Oleh : Shela Rahmadhani
Aktivis Dakwah, Koordinator Wilayah Indonesia Tanpa Pacaran Yogyakarta
shelarahmadhani@gmail.com
MUSLIMAH adalah sebuah identitas mulia yang diberikan Allah SWT kepada kaum perempuan yang beriman. Lalu, identitas tersebut melahirkan sejumlah konsekuensi-konsekuensi (taklif) untuk dijalankan di dalam kehidupan meniti ridho Allah.
Islam menjadikan peran utama perempuan diciptakan adalah sebagai umm warabbatul bait. Muslimah adalah pendidik bagi generasi pemimpin peradaban dan menjadi pendamping bagi suami.
Selain peran utama tersebut, muslimah memiliki peran sebagai pejuang dakwah sebagaimana hal tersebut juga dibebankan kepada kaum laki-laki. Allah SWT berfirman dalam surah Fussilat ayat 33, yang artinya, “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah…” (TQS. Fussilat : 33)
BACA JUGA: Muslimah, Ini Waktu Lamanya Haid Menurut Para Ulama
Berdasarkan ayat tersebut, maka dakwah merupakan seruan untuk laki-laki dan perempuan tanpa terkecuali. Peran muslimah di dalam dakwah Islam begitu nyata sejak masa Rasulullah. Sosok yang pertama adalah ibunda Khadijah.
Khadijah memberikan persembahan terbaik, baik tenaga, waktu maupun harta agar dakwah Rasulullah saw mencapai tujuannya, yaitu penerapan seluruh hukum Islam. Pada awal Rasulullah diutus belum ada satu pun yang beriman. Ibunda Khadijahlah yang beriman pertama kali dan memberi dukungan penuh kepada Rasuluullah.
Dikisahkan, Rasulullah saw. datang dari Gua Hira dalam keadaan ketakutan. Khadijah menyelimuti dan menghibur beliau. Ia berkata,
“Sekali-kali tidak. Demi Allah, Allah tidak akan menghinakan engkau selama-lamanya. Sungguh engkau selalu menyambung hubungan keluarga. Engkau biasa memikul beban orang lain. Engkau biasa membantu orang yang memerlukan. Engkau biasa menjamu tamu. Engkau pun biasa membantu pelaku kebaikan.” (HR al-Bukhari).
Ibunda Khadijah seorang bangsawan yang disegani. Beliau juga saudagar ekspor-impor yang kaya-raya. Beliau selalu mendampingi, mendukung perjuangan Rasulullah saw dengan penuh cinta, kasih sayang, dan pengorbanan hartanya. Seluruh kekayan Khadijah diserahkan kepada Rasulullah untuk perjuangan agama Islam. Dua per tiga kekayaan Kota Mekkah adalah milik Khadijah. Tetapi ketika Khadijah hendak menjelang wafat, tidak ada kain kafan yang bisa digunakan untuk menutupi jasad Khadijah.
Bahkan, pakaian yang digunakan Khadijah ketika itu adalah pakaian yang sudah sangat kumuh dengan 83 tambalan di antaranya dengan kulit kayu.
Ibunda Khadijah mendampingi dakwah Rasulullah saw. sepanjang hidupnya, walaupun Khadijah tidak bisa menikmati kemenangan Islam, dengan penerapan hukum Islam di Madinah. Beliau wafat tiga tahun sebelum Hijrah. Dengan persembahan terbaik beliau terhadap perjuangan Islam, Allah SWT mengabarkan Surga Firdaus sebagai balasannya (Ali bin Nayif asy-Syuhud, Keistimewaan 62 Muslimah Pilihan, Solo: Pustaka Al Hanan, 2013, hlm 52-56).
Untuk menggambarkan keseriusan Khadijah dalam dakwah Rasulullah dalam kondisi sulit sekalipun, dapat terlihat dari perkataan Khadijah dalam suatu masa/peristiwa.
Ketika itu Rasulullah baru pulang dari hiruk pikuk dakwah di Mekkah dan berbaring di pangkuan Khadijah. Lalu Khadijah menangis dan berkata: “Dahulu aku memiliki kemuliaan. Kemuliaan itu telah aku serahkan untuk Allah dan Rasul-Nya. Dahulu aku adalah bangsawan. Kebangsawanan itu juga aku serahkan untuk Allah dan Rasul-Nya. Dahulu aku memiliki harta kekayaan. Seluruh kekayaan itupun telah aku serahkan untuk Allah dan Rasul-Nya. Wahai Rasulullah”.,
“Sekarang aku tak punya apa-apa lagi. Tetapi engkau masih terus memperjuangkan agama ini. Wahai Rasulullah, jika nanti aku mati sedangkan perjuanganmu ini belum selesai, sekiranya engkau hendak menyeberangi sebuah lautan, sekiranya engkau hendak menyeberangi sungai, namun engkau tidak memperoleh rakit atau jembatan, maka galilah lubang kuburku, ambilah tulang belulangku. Jadikanlah sebagai jembatan untuk engkau menyebrangi sungai itu supaya engkau bisa berjumpa dengan manusia dan melanjutkan dakwahmu. Ingatkan mereka tentang kebesaran Allah. Ingatkan mereka kepada yang hak. Ajak mereka kepada Islam wahai Rasulullah,” kata Khadijah.
