Oleh: Hafizhatul Wahyain
dunalismi@gmail.com
SAUDARAKU, dulu saat usiamu 10 tahun, kamu tak tahu banyak tentang cinta. Yang kamu tahu hubungan antara laki-laki dan perempuan hanya dalam bentuk pergaulan sederhana, apa adanya sebagai kawan, tanpa ada perasaan yang dilebih-lebihkan.
Seiring pergaulan demi pergaulan tanpa batasan, membuatmu lebih dini mengerti apa itu cinta. Yaitu runtutan rasa ingin memiliki juga rasa ingin dicintai. Hingga saat usiamu 18 kamu mendengar atau mungkin mengalami sendiri, bahwa cinta tak hanya sekadar nyaman dan bahagia, tapi sedih dan kecewa juga ada. Merasakan bahagia yang sama dan patah hati yang sama. Sakit hati- lalu sembuh- lalu menemukan cinta yang baru- lalu patah hati lagi- lalu sembuh lagi…Jadi, bagaimana akhir dari suatu hubungan berstatus pacaran? Atau bagaimana nasib dari hati yang terlalu berharap?
BACA JUGA: Cinta dalam Pernikahan, Bukan hanya Sebatas Perasaan
Fitrah cinta
Jatuh cinta adalah kewajaran, suatu (simpati) yang dirasakan setiap insan. Condongnya hati bisa muncul karena interaksi yang sering, lantas menemui kenyamanan. Seperti benih-benih rasa yang juga bisa tumbuh karena terbiasa.
Cinta antara sesama muslim dapat mempererat simpul ukhuwah (persaudaraan), juga kelembutan hati untuk berbagi mahabbah (kasih sayang) yang dipancarkan dalam bentuk ketulusan, kesetiaan, dan rela berkorban. Namun perkara hati sering menjadi mainan bagi setan untuk menimbulkan syahwat. Di sinilah cinta dapat berubah menjadi malapetaka ketika mengarah kepada hal-hal syubhat, dan dalam konteks inilah laki-laki dan wanita yang bukan mahram sering dilalaikan.
Adapun Islam secara cermat telah membatasi pergaulan antara laki-laki dan perempuan mulai dalam perkara salat berjamaah, yang memisahkan shaf antara laki-laki dan perempuan, yang menunjukkan bahwa Islam tidak menginginkan campur-baur antara laki-laki dan perempuan.
Bagaimana mencintai karena Allah?
Jatuh cinta adalah ujian. Ujian untuk tidak mendekatinya, ujian untuk menahan jarimu agar tidak mengetik pesan rindu, atau sekadar tanya apa kabar, atau sekadar pesan mengingatkan untuk shalat atau mengaji, dan sebagainya.
Jatuh cinta karena Allah adalah jatuh cinta yang sesuai kadar dan porsinya. Kadar dan porsi ini pula tentunya sudah sering dibahas dalam pandangan akidah, yaitu dengan memosisikan cinta kepada Sang Khaliq lebih besar daripada cintamu kepada manusia. Jatuh cinta karena Allah pun bukan perkara yang mudah diatur. Jika di bibir, kamu dapat mengatakan bahwa cinta ini karena Allah, bisa jadi ada niat-niat lain yang tersembunyi karena setan membuatnya tertutupi, naudzubillahi min dzalik.
Jatuh cinta bisa menjadi sinonim indah dari hawa nafsu. Sementara jatuh cinta yang karena Allah itu suci, dan tidak akan membuatmu sekali-kali melanggar aturan Allah, atau terseret syahwat-syahwat semu.
Cinta suci tak sekadar kata-kata yang bisa dengan mudah diungkapkan atau diutarakan. Sebelum tiba waktunya, sebisa mungkin cinta dipendam di kedalaman hati agar kamu dan Allah saja yang tahu. Di situlah letak etika dan estetikanya, yaitu terjaga sesuai namanya.
Memendam atau mengungkapkan?
Tak ada salahnya mengungkapkan cinta jika memang kamu yakin dengan pilihan terbaikmu. Namun perlu diperhatikan, bahwa mengungkapkan cinta tak selalu berarti baik. Kabar buruk dari jatuh cinta adalah ia butuh konsekuensi, dan konsekuensinya adalah keselamatan hatimu, dan keselamatan imanmu. Baiknya kamu lebih mempertimbangkan, apakah ia mampu menjadi pendamping dunia akhiratmu?
Awan sedang mendung, namun hujan tak juga kunjung turun. Seperti kamu yang bimbang, antara memendam saja atau mengungkapkan. Kalian memang dekat namun di sisi lain, percakapan via WhatsApp selalu menguap begitu saja di udara seakan tak bermakna apa-apa. Jadi dia modus atau tulus? Apakah dia sungguh-sungguh kamu pun tak tahu. Ataukah ternyata kamu bukan satu-satunya kontak di kolom chatting-annya. Sayangnya, kamu masih berat melepasnya meski kamu sendiri sudah tahu kekurangan-kekurangannya. Karena jatuh cinta terjadi tanpa rencana, namun salahnya terletak pada hatimu yang lebih dulu kamu buka untuk orang lain sebelum pasangan sahmu.
