Oleh: Fatimah Azzahra, S.Pd
zahraluvtheearth@gmail.com
“Mom, aku naksir sama cewek itu. Cantik ya.”
SEORANG ibu bercerita anak laki-lakinya yang bersekolah di sekolah dasar mengaku menyukai salah seorang anak perempuan di kelasnya. “Alhamdulillah”, kata ibunya. Saya agak kaget. Kok dia malah bersyukur.
Fancy atau naksir dengan lawan jenis adalah fitrah yang harus kita syukuri. Mengingat di zaman sekarang, virus kelainan orientasi seksual begitu merajalela. Allah SWT meletakkan fitrah menyukai lawan jenis dalam diri setiap manusia. Bahasa lainnya adalah gharizah nau’, naluri menyukai. Penampakan naluri ini salah satunya adalah menyukai lawan jenis. Jadi, sangat amat wajar jika kita menyukai lawan jenis, dan memang harus disyukuri.
BACA JUGA: Cinta dalam Pernikahan, Bukan hanya Sebatas Perasaan
Allah SWT berikan fitrah ini dalam rangka melestarikan umat manusia. Dalam Islam, naluri ini tidak dikekang atau dimusnahkan. Tapi, diberikan aturan, diberikan koridor agar tak tersesat dan tujuan fitrahnya pun tercapai, yakni melestarikan jenis. Maka, pernikahan menjadi jawaban untuk mensakralkan fitrah ini.
Lalu bagaimana jika anak kita yang masih sekolah justru mengungkapkan perasaan sukanya? Perasaan takut dan was was bisa jadi menghampiri kita. Apalagi sekarang ‘zaman edan.’ Semua kejahatan ada, dari level biasa sampai luar biasa yang tak pernah terpikirkan.
Maka, pondasi iman adalah sebaik-baik bekal bagi kita dan anak-anak. Dengan iman kepada Allah SWT, standar dan kacamata aktivitas pun akan diusahakan seoptimal mungkin sesuai dengan aturan-Nya. Orangtua akan membimbing anaknya yang sedang puber dengan penuh cinta.
Mengenalkan sosok-sosok lain yang jauh lebih layak dicintainya saat ini. Mengalihkan naluri menyukai dan mencintai itu dengan mencintai yang lain, seperti orangtua kita, adik kakak kita, keluarga, guru. Juga mencintai Allah, Rasul, para sahabat dan shahabiyah. Karena saat ini ia belum siap untuk memikul tanggungjawab pernikahan. Maka, jangan kompori ia dengan tontonan dan bacaan atau aktifitas lainnya yang merangsang pada pacaran atau TTM (teman tapi mesra).
Kalau sudah dewasa, ceritakan pada anak kita kisah cinta suci putri Rasul, Fatimah dengan Ali. Mereka yang sudah saling naksir sejak dulu. Tapi dirahasiakan, dan dialihkan. Sampai setan pun tak tahu. Tapi, Allah tahu, dan indahnya skenario cinta Allah. Allah jodohkan putri tercinta Rasul itu dengan cinta pertamanya, Ali.
BACA JUGA: Pacaran, Ekspresi Cinta Penuh Cela
Apalagi gharizah nau’ ini tak akan menyebabkan kematian jika tidak dipenuhi. Ia hanya akan menimbulkan kegelisahan. Tidak seperti lapar dan haus. Yang jika tidak dipenuhi akan menyebabkan kematian. Dan gharizah nau’ ini di-trigger oleh pengaruh eksternal. Tontonan, bacaan, obrolan, maka harus dijaga dari yang men-triggernya.
Jadi, fancy atau naksir boleh-boleh saja. Tapi rahasiakan itu kalau belum siap untuk menikah. Berdoa pada Allah minta diberikan jodoh yang terbaik. Dan optimalisasi potensi diri dengan kegiatan yang bermanfaat bagi kita pribadi, bagi orang lain, dengan asas Cinta karena Allah.
Jaga fitrahnya, jangan dihilangkan, dinodai dengan trauma, atau dibebaskan tanpa aturan. Wallahu’alam bish shawab. []
OPINI adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari OPINI di luar tanggung jawab redaksi Islampos.