KECINTAAN Umar bin Khaththab kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sangatlah luar biasa dan tak perlu diragukan lagi. Tak sebatas lisan saja, tetapi juga dibuktikan dalam perbuatan. Umar berusaha sekuat tenaga mencintai segala hal yang dicintai dan diingini Rasulullah dan segala apa yang datang dari Rasulullah pasti diterima dan dikutinya.
Ketika paman Rasulullah, ‘Abbas bin Abdul Muthalib menjadi salah satu tawanan Badar di bawah pengawasan seorang sahabat Anshar yang mengancam akan membunuhnya. Dan ketika ancaman kepada pamannya itu sampai ke telinga Rasulullah, beliau berkata, “Aku tidak bisa tidur mala mini karena memikirkan pamanku ‘Abbas. Aku mendengar kaum Anshar bertekad akan membunuhnya.”
‘Umar kemudian bertanya kepada beliau, “Apa sebaiknya aku mendatangi mereka?”
Rasulullah kemudian menganggukkan kepala sebagai tanda setuju beliau.
‘Umar lantas pergi menjumpai kaum Anshar lalu berkata kepada mereka, “Lepaskan ‘Abbas.”
Namun mereka menolak untuk melepaskannya.
Kemudian ‘Umar berkata lagi, “Meskipun Rasulullah menginginkannya?”
Lantas mereka menjawab, “Jika Rasulullah meridhainya, maka ambillah.”
‘Umar pun membawa ‘Abbas. Setelah dibawanya, ‘Umar berkata kepada ‘Abbas, “Wahai ‘Abbas masuk Islamlah. Demi Allah, keislamanmu lebih kusukai daripada keislaman Khaththab (ayahku). Karena aku melihat berapa Rasulullah sangat mengharapkan keislamanmu.”
Mendengar ucapan itu, ‘Abbas tergerak hatinya dan menyatakan masuk Islam. []
Sumber: DR. Ahmad Hatta MA., dkk. Januari 2015. The Golden Story of Umar bin Khaththab. Jakarta Timur: Maghfirah Pustaka.