UMAR bin Khathtab termasuk salah seorang sahabat yang paling zuhud. Muawiyyah bin Abi Sufyan menggambarkannya dengan sangat memukau, “Adapun Abu Bakar, dia tidak menginginkan dunia dan dunia pun tidak menginginkannya. Sedangkan ‘Umar, dunia menginginkannya sementara dia tidak menginginkannya.”
Sa’ad bin Abi Waqqash juga bercerita mengenai Umar, “Umar tidak mendahului kami dalam berhijrah, tetapi aku tahu satu hal yang membuatnya melebihi kami, dia adalah orang yang paling zuhud terhadap dunia di antara kami semua.”
BACA JUGA: Umar Mengaku Salah di Depan Seorang Perempuan
Jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan harta hasil rampasan perang, ‘Umar selalu menolak. ‘Umar berkata, “Berikan kepada yang lebih miskin dariku.”
Suatu hari, ‘Umar mengatakan hal yang sama kepada Rasulullah, kemudian Rasulullah berkata, “Terimalah dan simpan, lalu sedekahkan!”
Dan ketika ‘Umar mendapat jatah sebidang tanah di Khaibar, ia lantas menemui Rasulullah lalu berkata, “Aku mendapat bagian dari tanah Khaibar, yang sebenarnya aku belum pernah mendapat harta sebegitu berharga. Apa yang harus kuperbuat wahai Rasulullah?”
BACA JUGA: Perhatian Khalifah Umar bin Abdul Aziz kepada Kaum Jomblo
Rasulullah pun memberikan saran agar tanah tersebut pokoknya diwakafkan, sementara hasilnya disedekahkan. ‘Umar pun mengikuti apa yang disarankan oleh Rasulullah.
‘Aslam, pembantunya, mengatakan, “Aku tidak melihat seorang pun setelah Rasulullah yang lebih dermawan sampai akhir hayatnya melebihi ‘Umar bin Khaththab.” []
Sumber: DR. Ahmad Hatta MA., dkk. Januari 2015. The Golden Story of Abu Bakar Ash-Shiddiq. Jakarta Timur: Maghfirah Pustaka.