Oleh: Abu Rayhan al-Marsi, dildaar.ahmad80@gmail.com
PADA satu kesempatan Aisyah ra meriwayatkan, bahwa suatu waktu orang-orang Muslim banyak sekali mendapatkan ujian dan cobaan dalam bentuk penyiksaan serta penindasan yang sangat kejam. Abu Bakar ra pun memutuskan untuk berhijrah dari Mekkah ke Habshah, Abisinia (Etiopia dan Eritria sekarang). Ketika beliau sampai di tempat yang bernama Barkul Ghimad, kepala kabilah suku Qarah, Ibnu Ad-Daghinah bertemu dengan beliau. Dia bertanya: “Wahai Abu Bakar! Kemanakah Tuan hendak pergi?”
Atas hal tersebut Abu Bakar menjawab: “Kaumku telah mengusirku, untuk itulah saya pergi ke suatu tempat dari bumi Allah ini supaya dapat beribadah kepada Tuhanku dengan bebas.”
Ibnu Ad-Daghinah menjawab: “Orang seperti Anda tidak perlu keluar dari Mekkah dan tidak layak orang-orang itu mengusir Anda keluar Makkah. Anda orang yang banyak berbuat untuk orang tak berpunya, menjalin silaturrahmi, menanggung beban orang-orang lemah, menjamu tamu dan selalu menolong di jalan kebenaran. Jadi, saya berkenan memberikan perlindungan kepada Anda. Kembalilah ke kota Anda dan beribadahlah kepada Tuhan Anda dengan leluasa di negeri anda sendiri.”
BACA JUGA: Abu Bakar pun Memeluk Jasad Rasulullah
Akhirnya Abu Bakar ra kembali. Ibnu Ad-Daghinah juga menyertainya kembali. Pada malam harinya orang-orang Quraish berdatangan ke rumah Abu Ad-Daghinah, dan Abu Ad-Daghinah mengatakan: “Orang baik seperti Abu Bakar ini tidak perlu hijrah atau dipaksa untuk berhijrah, apakah kalian mau mengusir orang yang memiliki sifat baik dan bermartabat tinggi seperti ini?”
Orang-orang Quraish tidak menolak perlindungan Ibnu Ad-Daghinah ini, bahkan mereka mengatakan kepada Ibnu Ad-Daghinah, “Silakan Abu Bakar kembali ke rumahnya sendiri dan beribadah kepada Tuhannya dengan leluasa, di rumahnya sendiri itu kami persilahkan ia melakukan shalat dan apapun yang akan dilakukan supaya ditunaikan saja tetapi dengan kegiatan tersebut jangan sampai menimbulkan gangguan terhadap kami dan jangan mengeraskan suaranya dalam kegiatan-kegiatan tersebut. Dikarenakan kami merasa khawatir jangan sampai para perempuan kami dan anak-anak kami tergelincir dalam fitnah.”
Ibnu Ad-Daghinah telah mengatakan perkara ini semua kepada Hadhrat Abu Bakar ra supaya melakukan peribadahan dalam rumah beliau saja, jangan mengeluarkan suara yang keras saat melakukan sholat dan tidak boleh melakukannya selain di rumah serta jangan membaca Al-Qur’an dengan suara keras.
Kemudian terpikirkan dalam benak beliau untuk membangun sebuah mesjid di halaman rumah beliau, disana beliau melaksanakan sholat dan beliau menilawatkan Al-Qur’an dengan suara keras. Waktu itu para perempuan musyrikin dan anak-anaknya dapat mengintip Abu Bakar ra sehingga dari hal yang kelihatannya sepele ini banyak mendapatkan hasil pertablighan yang efektif. Abu Bakar ra adalah orang yang suka menangis dan ketika sedang membaca Al-Qur’an tidak dapat menahan air mata dari kedua matanya sehingga air mata beliau pun mulai mengalir karenanya.
Tokoh-tokoh Quraisy mulai sangat mengkhawatirkan perkara ini sehingga mereka mengirim utusan kepada Ibnu Ad-Daghinah supaya datang. Ketika ia datang menjumpai mereka, mereka berkata, “Kami ingat terkait perlindunganmu atas Abu Bakar ra dengan syarat dia beribadah kepada Tuhannya di rumahnya, tetapi rupanya dia mengabaikannya dan malah membangun masjid di halaman rumahnya. Dia shalat di sana dan membaca Al-Qur’an Karim dengan suara keras. Kami mengkhawatirkan hal tersebut berpengaruh kepada para perempuan dan anak-anak kami.” Lalu, mereka meminta kepada Ibnu Ad-Daghinah, “Mintalah kepadanya agar perlindunganmu kepadanya dicabut? Karena kami tidak menyukai dirimu melanggar perjanjian dan kami juga tidak bisa mengizinkan Abu Bakar melakukan ibadahnya secara terang-terangan.”
Aisyah ra menerangkan bahwa Ibnu Ad-Daghinah menemui Abu Bakar dan berkata: “Anda telah mengetahui perjanjian yang Anda buat, maka apakah Anda tetap memeliharanya atau mengembalikan perlindungan saya kepada saya karena saya tidak suka bila orang-orang Arab mendengar bahwa saya telah melanggar perjanjian hanya karena seseorang yang telah saya berjanji kepadanya.”
BACA JUGA: Orang Munafik di Antara Para Sahabat
Abu Bakar mengatakan, “Saya mengembalikan jaminan perlindungan Anda dan saya lebih menyukai mengganti dengan perlindungan keamanan dari Allah.”[1]
Disebutkan dalam riwayat-riwayat, bahwa setelah itu, orang-orang Quraish menimpakan perlakuan yang menyakitkan kepada Abu Bakar ra namun laksana batu karang kokoh, beliau tetap berdiri tegak di tempatnya. Disebutkan dalam sebuah riwayat, bahwa orang-orang kuffar sangat menghujat Abu Bakar ra. Beliau disiksa sedemikian rupa dengan dipukuli, rambut kepala dan janggut beliau ditarik-tarik oleh para penentang hingga banyak yang rontok. Meskipun mendapatkan penganiayaan yang sedemikian rupa beratnya tetapi beliau tetaplah sabar.[2]
[1] Talkhish oleh al-Bukhari, Kitab Manaqib al-Anshori, Bab Hijrah Nabi saw dan para Sahabat beliau ke Madinah
[2] As-Sirah al-Halabiyyah (Insanul ‘Uyuun fi Sirah al-Amin al-Ma-mun) karya Ali bin Burhanuddin al-Halabi, Bab Istikhafa-uhu wa ashhabuhu fii Daril Arqom Ibni Abil Arqam, Darul Kutub al- ‘Ilmiyyah, Beirut 2002.