Oleh: Novita Ekawati
Pengajar
bungasurga05@yahoo.com
IKHLAS. Kata yang sering kita dengar, sering kita ucapkan, namun memiliki kekuatan yang luar biasa untuk mengaplikasikannya di dalam kehidupan. Keikhlasan bekerja tak hanya di lisan, hati maupun pikiran melainkan di seluruh zona perbuatan yang kita lakukan.
Hati itu bicaranya sederhana, dan ikhlas itu kerja yang sebenarnya paling gampang. Tapi kesulitan kita belajar ikhlas itu dikarenakan pikiran-pikiran kita yang sudah terlalu lama tidak sederhana. Pikiran kita selalu mencari data dan bukti nyata atas sesuatu yang kita hadapi.
BACA JUGA: Ikhlas Itu Berat, namun Harus Tetap Diusahakan
Ikhlas itu sebenarnya dapat membawa manusia menjadi sangat kuat, cerdas dan bijaksana, karena dengan hati yang ikhlas kita dapat berpikir jernih, mampu menjalani hidup dengan lebih baik, efektif dan produktif dalam mencapai tujuan. Bahkan hubungan kita dengan siapapun akan terjalin semakin menyenangkan.
Jika kita selalu berhasil merasa bahagia dan ikhlas di hati, kita akan memiliki hidup yang penuh dengan sukses dan kebahagiaan, lahir dan batin yang sempurna.
BACA JUGA: Ikhlas Itu…
Ikhlas itu menyerahkan segala urusan kehidupan kita hanya kepada Allah SWT. berlandaskan keyakinan dan kepasrahan atas kekuatanNya, dimana keajaiban tersebut biasanya terjadi saat kita menyerah pada keadaan. Ini karena ketika kita menyerah biasanya kita memasrahkan semuanya kepada Allah dan ikhlas atas apapun yang terjadi. Maka saat itulah Allah SWT. memberikan solusi secara tidak diduga sebagaimana apa yang telah Allah janjikan,
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا
“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar.” (QS. Ath-Thalaq: 2)
Ikhlas dan keajaiban itu adalah sebuah mekanisme alamiah, dimana setiap energi akan menarik energi yang sejenisnya. Pikiran dan perasaan itulah yang merupakan bahan dasarnya, yang dimana akan menarik segala apapun yang kita pikirkan dan kita rasakan.
Abu Hurairah ra berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Allah Azza wa Jalla berfirman :
أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِيْ بِيْ
“Aku sesuai dengan persangkaan hamba pada-Ku.” (Muttafaqun ‘alaih)
Hadits ini mengajarkan bagaimana seorang muslim harus selalu berprasangka baik (husnudzon) pada Allah dan memiliki sikap roja‘ (harap) pada-Nya.
Hal inilah yang terjadi ketika seseorang sedang mengikhlaskan perasaannya terhadap masalah yang tengah dihadapinya. Ia sedang menyelaraskan pikiran dan perasaannya dengan kehendak Ilahi berada pada level teratas untuk menarik segala apa yang ia inginkan dan Allah ridhai.
Maka solusi yang kemudian hadir itu sebenarnya adalah karena ‘kita yang mengundang’, bukan sesuatu yang terjadi tanpa sebab apalagi ajaib.
“Keajaiban” itu hadir kalau kita mampu menciptakan kondisi ikhlas di hati kita dengan cara mengakses zona ikhlas yang ada di dalamnya. Zona ikhlas ini adalah wilayah di dalam hati yang bersifat sakral dan besar. Zona ikhlas inilah yang perlu diakses dan diolah dengan pikiran dan perasaan dan doa-doa yang positif untuk membuat perubahan di dalam kehidupan.
Tanda-tanda keikhlasan telah muncul di dalam diri kita adalah di saat kita telah mampu mengubah perasaan dan pikiran-pikiran negatif menjadi perasaan yang nyaman, damai, cinta, syukur dan bahagia. Wallahualam. []
RENUNGAN adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim tulisan Anda lewat imel ke: redaksi@islampos.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari RENUNGAN di luar tanggung jawab redaksi Islampos.