Saudaraku…bertahanlah dan bersabarlah, bukankah kesedihan dan kesenangan itu satu paket? Hadir bergantian mengisi keadaan. Jadi tak ada ruginya kamu memendam perasaanmu. Karena mencintainya dalam diam, justru menjaga hatimu dari hal yang tak pasti.
Catatan untuk lelaki
Saudaraku…ketika teman-teman seusiamu lebih sibuk dengan handphone dan berchat ria dengan pacarnya, di sudut hatimu ada rasa inginkan juga hal yang sama. Tapi ketahuilah saudaraku, saat hati terasa kosong kamu bukan butuh cinta, wanita, atau perhatian manusia, kamu hanya butuh lebih dekat dengan Sang Pencipta.
Jodoh tidaklah kekal, pun jika dia bukan jodohmu, bukan berarti bahagiamu hilang. Kita bisa membuat kebahagian untuk diri kita sendiri selagi kita menyayangi diri kita sendiri. Karena menggantungkan harapan pada manusia tidak akan menghasilkan apa-apa kecuali kecewa.
Catatan untuk wanita
Saudariku…ada yang berbeda dari cara dia memperlakukanmu, juga cara dia membalas pesanmu, dan cara dia berbagi cerita tentang hari-harinya kepadamu. Kelebihannya adalah, dia mampu membuatmu merasa seperti, kamu spesial di matanya. Efeknya siapa saja yang jatuh cinta akan lemah dan mudah terbawa rasa, lalu terjebak dalam dilema.
BACA JUGA: Pacaran, Ekspresi Cinta Penuh Cela
Suatu hari, ia mengajakmu pacaran. Suatu hal yang kamu nanti-nantikan, akhirnya kamu tahu kalau dia juga punya perasaan yang sama denganmu. Rasanya teduh membayangkan hari-harimu ke depan bersama dia yang kamu cintakan. Tapi, di sisi lain kamu tahu, agama kita melarang. Dan firasatmu mengarahkanmu untuk segera mengakhiri kekeliruan ini, karena jika kamu mengiyakannya kamu akan semakin bermaksiat lebih dalam.
Kamu pun menolak permintaannya untuk berpacaran denganmu, meski berat, meski sebenarnya kamu tak ingin kehilangannya, namun kamu lebih memilih untuk tidak kehilangan Allah. Masya Allah…
Saudariku…untuk menjadi gadis yang langka kamu memang perlu banyak bersabar. Membatasi pergaulan dengan lawan jenis bisa jadi membuatmu tidak terlalu populer di kalangan lelaki. Semisal tidak eksis di Facebook, Instagram, bahkan di sekolah, bukanlah masalah, karena bidadari tetaplah bidadari meskipun ia tersembunyi.
Masa-masa sekolah
Saudara-saudariku…kamu masih sangatlah muda, maka sebaiknya tidak terlalu cepat menjatuhkan pilihan pada seseorang. Seluruh perasaanmu saat ini hanya akan menjadi kenangan di kemudian hari. Maka lapangkanlah hatimu dan buka bukumu. Sayangilah dirimu dahulu. Seriuslah dalam belajar karena masa-masa sekolah tak kan terulang. Bukankah kelulusanmu adalah amanah dari orang tuamu yang belum kamu selesaikan, dan bukankah cita-citamu adalah janjimu pada dirimu sendiri yang belum kamu wujudkan?
BACA JUGA: Pacaran Islami?
Belajarlah dan berkaryalah agar usia mudamu jadi bermakna. Pelajari bisnis, pelajari desain grafis, pelajari seni berbicara, seni menulis, dan keterampilan lain. Ketika kamu meraih juara kelas atau karya prestasimu berhasil dipublikasi, rasanya sangat-sangat menakjubkan dan mengharukan. Semua ini bukan untuk kesombongan, melainkan agar hidupmu punya tujuan, sehingga isi kepalamu tak sekadar tentang dia dia dia. Dekati pula Allah sebab dari-Nya lah segala ketenangan dan ketentraman kita dapatkan.
Melalui tulisan ini penulis bermaksud mengintropeksi diri penulis, dan memberi kekuatan bagimu wahai Saudara-saudari seimanku untuk bertahan, membuatmu berdamai dan berpisah dengan masa lalu, dan tak lagi kelam dalam perasaan-perasaan menggebu dan susah terkendali. Karena di lain sisi, jatuh cinta dapat mendewasakan kita, memberikan kita banyak pelajaran tentang rumitnya pergaulan tak halal. Jatuh cinta mengajarkan kita menjaga diri dan hati, untuk terus berupaya berhijrah memantaskan diri di hadapan illahi.
“Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran tuhannya dan menahan diri dari (keinginan) hawa nafsunya, maka sungguh surgalah tempat tinggalnya.” (QS. 74: 40-41)
[]
RENUNGAN adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim tulisan Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari RENUNGAN di luar tanggung jawab redaksi Islampos.