IBNU Ishaq menuturkan: Ashim bin Umar bin Qatadah menceritakan kepadaku bahwa Abdullah bin Abdullah bin Ubay bin Salul menghadap Rasulullah lalu berkata: “Wahai Rasulullah, aku mendengar rencana engkau hendak membunuh ayahku karena ucapannya. Jika itu harus dilakukan, izinkan aku untuk membunuhnya, niscaya aku akan bawa kepalanya ke hadapanmu. Demi Allah, seluruh orang Khazraj mengetahui dengan baik bahwa di kalangan mereka tidak ada anak yang lebih berbakti kepada orang tuanya selain aku. Aku khawatir engkau menyuruh orang lain untuk membunuhnya. Maka jangan biarkan diriku melihat pembunuh ayahku berada di sekitar kita kemudian aku membunuhya. Jika itu terjadi, berarti aku membunuh orang Mukmin yang telah membunuh orang kafir. Karena itu akan menyebabkanku masuk neraka.”
BACA JUGA: Julukan untuk Para Sahabat
Rasulullah kemudian bersabda, “Kita akan bersikap lembut dan bermu’amalah dengan baik selama ia hidup berdampingan bersama kita.”
Setelah peristiwa itu, jika Abdullah bin Ubay bin Salul mengerjakan kesalahan, maka kaumnya sendiri yang mengecamnya, menindak, dan memarahinya.
Rasulullah bersabda kepada Umar bin Khaththab ketika mendengar sikap kaum Abdullah bin Ubay bin Salul seperti itu: “Bagaimana pendapatmu wahai Umar? Demi Allah, jika aku membunuhnya saat engkau memintaku untuk membunuhnya, niscaya beritanya akan menggemparkan. Namun, jika sekarang engkau memintaku untuk membunuhnya, aku pasti akan membunuhnya.”
BACA JUGA: Keberhasilan Rasulullah Mendidik para Sahabat
Umar bin Khaththab berkata: “Demi Allah, aku tahu bahwa perintah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam itu lebih agung keberkahannya daripada perintahku.” []
Sumber: Al-Allamah Asy-Syaikh Al-Muhaddits Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Sirah Nabawiyah Sejarah Lengkap Kehidupan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam, Ak-Armedia.