“SEKARANG saya harus bagaimana, wahai Rasulullah? Dengan apa saya membayar hutang-hutang ayah saya?” tanya Jabir sedih.
Jabir bin Abdullah adalah salah satu dari sahabat Anshar. la adalah putra seorang pahlawan yang syahid dalam Perang Uhud, yaitu Abdullah bin ‘Amr bin Haram. Saat Perang Uhud terjadi, Jabir mendaftarkan diri untuk ikut. Tetapi karena ayahnya juga turut berperang, Rasulullah SAW melarangnya.
Rupanya, ayah Jabir menemui syahid pada perang itu. Namun, dia meninggalkan hutang yang cukup banyak. Jabir sangat sedih karena ia tidak memiliki harta untuk membayarnya. la pun mendatangi Rasulullah SAW untuk meminta pertolongan agar para pemberi hutang membebaskan tanggungan ayahnya. Namun sayang, mereka keberatan jika hutang ayah Jabir dihapuskan.
BACA JUGA: Hani Jabir; Buronan Israel Senilai 100 Ribu Dolar
“Engkau punya pohon kurma, bukan?” tanya Rasulullah
“Ya, wahai Rasulullah.”
“Pergilah! Petiklah dan bawalah kemari!”
Jabir segera melaksanakan perintah Rasulullah SAW dan kembali dengan beberapa keranjang kurma.
“Sekarang, panggillah semua orang yang menghutangi ayahmu,” perintah Rasulullah SAW.
Tanpa banyak tanya, Jabir pun melaksanakan perintah Rasulullah SAW. la panggil semua pemberi hutang ayahnya.
“Sekarang apa yang harus saya lakukan, wahai Rasulullah?” tanya Jabir.
“Bayarlah hutang-hutang ayahmu dengan kurma-kurma,” jawab Rasulullah.
Jabir terdiam sejenak. la tampak ragu-ragu.
“Takarlah dan bayarkan kurma-kurma ini untuk menebus hutang ayahmu,” kata Rasulullah lagi seolah mengerti isi hati Jabir.
“Ya, baiklah, wahai Rasulullah,” sahut Jabir akhirnya.
Meski masih diliputi tanda tanya, ia melaksanakan apa yang disabdakan Rasulullah saw. Sebagai seorang yang beriman, firman Allah SWT, dan sabda Rasul-Nya pantang ditolaknya. la panggil satu per satu para pemberi hutang dan menakar kurma untuk membayarnya.
BACA JUGA: Uwais Al Qarni Seorang Tabi’in yang Paling Utama
Jabir menakar kurmanya dengan hati berdebar-debar karena takut kurmanya tidak cukup. Namun anehnya, hingga hampir habis ia bayarkan kurma itu kepada mereka, kurma itu masih saja cukup. Bahkan, saat semua orang mendapatkan kurma, kurma-kurma milik Jabir ternyata tidak berkurang sedikit pun.
“Masya Allah, keajaiban ini pasti terjadi karena keberkahan doamu, wahai Rasulullah. Jika tidak, kurma-kurma ini tak akan cukup untuk membayar hutang-hutang ayah,” seru Jabir lega.
Jabir sangat senang. la lega karena semua hutang almarhum ayahnya lunas. Jabir bin Abdullah sangat beruntung karena berkali-kali menyaksikan mukjizat Muhammad al-Musthafa selama hidupnya. []
Sumber: 77 Cahaya Cinta Madinah/ Ummu Rumaisha/ Al-Qudwah Publishing/ 2015