MUSLIMAH memang identik dengan kelembutan. Dan sayangnya, lembut identik dengan lemah. Padahal enggak. Coba cek di kamus, apakah lembut dan lemah itu artinya sama? Jawabannya pasti TIDAK.
So, jadi muslimah baper? Jangan, ya. Dulu pas masih muda sih enggak apa-apalah sesekali. Tapi kalau semakin tua masih baper? waduh…
Ukhti, berhati-hatilah dengan penyakit hati ini. Sebisa mungkin dihindari apalagi baper yang berhubungan dengan lawan jenis. Ukhti baper dan rasa ke GR-an itu tampaknya memiliki satu keterkaitan, seolah menjadi sebab dan akibat yang tidak bisa dipisahkan dimana ketika sudah merasa baper ujung-ujungnya bakalan membuat kepedean untuk sesutu yang mungkin itu adalah hal yang bisa dan sering dilakukan oleh si dia ke banyak orang di luar sana.
BACA JUGA: Muslimah, Tepung Beras Rahasia Kecantikan Sejak Zaman Dahulu
Ukhti daripada ujung-ujungnya bakalan merasa sakit hati karena sudah terlanjur merasa baper mendapatkan perlakuan yang terlihat spesial oleh diri sendiri padahal sebenarnya tidak, mending antisi pasi agar tidak sampai merasa kebaperan ukhti.
Jangan baper ukhti, ketika laki-laki yang berpapasan denganmu melempar senyuman. Mungkin itu bukan untukmu, tapi untuk orang yang dibelakangmu. Kalau sudah seperti ini siapa yang malu?
Jangan baper ukhti, ketika laki-laki memberikan pertolongan kepadamu. Mungkin dia hanya menganggap itu sebagai bantuan untuk sesama teman. Bukankah setiap muslim harus saling membantu?
Jangan baper ukhti, ketika laki-laki mengirim pesan di media sosial mu. Untuk sekedar menanyakan kabar atau mendiskusikan sesuatu. Coba tanyakan, berapa banyak perempuan yang diperlakukan seperti itu juga? Renungkan baik-baik.
Baper dengan lawan jenis harus dihindari begitupun baper kepada sesama teman. Jangan baper ukhti, ketika temanmu bergurau dengan sedikit olokan yang mengarah padamu. Mungkin ia sudah menganggapmu teman akrab sehingga tidak segan untuk bergurau.
Jangan baper ukhti, ketika dalam suatu forum pendapatmu tidak diterima oleh yang lain. Bukan maksud mereka menyudutkanmu, bukankah kesepakatan hasil musyawarah adalah yang terbaik?
Tetaplah menjadi muslimah rendah hati dan selalu berbaik sangka. Sehingga tidak mudah ada rasa baper yang akan merusak hati dan pikiran. Insya Allah.
Selain muslimah baper, ada lagi yang juga ekstrim: muslimah caper. Dikit-dikit berbuat aneh-aneh yang tujuannya agar lawan jenis tertarik komen jahil. Dikit-dikit becandanya berlebihan. Karena ramah dan berlebihan itu dua hal yang berbeda. Ramah, harus. Berlebihan, jangan.
So, jadi muslimah caper? Jangan juga, ya. Selain berpotensi bisa menyakiti sesama wanita juga meruntuhkan wibawa. Padahal, muslimah itu sosok yang diagungkan dan dimuliakan. Jangan rendahkan dengan perbuatan yang tidak layak.
Selain muslimah baper, ada lagi yang juga bikin senewen: muslimah kuper. Belajar ini enggak mau, belajar itu enggak mau. Padahal yang dipelajari hal yang positif. Ini enggak ngerti, itu enggak ngerti padahal semua bisa dipelajari gratis di internet.
Muslimah kelak akan menjadi seorang pendidik bagi anak-anaknya. Sampai-sampai ada pepatah barat yang bilang, “If you teach a man, you teach a man. But if you teach a woman, you teach a generation.”
BACA JUGA: Muslimah, Ini Waktu Lamanya Haid Menurut Para Ulama
Apakah muslimah boleh bersedih dan mengeluh? Tentu boleh, yang penting mengeluhnya dikasih tenggat waktu alias enggak terus-terusan dan mengeluhnya ke pihak yang tepat. Apakah muslimah itu berarti enggak butuh laki-laki? Tidak. Karena laki-laki dan wanita diciptakan untuk menjadi tim yang solid dalam membangun peradaban dan bukannya sendiri-sendiri.
Lalu, muslimah yang seperti apa? Yang LEMPER (lembut dan perkasa). Kelembutan seorang muslimah akan sangat berguna dalam menguatkan suami dan mengajari anak-anaknya sedangkan keperkasaan muslimah akan membuatnya tegar dalam menjalani takdir kehidupan yang itu artinya menyerahkan segala keputusan hanya sama Allah setelah berusaha dengan sebaik-baiknya. []