HIKMAH dan pelajaran bisa kita ambil dari mana saja. Termasuk dari kisah-kisah orang yang shalih. Kita bisa belajar darinya soal hidup dan ketaatan pada Allah. Termasuk mengambil hikmah dari kisah air susu pembawa sial berikut ini.
Dalam salah satu khutbahnya, Syaikh Dr. Muhammad Al-Areefy menukil sebuah cerita dari Imam adz-Dzahabi ketika beliau mengisahkan tentang Imamul Haramin, Abdul Malik bin Abdullah al-Juweiny, katanya: “Konon al-Juweiny jika berkhutbah atau debat, kadang mengalami kesulitan berbicara (gagap) dan tertegun sejenak. Lidahnya seakan kelu dan kaku, tak mampu melanjutkan ucapannya.
Bila hal tersebut terjadi, ia berkata kepada orang-orang: ‘Demi Allah, aku tahu sebab dari kegagapanku ini…’
‘Apa sebabnya?’ tanya mereka.
Jawab beliau: “Dahulu, ayahku adalah seorang yang shaleh dan berilmu (meski tak setenar anaknya). Ia berprofesi sebagai mu’allim (guru; syeekh). Ayah sungguh berhati-hati dalam mencari penghasilan halal. Ia tak pernah memasukkan sesuatu pun dalam rumahnya, kecuali yang diyakini benar kehalalannya. Ia melarang ibuku untuk menyusukanku kepada wanita lain.”
“Tak ada yang boleh menyusuinya selain kamu,” kata ayah pada ibuku.
“Aku yakin bahwa makanan, minuman dan pakaianmu semuanya halal. Tapi wanita lain aku tak tahu, dari mana suaminya menafkahinya. Maka hati-hati, jangan sampai anak ini disusui atau diberi makan orang lain!” perintah ayah kepada ibuku.
Namun pada suatu hari, ibuku masuk ke dalam rumah dan meninggalkanku sendirian di ruang depan. Aku pun mulai merengek dan menangis. Lalu tiba-tiba masuklah seorang sahaya wanita milik tetangga ke dalam rumah.
Kebetulan ia baru saja melahirkan dan sedang menyusui. Tatkala mendapatiku menangis, serta merta ia menggendongku dan menyusuiku. Tanpa disadari, aku pun terus menerus menghisap air susunya hingga tangisku mereda.
Namun alangkah kagetnya ketika ayah mendapatiku disusui oleh sahaya itu. Ia langsung merebutku dari buaiannya, dan memasukkan jarinya ke dalam tenggorokanku hingga kumuntahkan apa yang ada dalam perutku.
“Kamu adalah sahaya wanita milik tetangga kami, seluruh bagimu adalah milik mereka, sedang kami belum minta izin kepada mereka mengenai air susumu,” kata ayah kepadanya.
Kemudian ayah membawaku kepada ibu dalam keadaan seperti itu.
“Demi Allah, aku mendengar sendiri cerita ini dari ayahku. Dan aku yakin, bahwa kegagapanku ini ialah karena air susu yang masih tersisa dalam perutku,” kata al-Jueiny mengakhiri kisahnya.[Hida]
Sumber: Ibunda Para Ulama/Karya: Sufyan bin Fuad Baswedan Ma/Penerbit: Pustaka Al-Inabah-2012