BACA JUGA: Muslimah, Mari Kita Kenali Gejala dan Penyebab Penyakit Polio
Sosok kedua dikenal pula seorang Nusaibah. Nusaibah adalah salah satu dari dua orang wanita yang mewakili kaum perempuan saat itu untuk membaiat Rasulullah pada Baiat Aqabah atau Baiat In’iqâd, yaitu membaiat Rasulullah sebagai pemimpin negara yang akan menegakkan Islam di Madinah (Asy-Syuhud, Keistimewaan 62 Muslimah Pilihan, Solo: Pustaka Al Hanan, 2013, hlm 164-167).
Puncak dari perjuangan Nusaibah untuk dakwah Islam adalah melindungi nyawa Rasulullah saw pada perang Uhud. Saat banyak orang lari meninggalkan Rasulullah saw, Nusaibah justru tidak bergeming. Apalagi setelah Rasulullah saw. berdoa, “Ya Allah, jadikan mereka (keluarga Nusaibah) sebagai teman-teman dekatku di Surga.” (Thabaqah Ibnu Sa’ad).
Nusaibah berkata, “Aku tidak peduli musibah apapun yang menimpaku di dunia.” Hingga akhirnya Nusaibah pun syahid di perang Uhud.
Dua sosok heroik menunjukkan bagaimana peran para muslimah yang memiliki pengaruh besar terhadap dakwah Rasulullah.
Hari ini, dakwah Rasulullah memang sudah selesai karena Rasulullah telah wafat, namun risalah (Islam) yang beliau bawa akan berlanjut sampai akhir masa. Dakwah Islam masih berlanjut dan bergulir yang dibebankan kepada pundak muslim-muslimah.
Terlebih lagi, hari ini tampak nyata kemaksiatan merajalela. Hari ini, umat benar-benar jauh dari Islam dan mencampakkan islam. Korupsi, pergaulan bebas, tindakan syirik, narkoba, riba, dan lain-lain terjadi secara global. Tentu hanya dakwah Islam yang dapat mengubah itu semua bukan?
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh muslimah di dalam dakwah Islam. Pertama, muslimah dapat melakukan kontak yang masif di tengah masyarakat. Mengisi kajian dari mimbar ke mimbar, forum ke forum walaupun itu adalah forum kecil atau besar. Para muslimah hendaknya memberikan kajian yang komprehensif tentang Islam seperti masalah akidah, ukhuwah, hijab, syariah dan hukum publik. Bahkan jika jumpa dengan ibu di warung sembako, sebenarnya pembicaraan dapat di tarik ke dakwah Islam.
Muslimah juga dapat menggerakkan atau mengaktifkan kegiatan di tengah tengah masyarakat. Mengaktifkan kegiatan remaja mesjid, agenda Tabligh Akbar, seminar kemuslimahan, dan lainnya. Membentuk komunitas-komunitas Islam dan aktif melakukan pengkaderan untuk diupgrade ketaqwaannya juga skilnya.
BACA JUGA: Untukmu Muslimah yang Sedang Menanti
Kemudian, para muslimah harus aktif dalam meningkatkan kepekaan sosial masyarakat dengan metode pencerdasan pemikiran. Pemikiran yang cerdas adalah pemikiran yang berskala jauh dan luas. Seperti pemikiran tentang umat, tentang kezaliman yang merajalela, kemaksiatan yang nyata, dan berfikir tentang menaklukkan dunia. Seperti inilah pemikiran muslimah-muslimah terdahulu dalam peradaban Islam. Mereka tidak berfikir untuk dirinya sendiri. Melainkan untuk umat nabi Muhammad. Lihatlah visi bunda Khadijah ra di atas tadi. Bahkan dalam kondisi sulit beliau berfikir “apalagi yang bisa aku diberi untuk dakwah Muhammad (umat Muhammad)”.
Maka, muslimah pejuang dakwah harus terlebih dahulu memiliki pemikiran yang cerdas dan tinggi yang bersumber dari islam sehingga ia dapat mencerdaskan kembali masyarakat. Para muslimah tentunya tidak boleh buta dari permasalahan umat di dalam negeri maupun luar negeri. Muslimah mampu menghidupkan masyarakat.
Muslimah harus mengkaji islam dan khazanah Islam yang luas secara terus-menerus. Muslimah harus mampu memberikan solusi dalam seluruh masalah yang dia temui.
Wallahu a’lam bisshowab. []
Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi di luar tanggung jawab redaksi.