Oleh: Dian Salindri
Anggota Tim Komunitas Muslimah Menulis Depok
emakpeduligenerasi@gmail.com
ADA yang bilang agama itu layaknya candu. Bisa membuat manusia kecanduan dan bahkan bisa mengakibatkan kerusakan. Saya setuju, tapi hanya sebagiannya saja. Benar, buat saya agama ini seperti candu yang membuat saya terlena di dalamnya dan tak ingin lepas darinya, tapi sungguh tidak mengakibatkan kerusakan sedikit pun.
Kecanduan hingga seperti ‘mabok’ agama, kata mereka. Saya menilainya dengan positif saja, karena memang benar, awalnya mencicipi, coba-coba, penasaran kemudian enggak mau lepas dan akhirnya ketagihan. Begitulah yang saya alami. Karena semakin saya belajar Islam, semakin saya mengenal Allah maka saya pun semakin jatuh cinta, semakin ketagihan untuk tetap berada di dalam naungan Islam.
BACA JUGA: Penghantar Keislaman Hamzah
Kenapa saya bilang semakin saya belajar Islam, emang dulunya bukan Muslim? Oh, tentu tidak Fernando…. Saya terlahir sebagai orang Islam, seorang Muslimah. Namun agama Islam yang saya kenal hanya terbatas apa yang diajarkan orang tua dan guru, Islam KTP gitu mah kalau orang-orang bilangnya. Jadinya banyak faktor yang akhirnya mengakibatkan saya pada kesesatan yang nyata. Sesat se sesat-sesatnya, kalau kata orang mah gitu deh.
Namun, Alhamdulillah, Allah telah berikan hidayah, suatu nikmat yang luar biasa, nikmat iman dan nikmat Islam. Dalam mengenal Islam ini saya lewati dengan proses berpikir, yang memuaskan akal dan menjawab segala pertanyaan, “Kenapa saya Islam?” Tentu saja, karena Islam itu sesuai dengan fitrah manusia dan dapat bonus menenteramkan hati, yang InsyaAllah menancapkan akar keimanan yang kokoh.
BACA JUGA: Tempat Mula Nabi Ajarkan Islam, Mengapa di Jazirah Arab?
Dan mereka-mereka yang bilang saya ‘mabok’ agama, buat saya “No problem, Marimar.” Saya merasa bersyukur, yang saya candukan adalah Islam, bukan narkoba ataupun hal-hal yang dilarang agama. Karena Islam adalah candu yang dapat menentramkan jiwa.
Dulu saya pernah ditanya begini sama seorang sahabat, “Lo percaya adanya surga dan neraka, lo punya cita-cita masuk surga, tapi kenapa merasa berat memenuhi syarat untuk masuk surga?” DEGGG…kayak ditampar bolak balik plak plak plak. Tapi, pertanyaan tersebut saya jadikan cambuk, agar saya tetap kecanduan dalam mengenal Islam. []
RENUNGAN adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim tulisan Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari RENUNGAN di luar tanggung jawab redaksi Islampos.