan, memberikan benih kesuburan. Sebaliknya, istri tidak dapat memberikan kesuburan pada setiap kesempatan dengan suaminya. Sebab, masa kesuburannya terbatas.
Apabila hubungan antara suami dan istri, dari segi laki-laki merupakan usaha dengan pengerahan tenaga dan penurunan daya, dari segi lain dapat berarti sebagai peletakkan batu pertama bagi kehidupan yang baru. []
Sumber: Anda Bertanya Islam Menjawab/Karya: Prof. Dr. M. Mutawalli asy-Sya’rawi/Penerbit: Gema Insani